Jelang Pilgub Jatim 2018, peta politik terus berubah pertiga bulan
CEO The Initiative Institute, Airlangga Pribadi mengatakan, politik aliran hasil survei yang dilakukan pihaknya ini, hanya berlaku maksimal tiga bulan. Sehingga perolehan angka untuk masing-masing kandidat (Gus Ipul, Khofifah dan Risma) bisa jadi tidak stabil.
Meski telah melakukan survei terkait dominasi bakal calon yang akan maju di Pilgub Jawa Timur 2018, Lembaga The Initiative Institute meyakini bahwa peta politik masih akan terus berubah dalam kurun waktu pertiga bulan ke depan. Untuk itu, lembaga di bidang kajian politik ini akan terus melakukan survei hingga hajatan lima tahunan di Jawa Timur itu digelar.
Maret lalu, lembaga yang digawangi dosen Fisip Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi ini mengeluarkan rilis terkait prilaku politik jelang Pilgub Jawa Timur 2018.
Di rilis pertama itu, Lembaga Initiative Institute mengkaji seluruh pemberitaan media yang mengangkat isu Pilgub Jawa Timur. Hasilnya, Wagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Mensos Khofifah Indar Parawansa, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas unggu dibanding nama-nama top lainnya, yang diprediksi akan maju Pilgub Jawa Timur.
Selanjutnya, di bulan April ini, The Initiative Institute kembali merilis hasil surveinya. Survei yang dilakukan di bulan ini, menggunakan metode tanya jawab kepada sekitar 950 responden yang tersebar di 11 daerah di Jawa Timur.
Dan hasil survei di bulan April ini, tak jauh berbeda dengan rilis pertama: popularitas dan elektabilitas Gus Ipul, Khofifah dan Risma masih mendominasi. Hanya nama Anas yang menghilang. Nama Bupati Banyuwangi ini kalah dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
CEO The Initiative Institute, Airlangga Pribadi mengatakan, politik aliran hasil survei yang dilakukan pihaknya ini, hanya berlaku maksimal tiga bulan. Sehingga perolehan angka untuk masing-masing kandidat (Gus Ipul, Khofifah dan Risma) bisa jadi tidak stabil.
Bahkan, kata Angga (sapaan Airlangga), potensi calon petahana, yaitu Gus Ipul yang notabenenya masih Wagub Jawa Timur, bisa disalip kandidat lain.
"Potensi (disalip) sangat besar. Seperti yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta, yang mana petahana (Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat) yang awalnya unggul 10 persen, akhirnya bisa dikalahkan Anis-Sandi," analisanya.
Kalau mengacu Jakarta effect, lanjut Angga, selisih 10 persen bagi petahana itu belum aman. "Kalau selisih 20 persen, baru petahana bisa aman. Sementara Pilgub Jatim mendatang itu sangat dinamis, karena penantang bisa mengungguli petahana. Ini bisa terjadi," beber Angga lagi.
Yang menarik, katanya lagi, kendati Gus Ipul unggul dari sisi popularitas dan elektabilitas, responden masih menilai mantan Ketum PP GP Ansor itu lebih pantas sebagai Wagub, yaitu mencapai 34,90 persen. Sementara yang memilihnya untuk jadi gubernur, hanya 33,17 persen.
Sementara posisi dukungan untuk Khofifah dan Risma, justru sebaliknya. Meski suaranya kalah banyak, dukungan untuk kedua tokoh itu untuk jadi gubernur lebih kuat.
Dukungan untuk Risma sebagai gubernut mencapai 26,13 perasen dan 21,50 persen (calon wakil gubernur). Sementara Khofifah, mendapat dukungan 28,31 persen sebagai calon gubernur dan 21,10 persen (calon wakil gubernur). "Ini artinya, trend mark Gus Ipul lebih dikenal masyarakat sebagai Wagub itu cukup melekat kuat di pemilih Jatim," ucapnya.
Untuk bakal calon wakil gubernur, menurut Airlangga, ada banyak nama yang dinilai responden (berdasarkan survei The Initiative Institute) layak maju. Ini dilihat dari popularitas hasil survei atas masing-masing calon yang di bawah 50 persen.
Mereka adalah AHY yang mencapai 40,2 persen, Abdul Halim Iskandar (14,6 persen), Said Abdullah (11,6 persen), Abdullah Azwar Anas (8,8 persen), Rendra Kresna (6,8 persen), Misbakhun (5,4 persen) dan Hasan Aminuddin (5,2 persen).
"Untuk calon wakil gubernur dilihat dari sisi intensitas, yang paling banyak disebut oleh responden adalah Azwar Anas yaitu 5,80 persen, AHY 5,50 persen, Said Abdullah 4,20 persen, Halim Iskandar 2,70 persen, Misbakhun 2,20 persen, Hasan Aminuddin 1,50 persen dan Rendra Kresna 0,70 persen," tegas Angga.