Jika jadi ketum, Akom janjikan kewenangan lebih DPD di Pilkada
Akom juga akan meniru kaderisasi model Sudharmono saat memimpin Golkar di era Orde Baru.
Calon Ketua Umum Partai Golkar Ade Komarudin menjanjikan distribusi kewenangan dewan pimpinan pusat (DPP) ke daerah jika kelak terpilih memimpin partai berlambang beringin itu. Termasuk dalam menentukan calon kepala daerah. Dia berpandangan agar DPP Golkar tidak terlalu dominan menentukan calon yang akan diusung.
Akom mengatakan hal itu saat sosialisasi calon ketua umum Golkar di Hotel Pullman, Surabaya, Rabu (11/5). Menurutnya, sudah semestinya DPP Golkar mendengarkan masukan berbagai kalangan untuk menentukan calon kepala daerah.
Akom mengatakan, jika kelak terpilih menjadi ketua umum maka DPD tingkat II atau kabupaten/kota akan mendapat 60 persen kewenangan dalam menentukan calon di pilkada. Sisanya, 20 persen menjadi kewenangan DPD I (provinsi) dan 20 persen lainnya milik DPP.
Sedangkan untuk pemilihan gubernur, maka 60 persen kewenangan menentukan calon menjadi milik DPD I. Sedangkan DPP dan DPD II hanya 20 persen.
Namun, untuk pemilu presiden memang menjadi kewenangan DPP. Hanya saja, Akom menegaskan bahwa Golkar tetap harus mengacu pada selera rakyat.
"Untuk tingkat pusat, tentu diserahkan ke mekanisme pasar. Karena kita tahu untuk pilpres, kita tak bisa sesuka kita. Kita tak boleh jago-jagoan. Hasil survei, siapa yang terbaik, tentu kita akan sesuaikan, sehingga memenangkan pertarungan. Kita ikuti maunya rakyat ke mana," ulasnya.
Dalam kesempatan itu, Akom juga menyinggung pentingnya kaderisasi model Sudharmono saat memimpin Golkar di era Orde Baru. Saat itu, Sudharmono membentuk character desk. "Para elite yang kini jadi kepala daerah maupun pimpinan DPRD dari Golkar adalah hasil pelatihan model itu," katanya.
Akom menegaskan, hal itu merupakan upaya menjaga peninggalan (legacy) para pendahulunya di Golkar. Dia menyontohkan, Golkar di era Aburizal Bakrie saja memiliki konsep Negara Kesejahteraan 2045 yang wajib dijaga dan dilaksanakan.
"Visi Negara Kesejahteraan 2045, itu harus didalami dan didiskusikan benar di tiap kaderisasi kita. Banyak model welfare state. Tapi maksud visi welfare state Golkar adalah yang berbasis Pancasila. Ini harus didiskusikan, supaya dimengerti, tak hanya slogan semata," jelasnya.
Tak lupa, Akom juga secara terbuka mengatakan bahwa Golkar tak perlu malu untuk mengakui diri dan membanggakan peninggalan HM Soeharto. "PDIP punya Bung Karno dan Bu Megawati. Golkar punya Soeharto. Kenapa tidak?" pungkas Akom.
Baca juga:
Akom tak mau citra Golkar rusak gara-gara salah pilih ketua umum
Besok, Komite Etik Munaslub sidang Akom yang bertemu ketua DPD I
Isu dukungan Jokowi ke Setnov hanya untuk tarik dukungan
Caketum kepergok bertemu DPD I di hotel, Tim Ade Komarudin meradang
Akom serang Setnov, dari turnamen golf sampai catut nama Jokowi
-
Siapa yang menyambut kedatangan Prabowo di Kantor DPP Partai Golkar? Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus menyambut langsung kedatangan Prabowo.
-
Siapa yang diusung oleh Partai Golkar sebagai Cawapres? Partai Golkar resmi mengusung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
-
Mengapa para ketua dewan Golkar menolak munaslub? Ketiga Dewan Partai Golkar menyatakan menolak wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Mereka solid mendukung Airlangga, yakni Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, dan Dewan Pakar.
-
Apa yang dilakukan Prabowo dan Gibran setelah tiba di Kantor DPP Partai Golkar? Mereka pun langsung menuju ruang acara buka puasa di lantai dua, Kantor DPP Partai Golkar.
-
Kapan Prabowo tiba di Kantor DPP Partai Golkar? Prabowo tiba sekitar pukul 17.00 WIB dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan celana berwarna hitam.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.