JK sebagai figur Cawapres kuat, tapi Capres lemah
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha menilai, figur Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) lemah jika maju sebagai calon presiden di 2019. Survei menunjukkan mantan Ketum Golkar itu elektabilitasnya kuat hanya sebagai cawapres.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha menilai, figur Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) lemah jika maju sebagai calon presiden di 2019. Survei menunjukkan mantan Ketum Golkar itu elektabilitasnya kuat hanya sebagai cawapres.
Dalam survei Poltracking bulan Februari, Jusuf Kalla menempati posisi teratas sebagai cawapres dengan elektabilitas 15 persen. Survei lain, Litbang Kompas misalnya, elektabilitas Jusuf Kalla juga teratas sebagai cawapres Joko Widodo di angka 15,7 persen.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Apa yang dikatakan oleh Ridwan Kamil saat maju di Pilkada Jakarta? Calon pesaing Anies, Ridwan Kamil tak kalah kuat. Ridwan Kamil mendapatkan lampu hijau dari partai koalisi Prabowo-Gibran untuk maju Pilkada Jakarta. Partai-partai yang menyatakan kesiapan mengusung Ridwan Kamil itu adalah Gerindra, PAN dan Golkar. Bahkan, Gerindra sudah terang-terangan menginginkan kadernya menjadi calon wakil gubernur untuk mendampingi Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024."Secara alami secara manusiawi, kami ingin wakil kami ada di wakil gubernur," kata Habibburokhman kepada wartawan.
-
Bagaimana Golkar merespon wacana Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta? Golkar merespons wacana Ridwan Kamil bersedia maju di Pilkada DKI Jakarta karena berasumsi eks Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak akan maju lagi sebagai calon gubernur. Saat itu, Anies merupakan capres yang berkontestasi di Pilpres 2024. Oleh karena itu, Golkar memberikan penugasan kepada Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta dan Jawa Barat.
"Pak JK sebagai cawapres adalah figur yang paling kuat. Sebagai capres kayaknya lemah. Sebagai cawapres karena kalau dari elektabilitasnya beliau itu berkisar melampaui nama-nama lain," kata Hanta di Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6).
Namun penilaiannya itu pun bisa saja berubah mengingat waktu menuju Pilpres 2019 masih cukup jauh. Hanta menilai, hasil survei nanti bisa saja berubah jika mantan ketua Dewan Masjid itu berpasangan dengan tokoh yang tepat.
"Cuma ada masih ada waktu 9 bulan ya. Masih mungkin dong melakukan itu buat berpasangan dengan orang lain," kata Hanta.
Diberitakan sebelumnya, Partai Demokrat mempertimbangkan nama Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk bisa diusung jadi Calon Presiden (Capres) 2019. Nama JK juga sudah mulai dibicarakan dengan beberapa tokoh Partai Golkar.
"Ada suara-suara kader yang mengusulkan nama Pak JK berpasangan dengan AHY," kata Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean saat dihubungi merdeka.com, Jumat (22/6).
Baca juga:
Gerindra: Pak Prabowo butuh dukungan rakyat bukan dukungan cukong
Golkar soal Gerindra galang dana: Sabar Pak Prabowo, tahapan Pilpres belum mulai
Hanura sebut rakyat tahu Prabowo kaya, galang dana tak efektif
Sekjen Gerindra: Sumber dana kami terbatas
PKS: Pak Prabowo sedang jujur tidak punya uang
Ketum PAN nilai JK pantas jadi Capres di Pemilu 2019
PKS sebut ide Prabowo galang dana kreatif dan bisa gaet generasi milenial