Jokowi Dipecat PDIP, Viva Yoga: Kalau Beliau Bersedia Masuk PAN Kami Sangat Senang
Namun, Yoga menilai, Jokowi lebih baik menjadi bapak bangsa, ketimbang gabung partai.
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga mengaku, partainya siap menerima Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) jika ingin bergabung. Hal itu menanggapi PDIP yang menyebut Jokowi dan keluarganya sudah tak lagi menjadi bagian PDIP.
"Jika Pak Joko Widodo bersedia untuk masuk sebagai kader PAN, maka PAN akan sangat senang," kata Yoga, saat dihubungi merdeka.com, Kamis (5/12).
Namun, Yoga menilai, Jokowi lebih baik menjadi bapak bangsa, ketimbang gabung partai. Sebab, sosok Jokowi mampu membantu pemerintahan Prabowo Subianto.
"Tapi, apakah Pak Jokowi mau? Karena banyak sekali beberapa pemikiran Pak Jokowi lebih baik menjadi bapak bangsa yang membantu pemerintahan Pak Prabowo," ujar dia.
Menurutnya, Jokowi dapat mempercepat target-target pembangunan sesuai dengan visi-misi pemerintahan Prabowo.
"Di dalam merealisasikan misi visi pemerintahan sekarang agar bisa akseleratif dan bisa mempercepat target-target pembangunan sesuai dengan apa yang telah ditargetkan pemerintahan Prabowo-Gibran," paparnya.
"Dan Pak Jokowi tentu akan bisa membantu dalam bidang lingkungan, sosial, budaya, dan sebagainya. Sehingga diharapkan akan ada kesinambungan program dan realisasi untuk mempercepat Indonesia maju," imbuh Yoga.
PDIP Tegaskan Jokowi Bukan Lagi Bagian PDIP
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan, Jokowi sudah tidak lagi menjadi bagian dari partai berlambang banteng moncong putih.
Tidak hanya Jokowi, dia mengatakan Wakil Presiden periode 2024-2029 Gibran Rakabuming Raka beserta mantan Wali Kota Medan Bobby Nasution juga sudah tidak menjadi kader PDIP.
"Saya tegaskan kembali Bapak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan," kata Hasto dalam konferensi pers di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Rabu (4/12).
Dia menjelaskan, Jokowi dan keluarga tidak lagi selaras dengan cita-cita partai yang diperjuangkan sejak zaman Presiden Pertama RI Soekarno berada di Partai Nasional Indonesia (PNI).
"PDI Perjuangan digerakkan oleh suatu cita-cita dan itu dibuktikan dengan pengiriman surat dari DPC Kota Surakarta, tempat kartu tanda anggota (KTA) Mas Gibran berasal yang memberitahukan bahwa berdasarkan undang-undang partai politik dan AD/ART partai, keanggotaannya secara otomatis berhenti," ujarnya.