Jokowi unggul di survei SMRC, Fahri Hamzah minta timses tenang
Jokowi unggul di survei SMRC, Fahri Hamzah minta timses tenang. Fahri mengatakan, perilaku timses Jokowi selama ini tidak mencerminkan bagaimana hasil survei. Justru, Fahri melihat sikap ditunjukkan timses Jokowi seperti orang yang kalah.
Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan elektabilitas Capres-Cawapres Nomor Urut 01 Jokowi-Ma'ruf unggul telak atas Capres-Cawapres Nomor Urut 02 Prabowo-Sandiaga. Berdasarkan survei SMRC, elektabilitas Jokowi mencapai 60,4 persen dan Prabowo 29,8 persen.
Politisi senior PKS Fahri Hamzah mengkritisi timses Jokowi setelah melihat hasil survei tersebut. Menurut dia, seharusnya timses tak usah grasa-grusu apabila hasil survei elektabilitas Jokowi mengungguli jauh Prabowo.
-
Bagaimana Fahri Hamzah melihat proses bersatunya Jokowi dan Prabowo? "Ini adalah dua tokoh besar. Orang hebat dua-duanya, yang selama ini oleh politik dibuat bertengkar, sekarang kita buat mereka bersatu," tutur Fahri, Minggu (28/1)
-
Apa yang menurut Fahri Hamzah menjadi bukti dari efek persatuan Jokowi dan Prabowo? "Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum," sambungnya.
-
Apa yang dipelajari Amir Hamzah saat di Surakarta? Di sana, Amir banyak sekali mempelajari perihal Sastra Timur dan bahasa, seperti Bahasa Jawa, Sanskerta, hingga Arab.
-
Kapan Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden? Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Kapan Amir Hamzah ditangkap? Konon, Amir diduga sedang makan bersama dengan perwakilan Belanda saat kembali ke Sumatra. Saat itu, revolusi sosial sedang berkembang. Sebuah kelompok dari Pemuda Sosialis Indonesia menentang Feodalisme. Akhirnya masa kepemimpinan Amir pun hancur dan ia ditangkap.
"Makanya kalau udah menang dalam survei enggak usah grasa-grusu, ya kan. Pede aja," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Jakarta Selatan, Senin (8/10).
Dia mengatakan, perilaku timses Jokowi selama ini tidak mencerminkan bagaimana hasil survei. Justru, Fahri melihat sikap ditunjukkan timses Jokowi seperti orang yang kalah.
"Tim sukses tim suksesnya tenang gitu loh. Orang udah menang kok. Harusnya tenang loh. Ini kaya orang kalah aja," ujarnya.
Selain elektabilitas yang tinggi, survei juga memperlihatkan kepuasan masyarakat terhadap kinerja petahana mencapai 73,4 persen. Fahri pun menegaskan timses Jokowi tak perlu takut karena hasil itu menunjukkan lebih dari pemerintahan SBY.
"Ya makanya kalau orang udah puas tenang aja lah. Engak usah takut kaya orang mau kalah aja," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, hasil durvei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang elektabilitas calon presiden yang dilakukan September 2018, menyebutkan 60,4 persen warga akan memilih Jokowi apabila pemilu dilaksanakan sekarang. Adapun survei dilakukan pada 7-14 September 2018 terhadap 1.220 responden dengan response rate 1.074 responden.
Survei dilakukan dngan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 3,05 persen. Sedangkan responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka.
"Dengan mewawancarai 1.220 responden secara random di seluruh Indonesia, survei menunjukkan 60,4 persen akan memilih Jokowi sebagai presiden, sementara yang memilih Prabowo hanya 29,8 persen," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di Kantor SMRC, Menteng, Minggu (7/10).
Djayadi mengatakan, berdasar hasil survei tersebut peluang Jokowi untuk terpilih kembali pada Pilpres 2019 semakin menguat. Dibandingkan survei Mei 2018, suara dukungan Jokowi naik 3 persen yakni dari 57 persen menjadi 60 persen, sedangkan Prabowo turun dari 33,2 persen menjadi 29,4 persen.
"Dari pengalaman tiga kali pilpres, calon yang suara dukungannya naik dan unggul terus sulit dikalahkan," ucapnya.
Meski demikian, lanjut Djayadi, hasil tersebut tak berarti kubu Jokowi bisa duduk tenang. Sebab, ada sejumlah faktor ekonomi yang dapat mengubah tren terutama isu ekonomi, hukum dan keamanan.
"Secara umum rakyat menilai kondisi ekonomi makro saat ini 73 persennya warga menyatakan puas," tandasnya.
Terpisah, Sekretaris Koalisi Indonesia Kerja, Hasto Kristiyanto menilai elektabilitas itu dapat tercapai karena kampanye Jokowi-Ma'ruf berdasarkan kinerja dan program, serta memajukan kesantunan publik, yang dapat diterima rakyat.
"Elektabilitas tinggi kami syukuri sebagai energi positif, pemacu semangat untuk lebih masif lagi turun ke daerah dan memenangkan hati rakyat untuk Jokowi-Kiai Maruf Amin," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Minggu (7/10).
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu menyindir bagaimana strategi kubu Prabowo-Sandiaga. Seperti memakai dugaan penganiyaan Ratna Sarumpaet, yang belakangan terbongkar sebagai kebohongan. Cara itu dipakai oleh Donald Trump saat pemilu Amerika Serikat.
"Sementara di kelompok sebelah, lebih memilih serangan tajam, bahkan menerapkan jurus model Donald Trump ataupun teknik firehouse of the falsehood Rusia yang tidak sesuai budaya timur. Berbagai model kampanye dengan nada ancaman seperti Indonesia akan bubar, harga sepiring nasi di Jakarta lebih mahal dari Singapura," kata Hasto.
Strategi tersebut terbukti hanya menjadi bahan tertawaan. "Ternyata menjadi bahan tertawaan rakyat dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Apapun masyarakat Indonesia lebih menghormati sosok yang jujur, ramah, dan bersahabat, daripada sosok yang kontroversial dan grusa-grusu," jelas Hasto.
Kendati demikian, Hasto meminta tim kampanye dan relawan tidak puas hanya berdasarkan elektabilitas survei. Dia menegaskan tim kampanye nasional Jokowi-Ma'ruf mengedepankan narasi yang bertumpu pada peningkatan kualitas manusia.
"Elektabilitas tinggi harus diikuti oleh gerakan dari rumah ke rumah, menghadirkan keberhasilan Pak Jokowi untuk rakyat. Pada kesempatan yang sama, daya dukung ulama karismatik yang kaya pengalaman serta menjadi pengayom rakyat seperti Kiai Maruf Amin terus memerkuat kepemimpinan Pak Jokowi," pungkasnya.
Baca juga:
Timses nilai elektabilitas Jokowi tinggi karena strategi kampanye berhasil
Survei SMRC: Ma'ruf dan Sandiaga belum mampu dongkrak elektabilitas capres
Survei SMRC: Tren elektabilitas Jokowi terus ungguli Prabowo
SMRC: Elektabilitas Jokowi naik jadi 60,4%, Prabowo turun jadi 29,8%
SMRC: 73,4% Rakyat puas kinerja Jokowi dan 48,2% nilai ekonomi lebih baik
Peneliti SMRC: Hoaks Ratna Sarumpaet berpengaruh negatif pada elektabilitas Prabowo
SMRC: Jokowi berpeluang besar ikuti jejak SBY saat Pilpres 2009, menang