Ketika Megawati Tak Lagi Singgung Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Ketika Megawati Tak Lagi Singgung Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Jokowi sendiri memang tidak diundang dalam acara ini.
- Pengamat Ungkap Alasan Jokowi Tak Mungkin Ambil Alih PDIP
- VIDEO: Megawati PDIP Akui Bicara Dengan Jokowi, Keras Kritik: Mau Apa Lagi Sih?
- Megawati Terang-terangan Kritik Jokowi di Depan Kader PDIP: Ini Persoalan Bangsa, Bukan Seorang!
- PDIP Sengaja Tak Undang Jokowi ke HUT ke-51, Sudah Tak Butuh Elektoral Presiden?
Ketika Megawati Tak Lagi Singgung Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri sama sekali tidak menyinggung Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan pidato politik dalam Rakernas ke-V Partai. Jokowi sendiri memang tidak diundang dalam acara ini.
Ini pun kali pertama Jokowi tidak hadir dalam acara rakernas PDIP. Mantan Wali Kota Solo itu sedang tidak berada di Jakarta melainkan di Yogyakarta.
Megawati sebenarnya mempersilakan tokoh-tokoh yang hendak hadir dalam acara Rakernas itu. Namun dia mengaku tak masalah juga jika ada yang tidak hadir.
"Mereka tamu-tamu, saya undang, saya juga bertanya begini, monggo, siapa yang mau dateng saya terima kasih sekali. Tapi kalau juga mungkin ndak mau dateng, ya saya terima kasih sekali," kata Megawati di Beach International City Stadium, Ancol, Jakarta Utara, Jumat (24/5).
Dalam sejumlah pidatonya, Megawati menyoroti sejumlah masalah yang terjadi seperti keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), TNI-Polri dibawa ke politik praktis, hingga kecurangan pemilu yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Mengenai MK, Megawati menyayangkan jika lembaga itu bisa diintervensi oleh kekuasaan. Hal itu berkaca dari adanya perkara 90 mengenai batas umur capres-cawapres hingga membuat Gibran Rakabuming Raka bisa maju di Pilpres 2024.
"Mengapa (MK) bisa dintervensi oleh kekuasaan. Nampak jelas melalui keputusan terhadap perkara nomor 90 yang menimbulkan begitu banyak antipati karena ambisi kekuasaan, sukses mematikan etika moral dan hati nurani hingga tumpang tindih kewenangan," kata Megawati.
Selain itu, Megawati mengingatkan bagaimana reformasi bisa lahir dan terwujud. Lalu membandingkannya dengan siatuasi anomali demokrasi yang terjadi saat ini khususnya terkait Pilpres 2024.
Dia pun menceritakan bagaimana reformasi membuat TNI dan Polri harus berpisah untuk menciptakan lembaga yang lebih profesional, melepaskan dwi fungsi angkatan bersenjata serta bisa bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi.
"Dalam masa kepemimpinan saya sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia, reformasi telah memisahkan TNI dan Polri. Kedua lembaga negara ini dituntut profesional, melepaskan dirinya dari Dwigungsi ABRI, dan bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi," tutur Megawati.
Namun menurutnya, kondisi ideal yang dituju itu kini malah terancam saat ada indikasi kuat intimidasi oleh aparat ke sejumlah pihak. Bahkan, sampai TNI dan Polri dibawa lagi ke politik praktis.
"Sebagaimana kita rasakan dalam pilpres yang baru saja berlalu. Saya itu sedihnya gitu, saya ini presiden ketika pemilu langsung pertama dan berhasil. Sekarang pemilunya langsung tapi kok jadi abu-abu,"
kata Megawati.
merdeka.com
Lebih lanjut, Megawati berterima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang selalu mendukung PDIP hingga tetap berdiri tegak menjadi Pemenang Pemilu Legislatif tiga kali berturut-turut.
Mengawati melanjutkan, perjuangan untuk memenangkan Pileg 2024 apalagi Hattrick, tidaklah mudah. Sebab menurutnya, yang terjadi, adalah badai anomali dengan diwarnai kecurangan secara struktur, sistematis, dan masif (TSM).
Atas dasar itu, Megawati menegaskan bahwa PDIP sebagai partai yang pernah melalui badai sejarah, akan tetap berani melawan segala bentuk ketidakadilan.
"Kita tahan banting kok, berani apa tidak?" Tanya Megawati kepada para peserta rakernas.
"Berani," jawab serempak ribuan peserta rakernas.
“Takut apa tidak?!" tanya Megawati lagi.
"Tidak," kembali jawab tegas para peserta rakernas.
Tercatat, sampai tiga kali Megawati menanyakan hal yang sama. Tiga kali juga dijawab peserta rakernas dengan tegas.
Presiden kelima RI itu lantas menyebut bahwa dirinya tidak takut jika dianggap provokator. Sebab, semua itu demi bangsa dan negara yang lebih baik.
"Nanti katanya saya "Bu Mega provokator iya saya sekarang provokator. Demi kebenaran dan keadilan. Weeee enak wae, ngerti kan? ngerti kan yang dimaksud?" tegasnya.
"Mengerti," jawab peserta rakernas.