Ketua DPD Golkar Jabar: Golkar bisa kiamat tak lakukan Munaslub
Golkar perlu membidik segmen pemilih di bawah usia 40 tahun. Ini tidak bisa terwujud jika citra partai buruk. Karena itu dia mendorong DPP menggelar Munaslub.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat mendorong pengurus pusat partai segera melakukan langkah-langkah penyelamatan melalui Forum Musyawarah Nasional Luar Biasa atau Munaslub. Dia menilai Golkar bakal ‘kiamat’ jika tidak segera melakukan langkah tersebut.
Dorongan munaslub muncul setelah Ketua Umum Setya Novanto ditetapkan tersangka dan telah ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). DPP menunjuk Idrus Marham sebagai Plt Ketua Umum.
-
Apa yang didiskusikan Dedi Mulyadi dan pengurus Golkar di pertemuan tersebut? Kita tadi sudah berdiskusi banyak. Intinya bahwa kita mendukung Pak Dedi Mulyadi untuk menjadi calon gubernur di Jawa Barat.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Kapan Dewi Sartika meninggal? Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dedi menuturkan, sebagai langkah awal, DPP Partai Golkar disarankan menjalin dialog dan komunikasi dengan pengurus partai di tingkat Provinsi yang ada di seluruh Indonesia untuk mempersiapkan langkah Munaslub itu.
"Kalau tidak diselesaikan, saya kira kepercayaan publik terhadap Partai Golkar akan hilang dan Golkar bisa kiamat," ujar Dedi di Purwakarta. Kamis (23/11).
Dalam pandangan Dedi, Munaslub penting digelar agar Partai Golkar segera mengkonsolidasikan diri menghadapi kontestasi Pilkada serentak 2018, Pileg dan Pilpres 2019. Basis partai berlambang pohon beringin yang berada dalam segmen massa berusia 40 tahun ke atas, dipandang tidak cukup kuat untuk memenangkan kontestasi tersebut.
Karena itu, pria yang juga menjabat sebagai Bupati Purwakarta itu memberikan masukan agar Partai Golkar meraih basis massa pemilih berusia di bawah 40 tahunan. Demi efektivitas pelaksanaan saran dan masukan ini, salah satu cara yang harus ditempuh adalah memulihkan citra partai yang kadung negatif karena kasus hukum yang tengah dijalani oleh Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto.
"Kami dari pengurus daerah sudah sering saling bertemu. Hasil dari pertemuan itu, kami menilai perlu melakukan penyelamatan partai. Bagaimana bisa kita meraih segmen pemilih di bawah usia 40 kalau citra partai terus begini. Padahal pemilih di usia itu sangat potensial," jelasnya.
Menurut Dedi, pengurus partai di daerah sudah mendesak DPP Golkar untuk memutuskan jadwal Munaslub pada 30 November 2017. "Kalau sudah 2/3 dari DPD Provinsi yang setuju maka tidak ada lagi alasan untuk tidak memilih pemimpin baru. Itu sudah tidak bisa di lama-lama. Munaslub harus dilaksanakan," tuturnya.
Amanat Sesepuh Golkar
Suara pergantian pucuk pimpinan DPP Partai Golkar ini tidak semata menjadi seruan para pengurus daerah. Dedi Mulyadi mengklaim para sesepuh partai berlambang beringin menginginkan pembaharuan demi penyelamatan partai.
"Pak Jusuf Kalla berpesan agar perubahan harus dilakukan. Ini juga disepakati oleh para sesepuh Golkar lain seperti Pak Agung Laksono dan Pak Abu Rizal Bakrie. Masak sih kita di peringkat 4 atau 5, kita harus peringkat 2 lah," jelas Dedi, kemarin Rabu (22/11) di Jakarta.
(mdk/noe)