Koalisi Capres dan Parpol Dinilai Ideal Dilakukan Sejak Awal
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai, idealnya koalisi partai dan penentuan calon dilakukan lebih awal. Tujuannya, agar partai dan kandidat punya waktu sosialisasi, konsolidasi dan penetrasi lebih matang.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai, idealnya koalisi partai dan penentuan calon dilakukan lebih awal. Tujuannya, agar partai dan kandidat punya waktu sosialisasi, konsolidasi dan penetrasi lebih matang.
Namun, menurutnya, hal itu sulit dilakukan. Koalisi pasti alot karena mencari yang terbaik.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
"Semua tergantung skenario dan strategi politik. Tapi rata-rata banyak yang main di akhir karena semua partai dan calon mencari pasangan ideal untuk menang, makanya alot,” ujar Adi Prayitno saat dihubungi, Minggu (9/1).
Beberapa tokoh kandidat calon presiden saat ini sudah mulai diwacanakan akan berpasangan. Misalnya, Airlangga Hartarto yang diusulkan berpasangan dengan Anies Baswedan, atau Ganjar Pranowo.
Menanggapi hal itu, Adi berpendapat itu adalah opini pribadi yang lumayan memancing pembicaraan publik. Namun bukan sikap resmi partai.
"Airlangga punya tiket partai, meski elektabilitasnya masih rendah. Ganjar dan Anies tak punya tiket partai, tapi punya ceruk pemilih. Sama-sama saling membutuhkan," ujarnya
Menurutnya, Golkar tentu sedang menimbang-nimbang Airlangga akan disandingkan dengan siapa.
"Mungkin saja dengan Ganjar, tapi problemnya ada dua. Pertama, Ganjar belum dapat restu PDIP yang terlihat lebih condong ke Puan. Kedua, PDIP terlihat lebih mesra dengan Gerindra ketimbang Golkar," paparnya.
Sementara untuk kemungkinan berpasangan dengan Anies, hal itu menurut Adi bisa saja terjadi. Namun, sulit untuk membangun koalisi demi melewati presidential threshold 20 persen.
"Tapi harus susah payah mencari partai lain untuk genapi ambang batas 20 persen. Termasuk apa mungkin Airlagga mau duet dengan Anies yang selama ini dinilai dekat dengan kelompok kanan," pungkasnya.
Sebelumnya, Sekretaris DPD Golkar DKI Jakarta, Basri Baco menilai, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto cocok dipasangkan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres 2024. Basri menganggap, Anies-Airlangga bahkan dapat mengimbangi Prabowo Subianto jika dipasangkan dengan Puan Maharani.
"Kalau Prabowo-Puan kan sudah dikunci. Kalau Airlangga-Anies kan bisa juga. Anies didukung PKS dan NasDem, gabung dengan Golkar. Kan cukup itu. Golkar, NasDem, PKS, dan PAN kan cukup juga buat ngimbangi Prabowo-Puan," kata Basri, Selasa (4/1).
Namun jika Anies urung maju ke Pilpres dan lebih memilih maju kembali ke Pilkada DKI Jakarta, maka menurutnya, Gubernur DKI Jakarta itu pantas dipasangkan dengan Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Ahmed Zaki Iskandar.
Pihaknya juga berkeinginan memasangkan Anies Baswedan dengan Ahmed Zaki Iskandar jika Gubernur DKI Jakarta itu kembali maju ke Pilkada DKI 2024.
"Kalau pak Anies tidak maju Pilpres dan maju lagi di Pilgub DKI. Kami juga harap pak Anies bisa tandem atau satu paket dengan Ahmed Zaki Iskandar. Itu harapan kami dan kami akan berjuang mati-matian mewujudkan itu," ujarnya.
(mdk/rnd)