Kukuhkan pengurus Kosgoro, Agung sebut Golkar tak terpecah belah
Katanya, semuanya ini hanya sebuah proses untuk mencapai Golkar yang baru.
Ketua Umum Golkar kubu Agung Laksono mengukuhkan pengurus Kosgoro di Sanur, Bali, Minggu (30/8). Terpilih sebagai ketua Kosgoro yaitu Gede Sumarjaya Linggih.
Dalam kesempatan itu, Agung Laksono menyampaikan bahwa tidak ada Golkar yang terpecah belah. Katanya, semuanya ini hanya sebuah proses untuk mencapai Golkar yang baru.
Bahkan katanya, dari sejak berdirinya Kosgoro 1957 untuk menjadi cikal bakalnya Partai Golkar juga diterpa berbagai rintangan. Lanjutnya, Golkar yang diterpa berbagai persoalan dan permasalahan dapat membuat partai berlambang beringin itu tetap makin kokoh.
"Golkar sudah sejak lama diterpa, inilah pentingnya kita menyatukan visi untuk makin kokoh. Terutama dalam menciptakan kader yang membangun Golkar makin berkembang. Golkar saat ini harus menjadi partai yang meyakinkan dan memberikan dorongan dalam membangun bangsa. Partai yang nasionalis, untuk itulah kita ada di sini sesuai amanat undang-undang Dasar dalam memelihara kehidupan yang berdemokrasi," ujar Agung.
Sementara itu, senyum sumringah dari mereka yang terpilih sebagai pengurus Kosgoro, ditunjukkan di atas panggung saat dikukuhkan oleh Agung Laksono. Kegembiraan itu ditunjukkan setelah berjalan lancar dan damai.
Gede Sumarjaya Linggih yang ditunjuk sebagai ketua, mengaku sangat bangga dengan proses Musda ini. "Lancarnya pelaksanaan Musda kali ini, tentu karena perjuangan kita semua. Kita yang diterpa berbagai rintangan hingga penghadangan, namun akhirnya pada hari ini Minggu 30 Agustus 2015 bisa terlaksana dengan damai," ucap Sumarjaya Linggih.
Di hadapan Agung Laksono, ia menuturkan bagaimana peristiwa yang terjadi saat menggelar Musda beberapa bulan lalu di Denpasar. Katanya, ada ribuan massa yang datang untuk menyukseskan pelaksanaan Musda waktu itu. Namun, katanya usaha untuk membuat Musda seakan ternodai dengan adanya kedatangan segelintir oknum yang datang dengan sengaja menggagalkan pelaksanaan Musda kala itu.
"Apa yang kita pikirkan kala itu adalah untuk jalan damai dan demi kepentingan Bali yang dikenal di mata dunia. Karenanya kami mengalah dan membubarkan diri, namun kami tetap bergerak dan melaksanakannya untuk tingkat kabupaten," tuturnya.