LSI sebut Ahok potensi kalah karena elektabilitas terus merosot
LSI sebut Ahok potensi kalah karena elektabilitas terus merosot. Seorang petahana dianggap kuat bilamana memiliki selisih elektabilitas sebesar 20 persen dengan pesaingnya. Sedangkan saat ini Ahok hanya berbeda 10-12 persen dengan Anies dan Agus.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei mereka terkait para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada DKI Jakarta. Di mana hasilnya, calon petahana Basuki Tjahaja Purnama terus mengalami penurunan elektabilitas.
Peneliti LSI Adjie Alfarabie mengatakan, hasil survei yang dilakukannya memang sempat menjadi pembicaraan banyak pihak. Salah satu alasannya karena Basuki atau akrab disapa Ahok yang awalnya perkasa dan kuat dalam banyak survei, ternyata kali ini petahana tersebut memiliki potensi untuk dapat ditumbangkan.
"Bukan hanya melihat siapa di atas yang unggul. Ahok potensial kalah, pertama indikasi penurunan suara, survei kita dari Juli hingga Oktober 2016 ada penurunan 18 persen. Itu penurunan besar bagi incumbent," katanya dalam satu diskusi di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (8/10).
Dia mengungkapkan, sangat jarang sekali terjadi penurunan elektabilitas sebesar itu kepada calon petahana. Bahkan, jika dirunut lebih jauh lagi maka tidak menutup kemungkinan penurunan popularitas mantan Bupati Belitung Timur itu bisa mencapai 28 persen.
"Sebelumnya elektabilitas Ahok 60 persen akhirnya jatuh di angka 30 persen usai pendaftaran. Selisih elektabilitas Ahok dengan Anies atau Agus beda hanya 10-12 persen," terangnya.
Adjie menjelaskan, seorang petahana dianggap kuat bilamana memiliki selisih elektabilitas sebesar 20 persen dengan pesaingnya. Sedangkan saat ini Ahok hanya berbeda 10-12 persen dengan Anies dan Agus.
Menurutnya, kekuatan Ahok masih sangat besar saat di awal setiap survei karena belum ada pesaing resmi yang akan diusung oleh partai politik. Namun saat sosok Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono masuk, maka pemilih kembali melakukan pemilihan politik mereka.
"Dukungan Anies dan Agus, dua kandidat ini melebihi elektabilitas incumbent. Pemilih DKI terpecah dua kutub berbeda," tutupnya.
-
Apa yang dikatakan Hasto mengenai peluang Anies dan Ahok di Pilgub DKI 2024? Hasto mengatakan hal itu menanggapi pertanyaan terkait peluang PDI Perjuangan memasangkan dua mantan gubernur DKI Jakarta yakni Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai calon gubernur - wakil gubernur DKI Jakarta.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Bagaimana Golkar memandang peluang Anies maju di Pilkada DKI? "Jadi, karena itu bagi kami prinsipnya siapapun ya punya hak untuk menjadi calon kepala daerah, tapi tentu dukungan partai politik ini menjadi sangat penting karena itu menjadi prasyarat yang harus dipastikan bahwa seseorang bisa mencalonkan diri karena ada dukungan dari partai politik," imbuh Ace.
Baca juga:
KPU DKI minta lembaga survei kedepankan fairness
'Elektabilitas Agus tinggi karena warga cari pemimpin alternatif'
Sebut survei seperti martabak, Ahok diminta belajar lagi
Dianggap belum pengalaman di DKI, survei LSI tak dipercaya kubu Ahok
Survei LSI sebut pemilih Ahok banyak keturunan Tionghoa & lulusan SD