Maruarar Sirait Yakin Pemilih PDIP Kabur Usai Anies Dukung Pramono, Begini Analisis Burhanuddin Muhtadi
Politikus Gerindra, Maruarar Sirait mengucapkan terima kasih kepada Anies Baswedan yang mendukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
Politikus Gerindra, Maruarar Sirait mengucapkan terima kasih kepada Anies Baswedan yang mendukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
Pria karib disapa Ara itu yakin, akibat dukungan itu, pemilih PDIP akan kabur dari Pramono-Rano. Karena sosok Anies dianggap bertolak belakang dengan ideologi pemilih PDIP.
- Maruarar Sirait Ucapkan Terima Kasih pada Anies Baswedan, Bikin Pemilih PDIP Kabur dari Pramono-Rano
- Politikus PDIP Aria Bima soal Budi Djiwandono Maju Pilgub Jakarta: Cocok, tapi Lebih Bagus di DPR
- Maruarar Sirait Keluar dari PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko: Beliau Militan, Keluarganya 'Merah Betul'
- Maruarar Sirait Mundur dan Pamit dari PDIP: Saya Memilih Ikuti Arah Politik Pak Jokowi
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, pihaknya belum punya bukti yang meyakinkan, endorsement yang dilakukan Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto dan Jokowi di Pilkada Jakarta apakah mempengaruhi pilihan pemilih.
“Karena surveinya dilakukan dengan persis berbarengan pada saat para tokoh itu turun. Jadi efeknya itu belum ketangkap sepenuhnya, jadi moving. Jadi kemungkinan efeknya akan ketangkap nanti, tanggal 27,” terang Burhanuddin usai melakukan rilis terbaru soal Pilkada Jakarta.
“Cuma masalahnya surveinya sudah selesai tanggal 21 November. Jadi saya harus rendah hati untuk mengatakan survei ini belum mampu sepenuhnya menangkap efek itu,” tambah Burhan.
Dia merasa Wajar apabila Ara sangat optimis dengan endorsement yang dilakukan Jokowi dan Prabowo meningkatkan elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono. Sementara Anies menurunkan keterpilihan Pramono-Rano.
“Tetapi tadi sudah diingatkan sama saya, bahwa surveinya belum bisa kita ambil kesimpulan efek Pak Jokowi, efek Pak Prabowo otomatis menaikkan Ridwan Kamil, atau efek Anies menaikkan suara Pramono. Karena lagi-lagi data surveinya sebagaian besar sudah selesai, nyaris bersamaan atau bahkan setelah para tokoh tadi menyatakan dukungan kepada Ridwan ataupun kepada Pramono,” tegas dia.
Dengan metode ilmiah, Burhanuddin mengatakan, tak mudah juga memotret pengaruh dukungan para tokoh tersebut kepada jagoannya masing-masing yakni Ridwan Kamil dan Pramono.
Sebab ada sejumlah variabel yang perlu ditekankan dalam survei. Sebelum mengetahui pengaruh dukungan para tokoh tersebut.
“Dan jangan lupa, untuk bisa mengetahui efek itu ada banyak bagian. Satu, yang tahu dukungan Anies kepada Pramono berapa banyak. Bagaimana punya efek kalau misalnya mereka tidak tahu bahwa Anies yang mereka idolakan mendukung Pramono,” kata Burhanuddin.
“Kita enggak punya informasi itu. Yang kedua, yang tahu bahwa Jokowi itu turun gunung mendukung Ridwan Kamil berapa banyak. Oh, kita enggak tahu,” jelas Burhan lagi.
Belum lagi, variabel responden yang tahu bahwa Prabowo itu mendukung Ridwan Kamil melalui makan bergizi gratis itu berapa banyak. Kata Burhanuddin, dalam survei juga tidak bisa hanya menanyakan pada responden yang tahu.
Kalau pun responden tahu, apakah mereka akan mengikuti enggak saran dari para tokoh yang mereka idolakan.
“Jangan-jangan mereka loyalis baik ke Mas Anies atau ke Pak Jokowi atau ke Pak Prabowo, tapi soal pilihan itu kembali ke hati nurani mereka masing-masing. Dan jangan lupa di semua wilayah yang paling tinggi tingkat otonomi memilih itu Jakarta. Jadi kami punya kemewahan untuk melakukan survei di semua wilayah,” tegas dia.
Kata Maruarar Sirait
Sebelumnya, Survei terbaru Indikator Politik Indonesia menyatakan 81,6 persen pemilih PDIP akan solid mendukung pasangan Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
Menanggapi survei ini, Politikus Gerindra, Maruarar Sirait menilai, dukungan akar rumput di PDIP tidak akan sampai 81,6 persen. Alasannya, ada sosok Anies Baswedan yang belakangan juga ikut mendukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta.
“Saya yakin mas, ini PDI, ini kan sekarang 81 persen. Menurut saya ini akan turun. Turun. Karena, sekarang, Pramono didukung oleh Anies Baswedan,” jelas Maruarar dalam Rilis hasil survei Indikator di Jakarta, Jumat (22/11).
Mantan Politikus PDIP itu bercerita, pihaknya telah mendatangi lima basis pemilih di Jakarta. Merujuk dari situ, dia yakin, pemilih PDIP tidak akan sampai 81 persen mendukung Pramono-Rano karena sosok Anies Baswedan.
“Saya yakin ini akan turun karena, jujur saja waktu Ridwan Kamil itu mendapat wakilnya Suswono, itu basis-basis non-muslim itu ke Pram. Tapi begitu Ridwan Kamil, Pramono mendapat dukungan dari Anies ini pasti swing,” terang Maruarar.
Menurut Ara dengan hadirnya Anies di kubu Pramono-Rano seolah membangunkan macan tidur. Apalagi selama ini, Pramono dianggap dekat dengan Presiden ketujuh Joko Widodo (Jokowi).
“Ada satu hal yang menarik, dengan Anies mendukung Pramono datang kampanye yang kemarin ya, itu membangunkan macan tidur Selama ini, Pramono itu, mengesankan, dia juga dekat sama Jokowi dan Prabowo,” ujar pria karib disapa Ara.
Dia juga meyakini, dengan hadirnya Anies di kubu Pramono-Rano justru akan menurunkan tingkat elektabilitas jagoan PDIP tersebut.Ditambah lagi, Ridwan Kamil yang diusung oleh partainya didukung penuh oleh Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto.
“Jadi saya berterima kasih kepada Mas Anies yang sudah mendukung Pramono dan Rano. Karena membangunkan macan tidur dan ini akan membuat peta dukungan berubah dalam beberapa hari ini,” tegas dia.
Survei Indikator
Dalam survei Indikator, pemilih PDIP paling solid mendukung Pramono-Rano dengan angka 81,6 persen.Sementara pemilih Gerindra hanya 55,6 persen yang memilih Ridwan Kamil-Suswono.
Pemilih PKS 41,7 persen yang mendukung Ridwan-Suswono. Pemilih Golkar 59,1 persen yang mendukung Ridwan-Suswono.Indikator Politik melakukan dua metode survei di Pilkada Jakarta 2024.
Pertama melalui tatap muka dan kedua lewat sambungan telepon.Survei dilakukan 30 Oktober-8 November 2024 (Tatap muka) dan 15 November-21 November 2024 (sambungan telepon).
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di Provinsi Daerah Khusus Jakarta yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1600 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1600 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.5% pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel berasal dari seluruh Kota Administrasi di Provinsi Daerah Khusus Jakarta yang terdistribusi secara proporsional. Berhubung kecilnya populasi Kepulauan Seribu, kami tidak ikutsertakan dalam sampel.