Megawati: Pancasila sering dimaknai hanya sebagai dasar negara saja
"Melalui buku ini, Pancasila hadir sebagai basis teori sosial yang bersifat dinamis-progresif," kata Megawati.
Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku sengaja meluangkan waktu untuk hadir dalam seminar dan peluncuran buku 'Revolusi Pancasila' karya Yudi latif.
Megawati menganggap buku tersebut sangat menarik karena banyak mengutip pernyataan Bung Karno yang semakin terasakan relevansinya.
"Buku ini mampu menggugah cara pandang kita terhadap Pancasila. Selama ini, Pancasila sering dimaknai dalam pengertiannya sebagai dasar negara saja. Pancasila yang statis. Melalui buku ini, Pancasila hadir sebagai basis teori sosial yang bersifat dinamis-progresif," kata Megawati dalam pidatonya di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10).
Sifat progresif ini, lanjut Megawati, tidak terlepas dari proses penggalian yang dilakukan Bung Karno ketika bertemu dengan seorang petani yang bernama Marhaen. Bung Karno melihat bahwa realitas kemiskinan struktural yang dihadapi petani Indonesia, diakibatkan oleh tata pergaulan hidup yang mengisap.
"Di sinilah persoalan kemiskinan dilihat secara ideologis sebagai persoalan struktural yang berkaitan langsung dengan sistem politik, ekonomi, dan kebudayaan akibat penjajahan. Atas persoalan struktural inilah, mengapa Pancasila juga hadir sebagai bintang pengarah," jelas Megawati.
"Karenanya, setiap rancangan perubahan struktural yang dilakukan, tidak boleh kehilangan pijakan dengan kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Pancasila dengan demikian menjadi teori perubahan sosial dan arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang kita dambakan bersama," ujarnya.
"Di dalam proses perubahan tatanan masyarakat yang ber-Pancasila itulah saya sangat setuju dengan tesis Yudi Latif, bahwa Pancasila harus menjadi praksis-ideologi dalam pengambilan kebijakan pemerintahan negara," sambungnya.
Megawati menekankan, guna menjalankan Pancasila sebagai praksis-ideologi dan katalis perubahan struktural masyarakat Indonesia, atau dengan kata lain agar bisa merevolusikan Pancasila, maka bangsa Indonesia harus memiliki tiga kesaktian (Trisakti) di tiga ranah perubahan sosial, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Usaha mencapai Trisakti di bidang politik, ekonomi dan budaya itu bisa dicapai melalui revolusi yang sesuai dengan tuntutan budi nurani kemanusiaan.
"Tuntutan budi nurani kemanusiaan tersebut mencerminkan kodrat kemanusiaan sebagai makhluk religius yang berperikemanusiaan, makhluk sosial dan sekaligus individual yang menghendaki pengejawantahan keadilan sosial, kemerdekaan kolektif sebagai bangsa, dan sekaligus kemerdekaan setiap warga negaranya," terang Megawati.
"Dengan demikian, jelaslah bahwa Revolusi Pancasila merupakan revolusi kemanusiaan yang bersifat multidimensional. Cakupannya pun sangatlah luas. Bung Karno menegaskan watak revolusi ini yang bersifat multikompleks," ujarnya.
-
Siapa pacar Megawati Hangestri? Dalam unggahannya itu, ia menandai akun bernama Dio Novandra yang merupakan kekasihnya.
-
Siapa yang memuji kemampuan Megawati di lapangan? Bahkan, pelatih dari tim lawan mengakui betapa sulitnya menghadapi Megawati.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
-
Mengapa Megawati mendukung hak angket Pemilu? Ketua Tim Demokrasi Keadilan (TDK) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis mengatakan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendukung hak angket untuk menyelidiki dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024.
-
Siapa yang ingin bertemu dengan Megawati? Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan untuk melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
-
Apa yang biasa Megawati pakai sehari-hari? Gaya Megawati sehari-hari yang kerap terlihat begitu. Mengenakan kaus dengan lengan panjang yang dilipat. Simpel dan santai.
"Sifat multikompleks Revolusi Pancasila itu setidaknya mengandung lima dimensi revolusi, revolusi nasional, revolusi politik, revolusi ekonomi, revolusi sosial, dan revolusi mental-budaya. Kelima muka revolusi itu harus berjalan secara simultan dalam rangka menjebol sisa-sisa struktur sosial lama, seraya membangun landasan untuk masyarakat baru," tandasnya.
Baca juga:
Megawati: Sumpah Pemuda dan Pancasila tak bisa dipisahkan
Hadiri bedah buku, Megawati kagumi pemikiran Yudi Latif
Megawati disebut tokoh paling mempengaruhi kebijakan politik Jokowi
Akhirnya Megawati bisa temui Jokowi di Istana
Jokowi di antara sejarah buruk hubungan Mega dan Amerika