Peringati Hari Lahir Pancasila, Megawati Suarakan Pemimpin Berjuang Demi Bangsa Bukan Pribadi
Megawati bercerita Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno menghadapi tantangan berat demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Megawati menyampaikan demikian dalam amanat yang dibacakan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Peringati Hari Lahir Pancasila, Megawati Suarakan Pemimpin Berjuang Demi Bangsa Bukan Pribadi
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menilai, pemimpin seharusnya bisa berjuang demi kepentingan bangsa dan menjadi suri tauladan bagi rakyat.
Megawati menyampaikan demikian dalam amanat yang dibacakan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat Upacara Bendera Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (1/6).
Awalnya, Megawati bercerita Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno menghadapi tantangan berat demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
"Api perjuangan Bung Karno inilah yang kita temukan di Ende. Sebab di tempat inilah Bung Karno menghadapi tantangan perjuangan. Situasinya sungguh sangat berat. Beliau sendiri mengatakan, kalau di Sukamiskin tubuhku di penjara, di Flores ini semangatku di penjara. Aku diasingkan dari manusia, dan diriku bagaikan seekor burung elang yang dipotong sayapnya," kata Megawati.
Megawati mengatakan, Bung Karno selama masa pengasingan sempat ditawarkan seorang stoker untuk keluar secara diam-diam dari masa pengasingan di Ende.
Namun, Bung Karno menolak tawaran dan memilih tetap di Ende karena ingin menunjukkan bahwa seorang pemimpin juga menderita dalam memperjuangkan cita-cita.
"Bung Karno menolak dan mengatakan, itu bukan cara Bung Karno, kabur dari tempat pembuangan. Oleh rakyat, aku dianggap sebagai lambang dari perjuangan kemerdekaan. Dengan tetap tinggal di tempat ini, rakyat dapat menilai, bagaimana pemimpin mereka juga menderita untuk cita-cita. Lebih baik bagi Soekarno untuk tetap berada di tempat ini, sebagai pengorbanan dari cita-cita," ujar dia.
Presiden kelima RI itu menyebut, Bung Karno percaya para tokoh kemerdekaan akan menang meski perjuangan dilakukan dari Ende, Flores.
"Suatu hari, betapapun jua, kita akan menang. Dalam fajar itu kawan, aku tidak akan melarikan diri dari Flores secara diam-diam, tetapi aku akan berbaris keluar dengan kepala tegak," ucap Megawati.
Dia pun menyampaikan langkah Bung Karno yang tetap berjuang dari Ende menunjukkan nilai penting bahwa pemimpin berjuang bukan untuk kepentingan pribadi.
"Betapa bergetar hati kita melihat semangat pemimpin seperti itu. Pemimpin tidak pernah lari dari tanggung jawab. Pemimpin itu berjuang bagi kepentingan bangsanya, dan menjadi suri teladan bagi rakyat yang dipimpinnya," tegas Megawati.
Sebagai informasi, Megawati absen dalam Upacara Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila, Ende, NTT.
Hasto menjelaskan, Megawati kurang fit sehingga harus absen dalam peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende.
"Kami sampaikan permohonan maaf Ibu Megawati tidak hadir, beliau kurang sehat. Mohon doanya. Percayalah, bumi Ende ini memberikan semangat bagi kita, karena di sinilah Pancasila di kontemplasikan, salam dari Ibu Megawati yang selalu mendoakan Ende, khususnya demi anak-anak bangsa," kata Hasto.
Adapun, Penjabat (Pj) Gubernur NTT Ayodhya G.L Kalake menjadi instruktur Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende.
Wakapolres Ende Kompol Ahmad menjadi komandan upacara dan Ketua DPRD NTT Emelia Julia Nomleni menjadi pembaca naskah Pancasila.