Membaca kemungkinan Golkar tinggalkan Jokowi
Loyalitas Partai Golkar tengah menjadi sorotan jelang pendaftaran Capres-Cawapres di KPU pada 4-10 Agustus 2018 nanti. Gara-garanya, manuver Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang beberapa waktu lalu bicara serius dengan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Loyalitas Partai Golkar tengah menjadi sorotan jelang pendaftaran Capres-Cawapres di KPU pada 4-10 Agustus 2018 nanti. Gara-garanya, manuver Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang beberapa waktu lalu bicara serius dengan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Wajar saja spekulasi Golkar akan tinggalkan Jokowi menguat. Terlebih sejarah membuktikan, Golkar sebagai partai besar bisa dengan mudah mengubah arah politiknya ikut penguasa seperti pada Pemilu 2004 dan 2014.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
Di samping itu, dorongan Airlangga menjadi cawapres di internal menguat. Tapi tak seiring dengan dukungan parpol koalisi Jokowi. Belakangan, nama yang mencuat malah Mahfud MD dan Sri Mulyadi sebagai kandidat cawapres petahana.
Ditambah, pernyataan Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang menyebut antara dirinya dan Airlangga akan kembali menggelar pertemuan jika keduanya tak dipilih sebagai Cawapres oleh Jokowi. Hal ini menambah kuat spekulasi internal koalisi Jokowi tengah goyang.
Seberapa besar peluang Golkar hengkang?
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago melihat kemungkinan Golkar cabut dari koalisi Jokowi. Sebab, menurutnya, Golkar adalah partai yang sulit dipegang.
Safari politik Airlangga dipandang sebagai upaya mencari 'perahu baru' jika tak dipilih menjadi cawapres. Pangi melihat peluang Golkar merapat ke kubu Prabowo Subianto atau membuat poros alternatif belum tertutup.
"Kalau Golkar banting stir mungkin saja, yang dipegang Pak Jokowi kan hanya Pak Luhut dan Airlangga. Kedua adalah strategi ini bola pantulan bisa kemana-mana bisa ke Prabowo bisa ke poros Demokrat," kata Pangi saat dihubungi merdeka.com, Kamis (12/7).
Potensi Golkar gabung koalisi Prabowo atau poros alternatif bisa terjadi apabila melihat celah untuk dapat mengusung kader menjadi cawapres.
"Kalau itu kemungkinan lompat pagar kalau di sana disambut dengan baik. Kalau enggak ada harapan di akan bertahan di poros Jokowi," terangnya.
Pangi menganalisis, alasan Golkar memaksakan Airlangga menjadi cawapres karena ingin mendapatkan efek ekor jas. Menurutnya, bila tidak ada kader yang diusung menjadi cawapres maka suara Golkar akan merosot.
"Itu dikhawatirkan kalau tidak usung cawapres suara bisa goyang. Logika partai paksakan cawapres tidak ingin perahu tenggelam kalau figur maju elektabilitas partai terangkat," paparnya.
Untuk itu, Pangi menyarankan Jokowi untuk mencari cara memagari Golkar agar tidak cabut dari koalisi. Salah satu opsi yang bisa dipakai adalah mengiming-imingi Golkar dengan jatah menteri yang lebih banyak dan strategis.
Sebab, Golkar adalah partai yang tidak bisa jauh dari kekuasaan.
"Kalau Pak Jokowi ingin cari sosok non parpol beliau harus memberikan iming-iming lain. Anggap Airlangga tak jadi cawapres ada posisi lain yang ditawarkan," tandas Pangi.
Airlangga kini gencar melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh. Pertemuan tersebut menuai anggapan sebagai langkah antisipasi Golkar jika tak dipilih sebagai cawapres Jokowi.
Namun anggapan itu langsung dibantah Airlangga. Dia menyebut pertemuan dengan beberapa tokoh termasuk SBY sebagai salah satu cara untuk mengajak partai yang belum menentukan arah dukungannya di Pilpres 2019 bisa turut mendukung Presiden Jokowi untuk menjabat selama dua periode.
"Antara koalisi pendukung presiden dan tentu bagi koalisi partai penduking presiden lebih banyak lebih baik di dalam politik lebih banyak lebih baik," kata Airlangga.
Airlangga menegaskan komitmennya untuk tetap mendukung capres petahana Joko Widodo atau Jokowi kalaupun nanti ia tak dipilih menjadi cawapres Jokowi. Ia mengatakan saat di awal menyatakan dukungan kepada Jokowi, partainya tak mensyaratkan soal posisi cawapres harus dari Golkar.
Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) Eva Kusuma Sundari menilai Partai Golkar tidak akan ambil risiko keluar dari koalisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. Sebab, kata dia, Golkar punya berkepentingan subjektif untuk menjaga citra positif yang selama ini berusaha dibangun paska mantan ketua umumnya, Setya Novanto dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi e-KTP.
"Aku melihatnya enggak akan mau ambil risiko yang berat ya. Karena mereka punya kepentingan subjektif Pileg. Pileg itu kan asosiasinya dengan pencitraan positif," kata Eva.
Baca juga:
PSI prediksi Cawapres Jokowi sudah dikenal masyarakat
SBY ajukan kontrak politik dan 5 syarat capres yang didukung Demokrat
SBY ungkap Demokrat punya tiga opsi di Pilpres 2019
PDIP sebut Jokowi tunggu Prabowo umumkan Cawapres
PPP yakin PKB tetap dukung Jokowi meski bukan Cak Imin Cawapresnya
Airlangga tak jadi Cawapres, koalisi Golkar-Demokrat bisa terjadi