Jokowi Dinilai Lebih Mudah Kawal Indonesia Maju 2045 Jika Jadi Ketum Golkar
Dikatakan Qodari, Golkar akan mendapat keuntungan besar jika Jokowi memimpin partai.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari merespons surat dukungan sejumlah politisi senior Partai Golkar yang meminta kesediaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Ketua Umum (Ketum) Golkar. Pada prinsipnya, Qodari menghormati aspirasi dari para senior Golkar itu karena Jokowi memiliki basis pendukung yang kuat di masyarakat.
"Saya melihatnya sebagai aspirasi ya, itu kan aspirasi dari senior Golkar, wajar-wajar saja ada aspirasi, ya enggak usah jauh-jauh, saya pun juga pernah punya aspirasi yang sama, Pak Jokowi jadi Ketua Umum Golkar" ujar Qodari, Selasa (20/8).
Dikatakan Qodari, Golkar akan mendapat keuntungan besar jika Jokowi memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut karena memiliki figur yang merakyat.
"Jokowi juga akan lebih mudah mengawal agenda Indonesia Maju 2045 lewat dukungan di parlemen. Sehingga pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka semakin kokoh," ucap Qodari.
Lanjut Qodari, jika melihat realitas politik hari ini pada Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar telah mengerucut kepada satu nama yaitu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Bahlil, kata Qodari, berpotensi besar menjadi calon tunggal karena sudah mengantongi suara mencapai 80% dari pemilih suara.
"Tetapi realitas politik pada hari ini kan dukungan itu sudah mengerucut kepada Pak Bahlil ya, tadi malam sudah mendaftar, sudah 469 suara dari total 558 suara yang ada di dalam Munas," ucapnya.
"Yang intinya sudah 80% dari total suara dan itu menunjukkan bahwa Bahlil akan menjadi calon tunggal di Munas karena syarat untuk maju ketua umum itu di luar syarat-syarat administratif adalah adanya dukungan minimal dari 30% pemilik suara," sambungnya.
Jokowi Tidak Mendaftar
Sementara itu, Qodari menyebut aspirasi politisi senior Golkar yang ingin meminang Jokowi menjadi Ketum Golkar juga menjadi sirna. Jokowi sendiri tidak melakukan pendaftaran sampai waktu pendaftaran ditutup.
Qodari mengatakan, peluang Bahlil disahkan menjadi Ketua Umum Partai Golkar juga nampaknya tinggal menunggu waktu saja, karena sudah tidak ada pesaing. Meskipun sempat ada kader yang mendaftar, seperti Ridwan Hisjam, namun telah dicoret karena tidak memenuhi syarat.
"Jadi sebagai sebuah aspirasi itu sah-sah saja, tetapi realitas politiknya bahwa calon tunggal Ketua Umum Partai Golkar pada hari ini adalah Bahlil," tegasnya.
"Yang artinya aspirasi dari pemilih itu mengerucut kepada Bahlil Lahadalia. Jadi saya kira tidak akan ada perubahan mengenai ketua umum. Hari ini akan ada Rapimnas, lalu disusul dengan Munaslub dan besok akan terpilih ketua umum yang baru, yang singkatnya adalah semua mengerucut kepada Bahlil Lahadalia," tambahnya.
Lebih lanjut Qodari menyampaikan meski Jokowi ditakdirkan tidak menjadi Ketum Golkar, namun ia meyakini kepemimpinan Bahlil juga akan mirip seperti Jokowi yang merakyat dan berkomitmen mengawal agenda Indonesia Maju 2045. Bahlil juga diharapkan bisa memberikan kemanfaatan yang besar bagi kemajuan Golkar ke depan menjadi solid dan kokoh.
"Dengan adanya aspirasi seperti itu, Pak Bahlil juga diharapkan bisa membawa kemanfaatan yang sama bagi Partai Golkar, bahwa Pak Bahlil juga bisa membawa Golkar menjadi semakin merakyat dan bisa membawa Golkar untuk kokoh mengawal agenda Indonesia Maju 2045," ungkapnya.
Qodari meyakini Bahlil akan mampu mewujudkan harapan tersebut. Sebab, Bahlil sudah belajar langsung dari Jokowi dalam menjalankan kepemimpinan.
"Kepemimpinan Pak Jokowi itu ditandai dua hal yang tadi sudah disebutkan, yakni merakyat dan visi tentang Indonesia Maju yang sangat kuat," tuntasnya.