Menakar Dampak Politik Bagi Anies Baswedan Usai Penutupan Holywings
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, secara politik kebijakan menutup Holywings imbas viralnya kasus promosi minuman bermuatan sara itu punya efek multitafsir.
Jelang tahun politik menjadi hal wajar apabila seluruh tindak tanduk kebijakan dikait-kaitkan dengan elektabilitas para sosok kandidat, termasuk ditutupnya sejumlah outlet Holywings di Jakarta oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Lantas bagaimana menakar dampaknya secara politik?
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, secara politik kebijakan menutup Holywings imbas viralnya kasus promosi minuman bermuatan sara itu punya efek multitafsir.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Kapan Hari Brimob diperingati? Bangsa Indonesia memperingati Hari Brimob setiap tanggal 14 November.
-
Apa arti dari 'safe flight'? Safe flight sendiri merupakan kata lain dari terbang dengan aman. Kata ini sering kali digunakan seseorang yang hendak menempuh penerbangan.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Wildan meninggal? Orang tua dari mendiang Wildan Rochmawati, mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes), hadir pada wisuda untuk mewakili anaknya yang meninggal karena kecelakaan di sekitar kampusnya berkuliah pada dua hari lalu, menjelang wisuda.
-
Kenapa Emping Beras begitu istimewa di Bangka Belitung? Tak heran jika kuliner yang satu ini begitu legendaris di masyarakat Bangka Belitung.
"Artinya soal penutupan Holywings itu multitafsir. Kalau tadi kan perspektif politik, jelas salah satunya upaya untuk menyenangkan kelompok-kelompok (agama)," kata Adi dalam diskusi Total Politik di Jakarta, Minggu (3/7).
Meski kebijakan penutupan Holywings ini bisa menjadi isu yang sensitif secara politik, namun Adi melihat bahwa langkah ini bisa dipandang posisi Anies sebagai Capres yang agamis.
"Anies misalnya menyenangkan pendukungnya, ya oke. Tapi ini menebalkan keyakinan Anies begitu dekat dengan agama," ujarnya.
Pasalnya, lanjut Adi, dari sisi politik, susah rasanya bila membawa sosok Anies sebagai kandidat yang berposisi di tengah atau moderat. Lantaran latar belakang afiliasi Kelompok Islam dalam kemenangan di Pilgub lalu sangat kuat.
"Stigma itu enggak hilang (agamis), ini menunjukkan bahwa Anies afiliasi politiknya ke kelompok Islam," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan melihat apabila dari sisi politik keputusan menutup Holywings oleh Anies adalah langkah politik yang tidak menguntungkan.
"Umumnya mereka ini melihat 2024 itu dengan cara menokohkan Anies. Itu sebetulnya kalau penutupan Holywings untuk itu, sebetulnya sesuatu yang secara politik tidak begitu cerdas," tuturnya.
Sebab, lanjut Djayadi, isu penutupan Holywings saat ini telah bergeser dan menyerempet beragam persoalan isu tidak cuma pelanggaran, tetapi juga kemanusiaan dan lain-lain.
"Karena isunya begini, bergeser bukan hanya soal miras, jadinya soal isu kemanusiaan. Ada orang bekerja di situ, ada orang terdampak, dan itu bisa ke mana-mana isunya," tutur dia.
Walaupun Djayadi melihat dari sisi kacamata politik, langkah-langkah politik itu bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
"Pertama para capres itu akan solidifying the best mengkonsolidasikan pendukungnya. Kalau sudah terkonsolidasi mestinya (Anies) tak perlu lagi, dia harus gerak ke tengah," katanya.
Padahal, sambung dia, jika melihat dari tiga nama kandidat Capres seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, base pemilihannya belum ada yang mencapai 50 persen. Alhasil mereka harusnya berlomba meraih suara dari pendukung Jokowi.
"Makanya tampaknya masing-masing ada strategi-strategi yang muncul, masing-masing berlomba di tengah memperebutkan pemilih Jokowi. Atau memotret negatif lawan. Jadi menurut saya perlu hati-hati dengan kasus Holywings ini," tuturnya.
Alasan Anies Tutup Holywings di Jakarta
Sebelumnya, izin usaha Holywings di Ibu Kota dicabut oleh Anies. Ini karena perusahaan itu terbukti melanggar ketentuan sertifikasi penjualan alkohol.
Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta Benny Agus Chandra, Holywings memiliki 12 outlet di Jakarta.
"Sesuai arahan Gubernur untuk bertindak tegas, sesuai ketentuan dan mencerahkan, serta mendasarkan pada rekomendasi dan temuan dua OPD Pemprov DKI Jakarta, maka kami selaku Dinas PM-PTSP mencabut izin usaha 12 outlet Holywings di Jakarta sesuai ketentuan yang berlaku," kata Benny.
Outlet Holywings di Jakarta tersebar di beberapa tempat, seperti di Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kalideres, Kelapa Gading Barat, Pantai Indah Kapuk (PIK), Senayan, Epicentrum, Mega Kuningan, Gunawarman, dan Gatot Subroto.
(mdk/cob)