PAN Nilai Presidential Club Prabowo Jadi Ruang Tukar Pikiran
Bukan hanya tukar pikiran, dengan adanya silaturahmi maka kritik dan evaluasi juga pasti terjadi.
Bukan hanya tukar pikiran, dengan adanya silaturahmi maka kritik dan evaluasi juga pasti terjadi.
- Prabowo Tunjuk Luhut Binsar Pandjaitan Jadi Ketua Dewan Ekonomi Nasional
- Soal Presidential Club Prabowo, Bamsoet Usul Dewan Pertimbangan Agung Dihidupkan Kembali
- PAN Nilai Rencana Prabowo Bentuk Klub Presiden Sulit Terwujud: Ada Komunikasi yang Terputus
- PAN Nilai PKB Sulit Gabung Koalisi Prabowo, Singgung Narasi Perubahan
PAN Nilai Presidential Club Prabowo Jadi Ruang Tukar Pikiran
Partai Amanat Nasional (PAN) menilai baik soal rencana pembentukan 'Presidential Club', oleh Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto.
Diketahui, 'Presidential Club' itu nantinya akan diisi oleh Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi)
"Silaturahim politik selalu penting dan perlu dilaksanakan. Bentuknya, ada yang formal dan ada yang informal. Bisa dilaksanakan kapan saja sesuai dengan jadwal dan agenda yang ada," kata Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay, Senin (6/5).
"Kalau ada silaturahim, pasti ada tukar pikiran. Ada diskusi. Ada kritik dan evaluasi. Ada masukan untuk perbaikan. Semua itu tentu baik bagi pemerintah yang sedang menjalankan amanah," sambungnya.
Namun demikian, silaturahmi seperti itu disebutnya tidak mudah untuk dilaksanakan. Apalagi, pesertanya adalah mantan presiden dan politisi-politisi hebat.
Selanjutnya, selain adanya kesibukan dari masing-masing orang tersebut. Agenda kebangsaan yang diusung bisa saja tidak beririsan.
"Dari Pilpres kemarin aja kita sudah bisa melihat adanya perbedaan lingkup pemikiran dalam membangun Indonesia. Ada yang ingin perubahan, ada yang ingin keberlanjutan dan penyempurnaan, serta ada yang ingin perubahan dan perbaikan. Dasar dan pokok pijakan berpikirnya juga berbeda. Semua memiliki argumen yang oleh masing-masing dinilai paling baik," jelasnya.
Oleh karena itu, menurut mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah ini kalaupun adanya silaturahmi seperti itu, agak sulit dapat dihadiri oleh semua mantan presiden tersebut.
"Perlu usaha dan kesungguhan untuk menghadirkan semuanya. Ada banyak faktor teknis, ideologis, dan sosial politik yang bisa menjadi hambatan. Semua orang bisa membaca posisi ideologis dan sosial politik semua mantan presiden kita. Kalau mau jujur, di antara mereka kadang ada persoalan komunikasi yang selama ini terkesan terputus. Dan itu tidak mudah untuk dijalin kembali," ungkapnya.
"Tapi, kita tetap dukung semua agenda Prabowo. Semua yang baik harus tetap diupayakan terwujud. Hasilnya, nanti kita lihat. Yang penting, berusaha dan berdoa dulu," pungkasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Prabowo Subianto Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan mengenai keinginan Prabowo yang ingin membentuk 'Presidential Club'.
Menurutnya, hal itu adalah istilah agar Presiden RI terdahulu tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan.
"Presidensial Club itu istilah saya saja, bukan institusi. Essensinya Pak Prabowo ingin para mantan Presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan," kata Dahnil lewat pesan tertulis, Jumat (3/5).
Menurut Dahnil, Prabowo juga ingin silatirahim para presiden RI terdahulu tetap terjaga. Dia mengatakan, hal ini pun bisa menjadi teladan bagi masyarakat.
"Sehingga terjaga silaturahim kebangsaannya dan menjadi teladan bagi kita semua. Ya, semua mantan Presiden kita yang masih ada," katanya.
Dahnil melanjutkan, Prabowo berharap, sebagai bangsa besar para pemimpinnya bisa kompak, rukun, guyub memikirkan dan bekerja untuk kepentingan rakyat banyak. Terlepas dari perbedaan pandangan dan sikap politik.