PDIP Batal Usung Anies, Sejarah Politik Pilkada Jakarta 2017 Jadi Alasan Kuat
Padahal, sempat muncul nama Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akan diusung oleh PDIP.
Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus angkat suara terkait alasan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memutuskan untuk mengusung Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub Jakarta 2024.
Padahal, sempat muncul nama Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang akan diusung oleh PDIP.
- Menanti Ahok dan Anies Satu Panggung di Kampanye Akbar Pramono-Rano
- Anies Ogah Banyak Bicara Pilgub Jakarta Meski Terus Komunikasi dengan PDIP: Prosesnya Jalan Dulu, Baru Umumkan
- Reaksi Ahok soal PDIP Usulkan Anies Baswedan Maju Pilgub Jakarta
- PDIP: Peluang Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI Jakarta Gembos
Deddy menyebut, nama Pramono sudah muncul sejak dua bulan sebelum pendaftaran ke KPU Provinsi DKI Jakarta.
"Jadi nama Pak Pramono Anung ini kan tidak ujuk-ujuk muncul, dari dua bulan lalu sudah muncul. Sembari kita coba mengelaborasi potensi untuk katakanlah memasangkan juga Pak Anies Baswedan, maupun Pak Ahok," kata Deddy, kepada wartawan di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu (28/8).
Dia menjelaskan, nama Pramono juga dielaborasikan dengan Anies dan Ahok. Bahkan, Deddy mengakui ada penjajakan antara PDIP dengan Anies.
"Kita memahami bahwa Pak Anies ini kan juga menjadi satu bagian dari sejarah kita dalam pemilihan gubernur di DKI beberapa waktu lalu yang akhirnya menimbulkan polarisasi," ujar dia.
Namun, karena sejarah politik Anies di Pilgub Jakarta lalu menimbulkan polarisasi, akhirnya PDIP juga menghitung sosok Ahok jika didampingkan dengan Anies.
"Oleh karena itu kita mencoba melakukan pendalaman dengan Pak Ahok sampai hari Senin kemarin. Pendalaman untuk melihat bagaimana Pak Anies itu bisa membridging antara kelompok, katakanlah kelompok tanda kutip Islam, dengan kelompok-kelompok lain, komunasionalis, dan seterusnya," jelas Deddy.
"Dan itu kami lakukan terus sampai pada siang hari, pada hari Senin kemarin, pada saat pengumuman para calon Kepala Daerah yang gelombang ketiga kemarin," sambungnya.
Kendati demikian, Deddy menyadari jika Anies dan Ahok dipersatukan memiliki pendukung yang sangat ekstream. Sehingga, solusi yang diambil oleh PDIP sebagai jalan tengah yakni dengan mengusung Pramono.
"Nah, kemudian kan tetapi kita menyadari kemudian bahwa dua kutub ini sangat ekstrim perbedaannya. Kelompok pendukung Pak Ahok, kelompok pendukung Pak Anies. Sehingga kemudian muncullah alternatif itu kembali Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini," ungkap dia.
Meski PDIP akhirnya memutuskan memilih Pramono sebagai cagub Jakarta, Deddy menyebut hubungan dengan Anies masih berjalan dengan baik.
"Dan saya kira Pak Anies juga sudah bertelepon-teleponan komunikasi dengan Pak Pramono Anung, Pak Ahok juga sudah, Dan saya kira inilah nanti kekuatan yang bisa membantu kalau Tuhan mengizinkan takdirnya Pak Pram dan Pak Rano Karno itu kemudian dipilih menjadi pelayan masyarakat Jakarta sebagai gubernur dan wakil gubernur," imbuh dia.