KIH tak gagal karena secara matematis suara KMP dominan
Kekuatan KIH di parlemen akan bertambah setelah PPP benar-benar masuk ke dalam koalisi Jokowi-JK.
Pasca-pilpres 2014, parlemen dikuasai oleh Koalisi Merah Putih (KMP). Dalam sejumlah pertarungan, KMP berhasil mengalahkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Sebut saja dalam perebutan pimpinan DPR dan MPR. Kubu Prabowo berhasil mengalahkan kubu Jokowi. Alhasil pimpinan DPR dan MPR dikuasai oleh kubu Prabowo.
Namun, pengamat komunikasi politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Ari Junaedi berpendapat KIH tak bisa disebut gagal karena mengalami kekalahan di sejumlah pertarungan dengan KMP di parlemen. Sebab, secara matematis suara KMP unggul dari KIH di parlemen.
Menurutnya, kekuatan KIH di parlemen akan bertambah setelah PPP benar-benar masuk ke dalam koalisi Jokowi-JK.
"Peluang kekuatan Koalisi Indonesia Hebat akan bertambah di parlemen jika PPP sudah memastikan arah politiknya bersama KIH, hanya saja KIH harus terus memainkan kepiawaiannya dalam melakukan negosiasi politik untuk mengurangi dominasi KMP," kata Ari seperti dilansir Antara, Minggu (19/10).
Menurut pengajar Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) ini, momentum proses persetujuan Perppu Pilkada langsung di DPR nanti akan menjadi taruhan keberhasilan negosiasi politik dari kedua kubu. Jika kubu KIH bisa memaksimalkan dukungan dari Fraksi Demokrat dan PAN maka dapat dipastikan usulan pilkada melalui DPRD yang digadang-gadang KMP akan ditolak.
Dia menilai, dominasi penguasaan Koalisi Merah Putih di berbagai posisi jabatan di DPR dan MPR lebih dikarenakan jumlah kursi yang dimiliki fraksi-fraksi pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa jauh lebih banyak dibandingkan jumlah kursi yang dipunyai fraksi-fraksi penyokong Joko Widodo-Jusuf Kalla. Namun, komunikasi politik yang dimainkan para ketua fraksi untuk mengatasi kebuntuan politik juga sangat diperlukan.
Dia mengatakan, keberhasilan Koalisi Indonesia Hebat menarik PPP ke gerbong Koalisi Indonesia Hebat saat penyusunan pimpinan MPR menunjukkan kepiawaian ketua fraksi dalam menambah dukungan fraksi lain.
Menurutnya, politik sangat bersifat cair dan dinamis. Kebekuan politik yang selama ini tergambarkan dari pemisahan kekuatan yang diametral berseberangan antara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih bisa dikendurkan berkat lobi-lobi politik yang intens.
"Lihat bagaimana Jokowi bisa mengendurkan syaraf ketegangan politik pascapilpres usai berpelukkan dengan Prabowo. Saya rasa, fraksi-fraksi yang ada di DPR akan bisa mengedepankan kepentingan rakyat jauh di atas kepentingan kelompok apalagi elite," kata Ari.
Penyusunan komposisi alat kelengkapan DPR berupa jabatan-jabatan di komisi-komisi akan menjadi ujian seberapa berhasilnya lobi dan negosiasi politik yang dimainkan para ketua fraksi.
"Jika KIH bisa meyakinkan KMP maka alat kelengkapan DPR bisa dibentuk berdasarkan musyawarah mufakat. Namun jika gagal, maka skenario awal yang telah dipersiapkan KMP yang ingin menguasai seluruh pimpinan komisi tidak akan tertahankan lagi," tuturnya.