Pidato-pidato Jokowi yang memantik serangan lawan
Pidato yang disampaikannya berkaitan dengan tema acara atau kondisi negara saat ini. Meski begitu, ada beberapa pidato mantan Wali Kota Solo yang kontroversi sehingga memantik serangan lawan.
Sebagai kepala negara, Presiden Jokowi kerap kali memberikan pidato di setiap acara. Pidato yang disampaikannya berkaitan dengan tema acara atau kondisi negara saat ini.
Meski begitu, ada beberapa pidato mantan Wali Kota Solo yang kontroversi sehingga memantik serangan lawan. Berikut pidato-pidato Jokowi yang memantik serangan lawan:
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kapan Presiden Jokowi meresmikan Bandara Panua Pohuwato? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
Pidato berani diajak berantem
Pidato Presiden Jokowi saat menghadiri Rapat Umum Relawan Jokowi di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/8), memantik serangan lawan politik. Dalam pidatonya, Jokowi meminta agar relawan tidak membangun permusuhan, namun harus berani ketika diajak berantem.
"Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi, kalau diajak berantem juga berani," kata Jokowi dalam pidatonya.
Kalimat 'berani diajak berantem' ini menjadi bahan lawan politik untuk menyerang Jokowi. Salah satunya adalah Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, dia menilai ucapan tersebut tidak mendinginkan suasana di tahun politik. "Ketika presiden menyatakan bahwa kalau diajak berantem harus berani saya kira kami sangat menyesalkan. Karena itu bukan sebuah ajakan dari seorang pemimpin, kepala negara yang mempersatukan, menyatukan, mempertahankan persaudaraan, yang menyejukan dalam suasana tahun politik ini," katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (6/8).
Soal kalajengking
Dalam forum Musrenbangnas, Presiden Jokowi menyampaikan pidato mengenai harga komoditas di dunia yang paling mahal. Jokowi menyebut emas bukan komoditas yang paling mahal di dunia. Kata dia harga emas ternyata kalah jauh dibanding harga racun kalajengking.
"Ada fakta yang menarik, yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia adalah racun scorpion, racun dari kalajengking. Harganya USD 10,5 juta, artinya Rp 145 miliar per liter. Jadi kalau mau kaya, cari racun kalajengking," kata Jokowi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (30/4).
Rupanya, pernyataan tersebut menjadi sasaran empuk lawan politik untuk menyerang Jokowi. Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono, menganggap pembahasan kalajengking itu membuktikan Jokowi tak pantas lagi menjadi Presiden RI. "Pak Jokowi harus menjelaskan dari mana dapat bahan tentang racun kalajengking. Kalau orang sudah anjlok elektabilitasnya dan hilang kehormatannya, ya seperti itu. Memang sudah nggak pantas lagi jadi presiden," katanya, Kamis (3/5).
Pidato tentang kemiskinan menurun
Presiden Jokowi mengungkapkan jika pada Maret 2017 angka kemiskinan di Indonesia menurun. Demikian juga dengan indeks kesenjangan ekonomi yang terus membaik.
"Dalam tiga tahun terakhir ini, pemerintah fokus untuk memerangi kemiskinan, menekan ketimpangan, dan mengurangi pengangguran. Hasilnya, tingkat kemiskinan di Indonesia turun, dari 28,59 juta orang pada Maret tahun 2015 menjadi 27,77 juta orang pada Maret tahun 2017," kata Jokowi saat menyampaikan pidato di sidang paripurna DPR, DPD, dan MPR, Rabu (16/8/2017).
Pernyataan Jokowi tak pelak menuai kritik. Di mana data yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. "Yang menyangkut masalah ekonomi, menurut saya antara angka yang disampaikan tadi itu tidak semuanya sesuai dengan kenyataan di lapangan," kata Wakil Ketua DPR Fadli Zon, di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (16/8).
(mdk/has)