Pilgub Jabar, Gerindra disarankan bersekutu dengan koalisi zaman now
Jika Gerindra ngotot mendorong kadernya maju di Pilgub Jabar, partai besutan Prabowo Subianto tersebut terancam ditinggal partai lainnya yang sebelumnya pernah bersekutu.
Partai Gerindra masih belum menentukan arah politiknya menghadapi kontestasi Pemilihan Gubernur Jabar 2018. Jika Gerindra ngotot mendorong kadernya maju di Pilgub Jabar, partai besutan Prabowo Subianto tersebut terancam ditinggal partai lainnya yang sebelumnya pernah bersekutu.
Dua partai yang semula diajak untuk berkoalisi yakni PAN dan Demokrat sudah menyatakan diri mendukung Deddy Mizwar dan kader PKS, Ahmad Syaikhu.
-
Siapa saja yang bertarung dalam Pilkada Jabar? Khusus di Jawa Barat diikuti empat pasangan calon (paslon) yang mendaftar di KPUD Jawa Barat.
-
Apa komitmen PKB terkait Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa yang dimaksud dengan Pilkada? Pilkada adalah proses demokratis di Indonesia yang memungkinkan warga untuk memilih pemimpin lokal mereka, yaitu gubernur, bupati, dan wali kota beserta wakilnya.
Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran, Firman Manan mengatakan, langkah realistis yang bisa dilakukan Gerindra adalah bergabung dengan partai pendukung Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu.
"Kalau mengacu peta politik hari ini, akan lebih baik Gerindra bergabung dengan koalisi Zaman Now. Tinggal cari kompromi lain," kata dia pada wartawan, Kamis (23/11).
Firman menyebut, kompromi tidak selalu mendapatkan posisi wakil. Opsi lain misalnya meminta support kadernya yang bergabung dalam pilkada di Kabupaten/kota.
"Kalau Gerindra punya kandidat, bisa minta didukung. Atau menitipkan program yang jadi platform agar bisa diperjuangkan," ucap Firman.
Persoalan lain, sekarang ini Gerindra belum bersekutu dengan partai manapun dan tidak punya peluang untuk membangun koalisi. Pilihannya, jika tidak bergabung dengan koalisi yang ada, Gerindra bisa memilih untuk tidak masuk ke koalisi manapun. Tapi, hitung-hitungan elektoral sangat rugi jika memilih untuk tak bergabung dengan siapapun.
"Yang paling rasional, jika melihat kedekatan ya masuk ke koalisi Zaman Now. Tinggal bentuk komprominya dicari lagi. Kalau ke (partai pendukung) Emil (Ridwan Kamil), komunikasinya tidak terbangun. Kalau merapat ke PDIP, idealoginya beda. Karena Gerindra adalah partai oposisi."
Namun demikian, kata Firman, kemungkinan apapun bisa terjadi mengingat batas waktu pengusungan sampai Januari 2018.
"Waktu terakhir bisa berubah. Kalau Gerindra bergabung ke koalisi (,Zaman Now), persoalannya pada wakil. Tapi, masih terbuka untuk kompromi," ucapnya.
(mdk/noe)