Risma Soal Jadi Gubernur Jakarta: Tuhan akan Mengatur Jalan Hidup Saya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma sebentar lagi akan purna tugas di akhir 2020. Banyak yang memprediksi dia akan disiapkan untuk berlaga di Pilkada DKI Jakarta 2024. Ketika dikonfirmasi, Risma mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan akan nasibnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma sebentar lagi akan purna tugas di akhir 2020. Banyak yang memprediksi dia akan disiapkan untuk berlaga di Pilkada DKI Jakarta 2024. Ketika dikonfirmasi, Risma mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan akan nasibnya.
"Nanti itu Tuhan akan mengatur jalan hidup saya. Saya semua serahkan pada Tuhan. Karena saya sampaikan, saya enggak mau kemudian, saya punya nafsu. Mohon maaf di dalamnya ada nafsu kekuasaan. Itu yang saya enggak mau, karena itu berat. Makanya, saya enggak mau mikir, siapapun yang minta, saya ketawa dan ya udah lepas," kata Risma di arena rakernas PDIP di JI Expo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (11/1).
-
Siapa pasangan calon gubernur Tri Rismaharini? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Kapan Tri Rismaharini bertemu dengan Presiden Jokowi untuk mengundurkan diri? Risma menyatakan, dia bakal menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) Jumat hari ini (30/8/2024).
-
Siapa pacar Khirani Trihatmojo? Gadis yang akrab disapa Khiran mengungkapkan bahwa dia telah satu tahun bersama Adira Santoso.
-
Bagaimana cara Tri Rismaharini menyampaikan niat pengunduran dirinya kepada Presiden Jokowi? Risma mengaku dia harus bertemu Jokowi untuk menyampaikan langsung niat pengunduran diri ini.
-
Kenapa Khirani Trihatmojo jadi sorotan? Bareng Cowok Ganteng Belakangan, Khirani Trihatmodjo menjadi sorotan karena momen bersama seorang laki-laki.
-
Kapan Tritura terjadi? Peristiwa ini terjadi pada tanggal 19 Oktober 1966, selama pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
Dia menambahkan, tak berpikir untuk meraih jabatan. Apalagi memintanya. "Karena, bagi saya itu, saya pantang meminta jabatan. Karena di jabatan itu selalu terkandung risiko di mana saya harus adil, amanah. Kalau di agama fatonah dan sebagainya. Jadi itu berat. Karena itu saya enggak pernah membayangkan," jelas Risma.
Karenanya, dia tak mau menangkap sinyal apa-apa terkait pujian Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di pembukaan Rakernas I Jumat 10 Januari 2020 kemarin. "Saya bersyukur Ibu memuji. Artinya sudah menerima apa yang coba saya kerjakan di Surabaya," tegas Risma.
Dia memang acap kali mendengar, jika sudah menjadi Wali Kota lalu naik menjadi Gubernur. Kemudian, usai menjadi Gubernur jadi ke Presiden.
"Bagi saya gimana saya bisa ngangkat (naik). Untuk apa saya Gubernur, untuk apa saya jadi Presiden, misalkan. Tapi warga yang miskin (di surabaya) tetap ada. Enggak ada gunanya untuk saya. Itu yang selalu saya tekankan. Itu pun pada diri saya supaya saya tidak berubah," jelas Risma.
"Kadang, kalau ada laporan, Ya Tuhan, sudah saya cari sampai ke mana-mana, orang punya masalah, misalkan enggak bisa sekolah. Kenapa masih ada terus setiap hari. Artinya memang saya enggak boleh berpuas hasil," lanjut dia.
Menurut dia, apa yang dilakukan Surabaya, jangan hanya dilihat perkembangan fisiknya semata. Manusianya juga harus diurusi.
"Untuk apa saya bikin kota itu bagus, untuk apa membangun kota kemudian warga enggak bisa sekolah, nganggur. Untuk apa? Enggak ada gunanya kan kita bangun itu. Makanya saya selalu sampaikan, kita anggaran pendidikan 30 persen," tegas Risma.
Dia pun berharap, status tak ada lagi kawasan kumuh di Surabaya bukan menjadi alasan, masyarakatnya berdiam diri. Harus dipikirkan juga agar bisa mendapatkan kesejahteraan.
"Jadi memang berat mengelola. Makanya, saya enggak berani untuk meminta bahkan mikirin jabatan lain," pungkasnya.
Pantau Pompa Air dari Tablet
Di sela-sela Rakernas, Risma yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kebudayaan, menyempatkan bekerja melalui perangkat tablet yang sering kali dibawanya ke mana-mana.
Usai meninjau pameran rempah di arena Rakernas I PDIP dan bersantap di dapur umum Baguna, wanita yang akrab disapa Risma ini langsung mengeluarkan tabletnya tersebut.
Dalam tablet tersebut, berisikan aplikasi yang menayangkan CCTV yang ditaruhnya di sejumlah fasilitas umum. Seperti pompa air, jalanan, gereja, sekolah, pasar dan lainnya.
"Ini mau lihat pompa air dulu," kata Risma.
Menurut dia cara ini dilakukan untuk mempermudah mobilitasnya di Surabaya. Selain itu, Risma menyebutkan teknologi yang dibangun murah dan hasil karya stafnya sendiri, bukan perusahaan swasta asing.
Risma menjelaskan, CCTV ini jumlahnya sudah puluhan ribu. Dan bukan itu saja, kameranya sudah dilengkapi dengan teknologi face recognition (pengenal wajah).
"Lima tahun lalu kan belum bisa face recognition. Tapi sekarang sudah bisa. Dan bukan hanya face (wajah) gesture juga iya," cerita Risma.
Dia memastikan hal ini dilakukannya semua untuk pelayanan dan melihat semuanya berkerja dengan tupoksinya.
"Ini kan untuk mempermudah saja," pungkasnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bal)