Sosok Bonnie Triyana, Sejarawan Kepercayaan Megawati yang Gantikan Tia Rahmania di DPR
Nama Bonnie Triyana hangat menjadi perbincangan publik. Politikus PDIP itu menggantikan koleganya Tia Rahmania sebagai anggota DPR terpilih 2024-2029
Nama Bonnie Triyana hangat menjadi perbincangan publik. Politikus PDIP itu menggantikan koleganya Tia Rahmania sebagai anggota DPR terpilih 2024-2029.
Kabar itu mencuat setelah keluarnya surat Keputusan KPU Nomor 1368 tahun 2024 yang ditandatangani oleh Ketua KPU RI Mochamad Afifudin pada 23 September 2024.
- Kubu Tia Rahmania Endus Rekayasa Penunjukan Bonnie Triyana, Lolos DPR Diumumkan Hasto Dahului Mahkamah PDIP
- Puan Maharani: Pemberhentian Tia Rahmania Sebagai Kader dan Anggota DPR Itu Keputusan Mahkamah Partai
- Pecat Tia Rahmania, PDIP Bantah Ada Kaitan soal Kritik ke Nurul Ghufron
- Dipecat PDIP, Tia Rahmania Batal Jadi Anggota DPR dan Diganti Bonnie Triyana
Bonnie mendapatkan jatah kursi DPR karena meraih suara terbanyak kedua setelah Tia di Dapil Banten I Lebak-Pandeglang. Bonnie mendapatkan 36.516 suara, kalah dari Tia yang mengantongi 37.359 suara.
Usut punya usut, Bonnie dipilih menggantikan Tia usai Mahkamah PDIP memutuskan ada dugaan pergeseran suara agar terpilih menjadi anggota DPR. Mahkamah PDIP memutuskan, Tia Rahmania dipecat dari keanggotaan partai.
Bonnie merupakan sejarawan kelahiran Rangkasbitung, Banten pada Juni 1979. Bonnie dikenal banyak menulis buku sejarah mengenai Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. Salah satunya adalah Revolusi belum selesai: kumpulan pidato Presiden Soekarno, 30 September 1965 – Pelengkap Nawaksara
Diangkat Megawati jadi Pengurus PDIP
Megawati mengangkat Bonnie masuk dalam kepengurusan DPP PDIP sebagai Kepala Badan Sejarah Indonesia. Badan Sejarah Indonesia ini memiliki tujuan, yakni melanjutkan Api Perjuangan Bung Karno.
Saat ini, Bonnie merupakan pemimpin redaksi majalah sejarah popular pertama di Indonesia, Historia. Bonnie menyelesaikan sarjana dari jurusan sejarah Universitas Diponegoro, Semarang (2003). Kemudian, dia melanjutkan S2 Sejarah di Universitas Indonesia pada 2005.
Kontribusi Bonnie dalam menjaga sejarah Indonesia tak diragukan. Dia turut terlibat dalam kelompok yang berhasil mengadvokasi untuk pemulihan bekas sekolah Sarekat Islam di Semarang yang telah rusak pada 2012 silam.
Bonnie juga mendirikan Museum Multatuli di Rangkasbitung di sebuah gedung yang dibangun tahun 1923 yang semula merupakan kantor Wedana (sejenis pejabat kolonial) di Lebak, Banten 2018.
Pada 23 Mei 2022, Bonnie muncul di depan komite tetap Belanda untuk Urusan Luar Negeri di Dewan Perwakilan Rakyat (Belanda) untuk mempresentasikan perspektif Indonesia tentang kekerasan yang terjadi selama keberangkatan Belanda dari Indonesia.
Duduk Perkara Sengketa Pileg
Bonnie memutuskan gabung PDIP dan maju sebagai Caleg DPR RI dari Dapil Banten I. Hasil pemungutan suara menunjukkan, Bonnie kalah dari Tia dan gagal melenggang ke Senayan. Bonnie menggugat perolehan suara tersebut ke Mahkamah PDIP atas dugaan pergeseran suara.
Dari hasil sidang Mahkamah Partai, terbukti bahwa Tia melakukan pergeseran suara agar terpilih menjadi anggota DPR RI. PDIP mengirimkan surat pergantian Tia ke Bonnie sebagai anggota DPR terpilih ke KPU.