Survei SMRC: Cawapres Tak Genjot Elektabilitas Capres
Adapun, pemilihan tokoh-tokoh yang diuji coba dalam eksperimen kali ini berdasarkan beberapa pertimbangan seperti latar belakang partai politik dan kedekatan dengan bacapres.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan studi eksperimental pengaruh calon wakil presiden terhadap elektabilitas calon presiden. SMRC memperhitungkan wakil presiden untuk tiga bakal calon presiden (bacapres) paling kompetitif, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Namun, dari survei-survei sebelumnya ketiga nama bacapres tersebut belum ada yang mendapat suara mayoritas mutlak atau di atas 50 persen.
-
Kapan survei SMRC untuk Pilgub Sulteng 2024 dilakukan? Jika Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Sulawesi Tengah diadakan ketika survei dilakukan (6-18 Mei 2024) dan yang maju ada tiga pasangan, yakni Ahmad M Ali - Abdul Karim Aljufri vs Anwar Hafid - Reny A Lamadjido vs Rusdy Mastura - Mohamad Irwan Lapatta.
-
Bagaimana cara SMRC menentukan sampel untuk survei Pilgub Sulteng 2024? Sampel sebanyak 2420 responden dipilih secara acak dengan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah proporsional dari populasi tersebut.
-
Apa yang menjadi fokus utama survei SMRC mengenai Pilgub Sulteng 2024? Lembaga survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) merilis, simulasi terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulawesi Tengah (Sulteng) 2024, bertajuk 'Peluang Calon-calon Gubernur dalam Pilkada Provinsi Sulawesi Tengah' yang dirilis pada Rabu, (22/5).
-
Bagaimana Pemilu 2024 diatur? Pelaksanaan Pemilu ini diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tahapan dan Jadwal Pemilu 2024. Regulasi ini diteken KPU RI Hasyim Asyari di Jakarta, 9 Juni 2022.
-
Mengapa Pemilu 2024 penting? Pemilu memegang peranan penting dalam sistem demokrasi sebagai alat untuk mengekspresikan kehendak rakyat, memilih pemimpin yang dianggap mampu mewakili dan melayani kepentingan rakyat, menciptakan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyat, serta memperkuat sistem demokrasi.
-
Kapan Pemilu 2024? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024.
Adapun, pemilihan tokoh-tokoh yang diuji coba dalam eksperimen kali ini berdasarkan beberapa pertimbangan seperti latar belakang partai politik dan kedekatan dengan bacapres.
Sebelum melakukan eksperimen, SMRC memiliki variabel kontrol tanpa unsur wakil jika Ganjar berhadapan dengan Anies dan Prabowo. Hasilnya, Ganjar mendapat 41 persen, Prabowo 29 persen, Anies 23 persen, dan 7 persen tidak menjawab.
Jika Ganjar dipasangkan dengan Airlangga Hartarto maka perolehan suara menjadi 37 persen, Prabowo 27 persen, Anies 25 persen, dan tidak menjawab 11 persen. Apabila Ganjar berpasangan dengan Erick Thohir maka memperoleh suara 36 persen, Prabowo 24 persen, Anies 26 persen, dan tidak menjawab 14 persen.
Sementara, Ganjar-Khofifah akan memperoleh saura 38 persen, Prabowo 24 persen, Anies 28 persen, dan tidak menjawab 9 persen. Adapun Ganjar-Mahfud MD memperoleh suara 35 persen, Prabowo 26 persen, Anies 24 persen, dan tidak jawab 15 persen. Terakhir, jika Ganjar-Ridwan Kamil mendapat suara 40 persen, Prabowo 28 persen, Anies 22 persen, dan tidak jawab 10 persen.
Berdasarkan survei di atas, Saiful Mujani mengatakan ada keragaman efek calon wakil presiden pada elektabilitas Ganjar, tetapi tidak signifikan. Sehingga nama-nama tersebut tidak bisa dipilih sebagai cawapres dengan alasan untuk menaikkan elektabilitas Ganjar.
"Secara keseluruhan, semua nama yang dimasukkan sebagai calon wakil presiden dalam studi ini tidak membantu Ganjar jika dilihat dari sisi elektabilitas," kata Saiful.
Selanjutnya, eksperimen calon wakil presiden pada elektabilitas Anies berhadapan dengan Ganjar dan Prabowo. Variabel kontrol tanpa wakil eksperimen ini Anies mendapat dukungan 22 persen, Ganjar 40 persen, Prabowo 30 persen, dan belum jawab 9 persen.
Jika Anies berpasangan dengan Airlangga, suara Anies menjadi 28 persen, Ganjar 29 persen, Prabowo 23 persen, dan tidak jawab 19 persen. Jika dipasangkan dengan AHY, suara Anies 26 persen, Ganjar 44 persen, Prabowo 20 persen, dan tidak jawab 10 persen.
Apabila berpasangan dengan Ahmad Heryawan, suara Anies 21 persen, Ganjar 35 persen, Prabowo 34 persen, dan tidak jawab 10 persen. Jika berpasangan dengan Andika Perkasa, suara Anies 19 persen, Ganjar 45 persen, Prabowo 24 persen, dan tidak jawab 13 persen. Terakhir, jika berpasangan dengan Khofifah, suara Anies 30 persen, Ganjar 33 persen, Prabowo 28 persen, dan tidak jawab 9 persen.
Sama seperti Ganjar, kelima nama tokoh yang dijadikan calon wakil presiden tidak membantu peningkatan elektabilitas Anies.
"Semua nama tadi yang diharapkan bisa mendongkrak elektabilitas Anies untuk mengalahkan Ganjar dan Prabowo tidak bisa membantu," kata Saiful.
Selanjutnya, eksperimen ketiga menguji calon wakil presiden pada elektabilitas Prabowo melawan Ganjar dan Anies. Variabel kontrol tanpa wakil mendukung Prabowo 27 persen, Anies 23 persen, Ganjar 37 persen, dan tidak jawab 13 persen.
Jika Prabowo berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, suaranya menjadi 34 persen, Anies 21 persen, Ganjar 35 persen, dan tidak jawab 10 persen. Apabila Prabowo berpasangan dengan Airlangga, suara Prabowo menjadi 18 persen, Anies 26 persen, Ganjar 43 persen, dan tidak jawab 12 persen.
Lalu, jika Prabowo-Khofifah, didukung 25 persen, Anies 19 persen, Ganjar 43 persen, dan tidak jawab 13 persen. Suara Prabowo-Mahfud MD sebesar 31 persen, Anies 28 persen, Ganjar 32 persen, dan tidak jawab 9 persen. Jika Prabowo-Puan suaranya menjadi 25 persen, Anies 29 persen, Ganjar 33 persen, dan tidak jawab 12 persen.
Dari hasil di atas, lima bakal calon wakil presiden tidak mengubah suara dukungan pada Prabowo secara signifikan.
Kesimpulan dari survei SMRC kali ini adalah tidak ada tokoh yang dapat meningkatkan elektabilitas Ganjar, Anies, dan Prabowo jika ketiganya bersaing. Oleh karena itu, menurut Saiful, jika akan merekrut tokoh-tokoh tersebut sebagai calon wakil presiden maka pertimbangannya bukan elektabilitas, melainkan pertimbangan lain yang mungkin juga tidak kalah pentingnya.
Saiful juga melihat fakta ini cukup konsisten dengan pengalaman pilpres di Indonesia selama ini. Dalam kasus SBY dan Jokowi, kedua tokoh ini lebih mengandalkan kekuatan dirinya secara elektoral. Tidak terlalu banyak mengharapkan pada wakilnya.
Reporter Magang: Alya Fathinah
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/rhm)