Survei-survei ini mencatat tren Jokowi turun, apa penyebabnya?
Penurunan itu baik dari sisi elektabilitas dan kepuasan publik atas kinerja pemerintah.
Beberapa lembaga survei memotret tren naik dan turunnya Jokowi menjelang Pilpres 2019. Beberapa kali lembaga survei merilis, tren Jokowi pernah naik, tapi juga pernah turun. Baik itu dari sisi elektabilitas dan kepuasan publik atas kinerja pemerintah.
Untuk tren turun, ada tiga lembaga survei yang telah merilisnya ke publik. Mengapa tren Jokowi bisa turun? Berikut ulasannya:
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa saja yang diresmikan Jokowi di Sulawesi Barat? "Juga pembangunan 3 ruas jalan sepanjang 22,4 kilometer yang ditangani dengan Inpres Jalan Daerah," ucap Jokowi.
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.
Elektabilitas turun usai pilih Maruf Amin
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 12-19 Agustus 2018 pernah melakukan survei tingkat elektabilitas Jokowi. Dari hasil survei itu, elektabilitas Jokowi mengalami penurunan setelah memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Sebelum memilih Ma'ruf Amin, elektabilitas Joko Widodo mencapai 53,6 persen. Namun, saat dipasangkan dengan mantan Rais Aam PBNU tersebut, elektabilitas turun menjadi 52,2 persen.
"Ada tren penurunan yang terjadi pada elektabilitas Jokowi ketika berpasangan dengan KH Ma'ruf. Sebaliknya elektabilitas Prabowo naik ketika berpasangan dengan Sandiaga Uno," kata peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby di Kantor LSI.
Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 1.200 responden. Metode wawancara tatap muka dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Apresiasi publik juga menurun
Survei terhadap Jokowi tidak hanya menyoroti mengenai elektabilitasnya sebagai capres 2019. Akan tetapi kinerja dalam pemerintahan tak luput diteliti oleh lembaga survei.
Seperti dalam survei Litbang Kompas pada 24 September-5 Oktober 2018. Hasilnya jika apresiasi publik terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengalami penurunan. Di mana apresiasi publik terhadap pemerintahan Jokowi-JK hanya 65,3 persen. Padahal pada April 2018 berada di angka 72,2 persen.
Penurunan apresiasi terjadi di bidang hukum dan kesejahteraan sosial, seperti kemiskinan, kondisi ekonomi, atau pertanyaan tentang sejumlah proses hukum.
Dari Februari-September 2018 terus turun
Survei Indikator Politik Indonesia mencatat tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mengalami penurunan. Di mana elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 57,7 persen. Hal ini berdasarkan hasil survei pada September 2018.
Padahal pada Februari 2018, elektabilitas Jokowi mencapai 61,8 persen. Pada Maret 2018, angkanya menurun menjadi 60,6 persen. Elektabilitas Jokowi kembali melemah pada Juli 2018 sebesar 59,9 persen dan September turun lagi 2,9 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai dari tren elektabilitas itu, Jokowi-Ma'ruf belum aman untuk memenangkan Pilpres 2019. "Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf tinggi, tapi masih termasuk kategori belum aman," kata Burhanuddin.
(mdk/has)