Surya Paloh: Politik Dinasti cermin demokrasi yang gagal
Dia berharap ke depan politik dinasti tidak lagi dijalankan.
Belakangan praktik politik dinasti di Indonesia begitu disorot. Itu tak lepas dari tertangkapnya adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah , yakni Tubagus Chaeri Wardana. Bangunan politik dinasti Banten itu pun seolah goyang.
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh , menilai keberadaan politik dinasti ialah cerminan reformasi.
"15 Tahun kita menjalankan reformasi, dan sekarang mempersoalkan masalah (politik dinasti) yang bersentuhan. Saya pikir ini pertanda bahwa reformasi kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ini bisa dikatakan gagal," kata Paloh saat ditemui dalam peluncuran buku 'Indonesia di Jalan Restorasi' di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Bandung, Kamis (17/10).
Saat ini diakui dia, banyak pihak yang menginginkan tidak ada lagi politik dinasti. Apalagi pada 2014 ialah musim pemilu, dimana pemerintahan Indonesia dikhawatirkan kembali dibangun dengan dinasti.
"(Politik dinasti) Itu sama saja barangkali kita mempermainkan sistem demokrasi, kita ini negara demokrasi," ungkapnya.
Dia berharap ke depan politik dinasti tidak lagi dijalankan. Karena politik dinasti yang tumbuh di Indonesia sebagai politik tradisional.
"Sebagai negara demokrasi tapi kita tetap mengikat diri terhadap semangat feodalisme," terangnya.
Dia mengaku tidak akan membangun partai dengan cara tradisional tersebut. NasDem partai yang didirikannya akan dijalankan sesuai slogan reformasi. "Saya punya anak satu jadi caleg, saya bangga kalau (dia) terpilih. Tapi tidak saya niatkan itu untuk politik dinasti," jelasnya.