Tamasya Al Maidah dirancang untuk ganggu ketenangan pemilih
Tamasya Al Maidah dirancang untuk ganggu ketenangan pemilih. Pasangan Anies–Sandi dinilai memanfaatkan gerakan ini karena sadar tak memiliki latar belakang dan pengalaman memimpin daerah. Sehingga wajar saja, jika khawatir tak dilirik pemilih Jakarta karena belum berpengalaman.
Gerakan Tamasya Al Maidah yang rencananya akan dikerahkan ke TPS-TPS pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dinilai sebagai bentuk kekhawatiran. Sebab, gerakan pengerahan massa ke tempat pemungutan suara (TPS) yang berpotensi mengintimidasi ini merupakan senjata politik kreasi baru untuk melemahkan pendukung lawan.
"Ini dirancang untuk mengganggu ketenangan pemilihan. Mereka pun menggunakan basis ayat yang dipolitisasi untuk mengarahkan agar tak memilih selain pasangan calon muslim," kata Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit, di Jakarta, Selasa (18/4).
Pasangan Anies–Sandi dinilai memanfaatkan gerakan ini karena sadar tak memiliki latar belakang dan pengalaman memimpin daerah. Sehingga wajar saja, jika khawatir tak dilirik pemilih Jakarta karena belum berpengalaman.
"Anies ini tampak tak siap dengan kekalahan," ujar Arbi.
Bentuk tak siap kalah Anies, menurut Arbi, juga terlihat dari berbagai upaya menyerang lawan politiknya secara masif. Bahkan sampai menyerang karakter pasangan calon yang menjadi rivalnya. Caranya dengan menuding lawan sebagai seorang pemimpin yang tak becus dan salah bertindak.
"Dia bilang (pasangan calon) yang itu jelek, pilih saya saja yang bagus," katanya.
Arbi menganggap, cara-cara pembunuhan karakter lawan biasa dipakai orang lemah dan sadar tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan. Sehingga aksi memaksakan kehendak dan intimidatif seperti yang tersirat dari Tamasya Al Maidah pun terjadi.
Bahkan Arbi curiga, Tamasya Al Maidah memiliki keterkaitan erat dengan isu konsep Jakarta Bersyariah yang kerap dikaitkan dengan Anies–Sandi.
"Gerakan mereka mirip dengan tujuan Jakarta Bersyariah yang akan menjadi pintu masuk konsep negara Islam," ujar dia.
Baca juga:
Prajurit TNI tewas saat apel pengamanan Pilkada DKI di Ancol
Ondel-ondel hingga atribut merah putih semarakkan TPS Jokowi
Kubu Ahok tuding Ketua KPU DKI punya kedekatan dengan Anies-Sandi
Agar Pilgub Jakarta aman, KPU DKI gelar doa bersama
Jelang pencoblosan, Anies-Sandi makan malam bareng parpol pendukung
Timses Ahok bantah beli 100 ton beras buat dibagikan ke warga
Anda pemegang Suket, perhatikan aturan ini biar besok bisa nyoblos
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 putaran kedua dilaksanakan? Pemungutan Suara Putaran Kedua (19 April 2017):Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Siapa saja kandidat di Pilkada DKI 2017 putaran kedua? Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.