Terungkap Alasan Muhammadiyah Tarik Dana Simpanan dari BSI
Penempatan dana Muhammadiyah terlalu banyak yang berada di BSI.
Penempatan dana Muhammadiyah terlalu banyak yang berada di BSI.
Terungkap Alasan Muhammadiyah Tarik Dana Simpanan dari BSI
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Anwar abbas buka suara terkait keputusan organisasi untuk menarik dana simpanan hingga pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia (BSI).
Dia menyebut, Muhammadiyah memiliki punya komitmen yang tinggi untuk mendukung terciptanya persaingan yang sehat di segmen perbankan syariah.
"Untuk itu, Muhammadiyah terus melakukan rasionalisasi dan konsolidasi terhadap masalah keuangannya agar muhammadiyah bisa berkontribusi bagi terciptanya persaingan yang sehat di antara perbankan syariah yang ada," kata Anwar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (6/6).
Anwar mencatat, saat ini penempatan dana Muhammadiyah terlalu banyak yang berada di BSI.
Sehingga, secara bisnis dinilai dapat menimbulkan resiko konsentrasi (concentration risk).
Di sisi lain, penempatan dana Muhammadiyah di bank-bank syariah lain dianggap masih sedikit, sehingga tidak bisa berkompetisi dengan margin yang ditawarkan oleh BSI baik dalam hal yang berhubungan dengan penempatan dana maupun pembiayaan.
"Bila hal ini terus berlangsung maka tentu persaingan diantara perbankan syariah yang ada tidak akan sehat dan itu tentu jelas tidak kita inginkan," ungkap Anwar.
Sementara itu, pihak BSI hanya memberikan tanggapan normatif. Corporate Secretary PT BSI Wisnu Sunandar mengatakan, BSI tetap senantiasa berkomitmen memenuhi ekspektasi seluruh pemangku kepentingan dengan menerapkan prinsip adil, seimbang, dan bermanfaat (maslahat) sesuai syariat Islam.
Wisnu mengatakan, Perseroan akan terus berusaha memberikan pelayanan terbaik dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
"Terkait pengalihan dana oleh PP Muhammadiyah, BSI berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis dan siap berkolaborasi dengan seluruh stakeholder dalam upaya mengembangkan berbagai sektor ekonomi umat. Terlebih bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung ekonomi bangsa,” kata Wisnu dilansir dari Antara, Rabu (5/6).