Terlibat penculikan, bekas perwira Kopassus ini gabung Gerindra
Saat penculikan terjadi, Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus. Karena peristiwa itu, dia juga dipecat dari militer.
Sebelas anggota Tim Mawar Kopassus, yang terbukti melakukan penculikan sembilan aktivis pada 1998, sudah dihukum oleh Mahkamah Militer pada April 1999. Setelah menjalani hukuman penjara, beberapa di antara mereka terlacak bergabung dengan Partai Gerindra , yang didirikan oleh bekas komandan mereka di Kopassus, Letjen (Purn) Prabowo Subianto .
Demikian hasil riset yang dilakukan oleh Made Supriatma, peneliti masalah politik militer yang dimuat di Jurnal Indoprogress, Selasa (27/5). Peneliti yang karyanya pernah dimuat Prisma, Jurnal Indonesia, dan Inside Indonesia ini melakukan riset lewat kajian pemberitaan media massa dan wawancara sejumlah informan, yang demi keselamatan meminta identitas mereka dirahasiakan.
Saat penculikan terjadi, Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus. Oleh karena itu, mantan menantu Soeharto itu juga diberhentikan dari dinas militer pada 1998, kendati tanpa melalui proses pengadilan di Mahkamah Militer. Sama seperti Prabowo, Mayjen (Purn) Muchdi Purwoprandjono (Danjen Kopassus saat penculikan terbongkar) dan Kolonel Inf Chairawan Kadarsyah Nusyirwan (Komandan Grup-4 Kopassus) juga dipecat tanpa melalui Mahmil.
Sementara, sebelas anggota Tim Mawar Kopassus yang dihukum oleh Mahkamah Militer terdiri dari delapan orang perwira dan tiga bintara. Delapan perwira itu yakni: Mayor Inf Bambang Kristiono (Komandan Tim Mawar) yang dihukum 22 bulan penjara dan dipecat sebagai anggota TNI, Kapten Inf Fausani Syahrial (FS) Multhazar (Wakil Komandan Tim Mawar), Kapten Inf Nugroho Sulistiyo Budi, Kapten Inf Yulius Selvanus dan Kapten Inf Untung Budiharto, yang masing-masing dihukum 20 bulan penjara dan memecat mereka sebagai anggota TNI.
Melalui putusan banding, kecuali Bambang Kristono, mereka yang pada pengadilan tingkat pertama dipecat dari dinas militer, tidak jadi menerima hukuman pemberhentian tersebut. Namun, hukuman penjara mereka ditambah.
Selanjutnya, perwira yang dihukum adalah Kapten Inf Dadang Hendra Yuda, Kapten Inf Djaka Budi Utama, Kapten Inf Fauka Noor Farid yang masing-masing dipenjara 1 tahun 4 bulan. Adapun tiga bintara yakni Serka Sunaryo, Serka Sigit Sugianto dan Sertu Sukadi hanya dikenai hukuman 1 tahun penjara.
Dari nama-nama tersebut, berikut 4 bekas perwira Kopassus yang (sempat) bergabung ke Gerindra menurut hasil riset Made Supriatma yang dikutip lengkap merdeka.com dari Jurnal Indoprogress:
-
Kapan Anies dan Cak Imin menghadiri penetapan Prabowo-Gibran? Hari ini, Rabu (24/4), KPU akan menetapkan pasangan capres-cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029.
-
Apa yang dilakukan Anies dan Cak Imin di acara penetapan Prabowo-Gibran? Anies-Cak Imin menjelaskan alasannya menghadiri acara penetepan capres-cawapres terpilih yang digelar KPU. "Ini sebuah proses bernegara dan kita menghormati proses bernegara ini hingga tuntas.
-
Kapan Prabowo dan Gibran mengunggah foto animasi tersebut? Secara waktu, Prabowo dan Gibran mengunggah foto tersebut terpaut satu jam. Prabowo lebih dulu mengupload, disusul Gibran sejam kemudian.
-
Siapa cawapres termuda di Indonesia? Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count. Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count. Hal ini membuat Gibran menjadi Wakil Presiden termuda sepanjang sejarah Indonesia.
-
Bagaimana tanggapan TKN Prabowo-Gibran terhadap protes Cak Imin? Juru bicara TKN Fanta (pemilih muda) Prabowo-Gibran, Dedek Prayudi justru bertanya alasan Cak Imin memprotes hal itu."Kenapa diprotes?" kata Dedek kepada wartawan usai peluncuran 'Buku Politik Gemoy: Keberpihakan Pemuda pada Prabowo-Gibran' di Area 47, Kamis (4/1).
-
Kapan pengumuman calon wakil presiden Ganjar Pranowo? PDI Perjuangan bersama partai koalisi secara resmi mengumumkan nama bakal calon wakil presiden Mahfud MD untuk mendampingi Capres Ganjar Pranowo, Rabu, 18 Oktober 2023.
Muchdi Purwopranjono (Akmil 1970)
Muchdi menamatkan kariernya dengan pangkat mayor Jenderal. Lulusan Akmil 1970 ini kembali ke dunia intelijen setelah diberhentikan sebagai komandan Kopassus. Muchdi dikenal sebagai Direktur V Badan Intelijen Nasional (BIN) yang membawahi keamanan dalam negeri. Pada masa jabatan itulah, Muchdi kembali terkenal karena diduga mendalangi pembunuhan aktivis HAM Munir bin Thalib. Muchdi sempat ditahan, tetapi lewat proses pengadilan yang sangat kontroversial, dia dibebaskan dari semua tuduhan.5
Bersama Prabowo Subianto, Muchdi terlibat dalam mendirikan partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), pada tahun 2006. Namun, dia meninggalkan Gerindra pada awal 2012, lalu memilih bergabung dengan PPP. Langkahnya meninggalkan Gerindra ini mengejutkan banyak pihak, karena tidak terlihat adanya konflik atau perselisihan antara Muchdi dengan Prabowo. Spekulasi yang menguat di banyak orang adalah Muchdi meninggalkan Gerindra agar dapat ‘menggarap PPP’ guna kepentingan Prabowo di dalam pemilihan presiden 2014.6 Muchdi juga bermanuver agar bisa duduk sebagai ketua umum PPP, tetapi gagal. Di dalam PPP sendiri, sebenarnya juga sudah ada Kivlan Zen, yang menjabat sebagai Kepala Staf Kostrad semasa Prabowo menjadi Pangkostrad. Kivlan juga dikenal sebagai loyalis Prabowo.
Selain di PPP, Muchdi juga aktif di Muhammadiyah. Pada saat Muktamar Muhammadiyah 2010, ia berusaha untuk duduk dalam susunan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. Namun dia gagal lagi. Di dalam Muhammadiyah, Muchdi menjadi ketua organisasi silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dia bergabung dengan organisasi ini sejak 1963, sebelum terjun ke dunia militer. Menariknya, Tapak Suci juga bergabung di dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), yang di dalamnya memuat Prabowo Subianto sebagai anggotanya. Keterlibatan Muchdi di dalam organisasi-organisasi Islam membuat orang menduga bahwa dia sebenarnya adalah ‘kaki Prabowo’ di dalam ormas-ormas Islam.
Selain aktif sebagai politisi, Muchdi juga menjadi komisaris perusahaan kehutanan, yakni PT. Rizki Kacida Reana. Perusahaan ini memiliki beberapa konsesi hutan sebesar kurang lebih tiga puluh ribu hektare di beberapa wilayah di Kalimantan Timur.7 Perusahan ini dimiliki oleh Epi S. Daskian yang sekaligus menjadi CEO. Muchdi dan Epi S. Daskian sama-sama duduk dalam organisasi alumni PII (Pelajar Islam Indonesia).
Chairawan Kadarsyah Nusyirwan (Akmil 1980)
Ketika kasus penculikan pecah ke permukaan, Kol. Inf. Chairawan menjabat sebagai komandan Grup-4/ Sandi Yudha Kopassus. Akibatnya, Chairawan dicopot dari kedudukannya sebagai komandan. Dia ‘diparkir’ di Mabes AD, namun itu tidak berlangsung lama. Dia kemudian menjadi perwira di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Chairawan besar di lingkungan Kopassus, khususnya Sandi Yudha. Sandi Yudha adalah bagian dari Kopassus yang bertugas untuk mengumpulkan data intelijen tempur (combat-intelligence). Namun, dalam pelaksanaannya, Sandi Yudha juga melakukan tugas-tugas penggalangan (mobilization) dan perang urat-syaraf (psychological warfare). Narasumber yang diwawancarai untuk tulisan ini menginformasikan bahwa Chairawan bertugas sebagai komandan SGI (Satuan Gugus Intelijen) di Timor Timur, sebelum dia menjadi Komandan Grup-4. Sebagai komandan SGI, dia mengendalikan semua operasi intelijen Kopassus di wilayah itu. Namun, sebagaimana yang terjadi dalam operasi-operasi militer di Indonesia, Kopassus memiliki keistimewaan sebagai pasukan elite. Mereka kerap beroperasi sendiri tanpa pengetahuan dan kendali dari komandan-komandan militer tingkat lokal. Itulah yang membuat SGI, kadang-kadang, melakukan tindakan tanpa sepengetahuan komandan lokal.
Di BAIS, Chairawan banyak menangani Aceh. Pada tahun 2004, dia terlihat mendampingi delegasi Uni Eropa yang memantau gencatan senjata antara Republik Indonesia dan pihak Gerakan Aceh Merdeka.9 Namanya muncul lagi ke permukaan ketika diangkat menjadi komandan Korem 011/Lilawangsa, yang dijabatnya lebih dari setahun (30 Januari 2005 hingga 29 Mei 2006. Setelah itu, Chairawan kemudian mendapat promosi ke pangkat Brigadir Jenderal dan dipindah menjadi Kepala Pos Wilayah (Kaposwil) Badan Intelijen Nasional di Aceh.10 Jabatan sebagai orang intelijen nomor satu di Aceh dipegangnya kira-kira selama dua tahun sebelum dia dimutasi ke Mabes TNI. Namanya muncul kembali dalam pusaran perpindahan jabatan di TNI pada bulan Mei 2010. Kali ini ia diangkat menjadi Kepala Dinas Jasmani TNI-AD (Kadisjasad). Karier selanjutnya ia menjabat sebagai staf ahli BIN. Chairawan pensiun dengan pangkat mayor jenderal.
Segera setelah pensiun, Chairawan menjabat sebagai Komisaris PT Cowell Development Tbk, sebuah perusahaan pengembang (real estate) yang dimiliki publik dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Cowell banyak membangun perumahan di pinggiran Jakarta, Tangerang, dan saat ini melebarkan sayap hingga ke Kalimantan Timur.
Tidak terlalu sulit diduga ke mana orientasi politik Chairawan disalurkan sesudah pensiun dari tentara. Tanpa menunggu terlalu lama, ia bergabung ke Gerindra dan langsung diangkat menjadi anggota Dewan Pembina partai. Dia juga menjadi ketua dewan pembina sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas) yang bernama Solidaritas Rakyat Peduli Indonesia (Sorpindo). Dalam kampanye Pemilihan Umum legislatif 2014, Chairawan sangat aktif berkampanye untuk Gerindra di daerah yang telah lama menjadi spesialisasinya, Aceh.
Bambang Kristiono (Akmil 1985)
Bambang Kristiono adalah bekas komandan Batalion 42, Grup-4/Sandi Yudha Kopassus pada 1998. Dia juga salah satu komandan ‘Tim Mawar.’ Setidaknya, itulah yang diakuinya di depan pengadilan militer. Kristiono mengambilalih semua tanggung jawab penculikan aktivis, dan dengan demikian, ia membebaskan semua komandan yang waktu itu menjadi atasannya dari tuntutan hukum. Bambang Kristiono menanggung beban ini sendirian. Dia satu-satunya yang dipecat dari kesatuan militer ditambah hukuman penjara selama dua puluh dua bulan.
Seandainya Bambang Kristiono tidak terlibat dalam penculikan itu, dia mungkin sudah menjadi jenderal. Rekan-rekan seangkatannya, yang juga berkarier di Kopasus, seperti Doni Munardo dan (alm.) I Made Agra Sudiantara, saat ini sudah menyandang pangkat Mayor Jenderal. Saat ini Mayjen Doni Munardo kini adalah Komandan Pasukan Pengawal Presiden (Paspamres) dan alm. Mayjen I Made Agra Sudiantara sebelum meninggal menjabat sebagai komandan Pusat Persenjataan Infantri (Pussenif).
Setelah dipecat, hidup Bambang Kristiono tergantung pada belas kasihan Prabowo Subianto. Dia diberi pekerjaan sebagai direktur utama PT Tribuana Antar Nusa. Awalnya Perusahan ini adalah milik Yayasan Kobame (Korps Baret Merah) yang didirikan pada tahun 1993. Kini, ia menjadi anak perusahan dari Nusantara Energy Group milik Prabowo Subianto, yang bergerak di bidang transportasi. Perusahan ini memiliki kapal feri yang melayani penyeberangan Merak-Bakauheni dan melayani jasa transportasi untuk pengeboran minyak.
Bambang Kristiono juga bekerja sebagai operator politik Prabowo. Dialah yang menghubungi Pius Lustrilanang, seorang korban penculikan Tim Mawar , lalu mengajaknya bergabung ke Gerindra. Pada 2009, Bambang juga aktif dalam tim kampanye Megawati-Prabowo. Saat itu, dia bertugas sebagai tim kunjungan dan penyelenggara event.
Fauka Noor Farid (Akmil 1992)
Fauka adalah perwira termuda dari semua perwira yang terlibat dalam kasus penculikan. Namun, seperti halnya dengan Yulius Selvanus, tidak banyak data tentang dirinya yang muncul ke permukaan. Tidak diketahui ke mana dia setelah ditahan. Namanya muncul di media pada tahun 2005 saat menjadi Komandan Detasemen Pemukul Satu Raider di Aceh. Saat itu, Fauka sudah berpangkat mayor.
Juga tidak diketahui apakah Fauka pernah menjadi perwira siswa di Seskoad. Namanya tidak ada dalam daftar lulusan alumni Seskoad. Dia juga tidak terlihat pernah menjadi komandan di satuan-satuan teritorial TNI-AD. Namun, sedikit keterangan tentang dirinya muncul dalam satu putusan Mahkamah Agung RI. Dalam keputusan atas perkara kepemilikan senjata api secara illegal yang melibatkan tertuduh yang bernama Harmonis Siaga Putra, Fauka diajukan sebagai saksi di pengadilan. Terdakwa, yang adalah seorang politisi lokal di Kotabumi, Lampung, memiliki senjata api, tetapi tidak memiliki surat ijin yang sah, yang dikeluarkan oleh kepolisian. Namun, ternyata terdakwa memiliki surat izin yang dikeluarkan oleh BAIS dan ditandatangani oleh Letkol. Inf. Fauka Noor Said. Dari putusan pengadilan itu, diketahui bahwa Fauka pernah menjabat sebagai Dan Sus Pa Intel BAIS (2009 – Agustus 2011) dan setelahnya menjabat sebagai Kepala Kelompok Khusus (Kopaksus) BAIS (Agustus 2011 – ?).45
Setelah itu, Fauka seolah lenyap ditelan bumi. Namun, diam-diam, dia muncul kembali sebagai orang sipil. Namanya tertera sebagai Juru Kampanye Nasional Partai Gerindra untuk Pemilu 2014 dalam daftar juru kampanye yang disahkan oleh KPU. Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi DPP Partai Gerindra, Ondy A. Saputra, yang dihubungi untuk kepentingan tulisan ini membenarkan bahwa Fauka memang anggota Gerindra dan menjadi juru kampanye nasional partai itu. Menurut Ondy, Fauka sudah ‘pensiun’ dari dinas militer sejak dua tahun lalu.