Waketum PAN Nilai Pernyataan Jokowi Soal Propaganda ala Rusia Bukan Menuding Prabowo
Bara menjelaskan, propaganda ala Rusia memang sudah digunakan pada Pilpres di Amerika Serikat. Kata dia, salah satunya dengan cara serangan siber.
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bara Hasibuan membela Capres nomor urut 01 Joko Widodo terkait ucapan ada capres menggunakan teknik propaganda Rusia di Pilpres 2019. Bara menilai, ucapan Jokowi itu sama sekali tidak pernah menuding Prabowo.
"Tuduhan presiden soal propaganda Rusia, jadi kalau saya lihat lagi statemennya sebetulnya presiden tidak mengatakan bahwa tim Prabowo dibantu oleh Rusia melakukan propaganda," kata Bara di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/2).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Kapan Presiden Jokowi meresmikan Bandara Panua Pohuwato? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
Bara menjelaskan, propaganda ala Rusia memang sudah digunakan pada Pilpres di Amerika Serikat. Kata dia, salah satunya dengan cara serangan siber.
"Kalau propaganda Rusia di Amerika keterangan dari intelejen CIA FBI maupun seperti BIN-nya Amerika itu kongres, ada semacam cyber attack, ada semacam serangan cyber yang dilakukan Rusia," ungkapnya.
"Tujuannya untuk menyebar hoaks menolong Presiden Trump untuk mendiskreditkan Hillary Clinton pada waktu itu. Dan baru-baru ini cyber attack itu baru-baru saja terjadi juga di negara-negara Eropa Timur," sambungnya.
Karena itu, Bara menilai apa yang diucapkan Jokowi sudah relevan karena diucapkan oleh para ahli. Terlebih lagi, hoaks saat ini juga banyak melanda di Indonesia dan menandakan adanya penggunaan teknik propaganda Rusia.
"Dan memang kita lihat hoaks juga terjadi di sosmed akhir-akhir ini selama kampanye presiden ini. Saya pikir walaupun dibantah oleh Kedubes Rusia di Jakarta tapi yang Rusia lakukan di Amerika itu betul-betul terjadi dan oleh intelejen Amerika," ucapnya.
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo Sabtu lalu menyebut ada tim sukses yang melakukan propaganda ala politik Rusia. Propaganda itu, kata Jokowi, yang membuat banyaknya hoaks dan fitnah bertebaran di media sosial.
Pernyataan Jokowi itu ditanggapi Kedutaan Besar Rusia di Jakarta. Pihak kedubes membantah Rusia terlibat dalam Pilpres Amerika pada tahun 2016 hingga memunculkan istilah propaganda Rusia.
"Sebagaimana diketahui istilah 'propaganda Rusia' direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," kata cuitan akun resmi Kedutaan Rusia hari ini.
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," kata Kedutaan Rusia.
Laporan dari tim ahli di Amerika Serikat Desember lalu menyatakan campur tangan Rusia pada pilpres AS 2016 menyebar melalui media sosial. Laporan yang dirilis oleh Senator dari kubu Demokrat dan Republik itu mengatakan campur tangan Rusia di media sosial itu termasuk upaya untuk memecah belah rakyat Amerika berdasarkan ras dan ideologi ekstrem.
Dikutip dari laman Reuters bulan lalu, menurut tim pengamat media sosial New Knowledge dan tim dari Universitas Oxford beserta firma Graphika, Badan Peneliti Internet dari pemerintah Rusia yang bermarkas di St Petersburg, berusaha memanipulasi politik di Amerika pada masa kampanye pilpres bahkan sampai saat ini.
"Data yang baru dirilis ini memperlihatkan betapa agresifnya Rusia untuk memecah belah rakyat Amerika berdasarkan ras, agama, dan ideologi," kata Richard Burr, ketua Komite Intelijen Senat dari kubu Partai Republik.
Baca juga:
Erick Thohir Bantah Jokowi Menyerang Karena Panik Elektabilitasnya Stagnan
Temuan Kubu Prabowo, Konsultan Politik Amerika Poles Jokowi
Gaya Menyerang Jokowi Jawab Fitnah dan Hoaks Masukan dari Relawan Pendukung
BPN Soal Banyak PNS Dukung Prabowo: Mayoritas Kecewa Tak Bisa Bekerja Profesional
Selain Relawan, TKN Ikut Sarankan Jokowi Tampil 'Menyerang' Lawan Hoaks & Fitnah
Fahri Sebut Kasus Dhani Panggung Tergerusnya Suara Jokowi: Mungkin Beliau Menikmati
Presiden Jokowi & Ibu Negara Jenguk Cucu ke-15 Wapres JK di Rumah Dinas