Begini Cara Cegah Terjangkit ISPA di Musim Pancaroba
Jangan Sampai Terserang ISPA di Musim Pancaroba, Lakukan Hal Ini
Di musim pancaroba seperti sekarang, ketika kualitas udara juga buruk, masyarakat perlu diingatkan akan risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Begini Cara Cegah Terjangkit ISPA di Musim Pancaroba
Infeksi saluran pernapasan atau ISPA merupakan salah satu penyakit yang sedang melanda banyak orang saat ini. Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Siloam TB Simatupang, dr Henie Widowati SpP, menyarankan agar kita berupaya mencegah penyakit yang terkait dengan ISPA ini.
-
Apa itu ISPA? ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Sesuai namanya, penyakit ini dapat menyerang saluran pernapasan, baik saluran atas maupun bawah. Biasanya, orang yang terserang ISPA mengalami peradangan di saluran pernapasannya, mulai dari hidung hingga paru-paru.
-
Bagaimana cara mencegah ISPA? Terapkan gaya hidup bersih, misalnya dengan mencuci tangan secata teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum. Selain itu, hindari juga menyentuh wajah terutama bagian mulut, hidung, dan mata. Perhatikan juga asupan nutrisi sehari-hari untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Lakukan olahraga secara rutin dan konsumsi suplemen yang kaya vitamin, seperti vitamin C yang baik untuk daya tahan tubuh.
-
Apa yang dimaksud dengan pancaroba? Pancaroba adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menggambarkan perubahan musim dari musim kemarau ke musim hujan, atau sebaliknya. Kata "pancaroba" berasal dari gabungan kata "panca" yang berarti lima dan "roba" yang berarti tahun. Secara harfiah, pancaroba berarti lima tahun, yang mencerminkan periode waktu di mana perubahan musim terjadi.
-
Kenapa ISPA perlu diwaspadai? ISPA menjadi penyakit yang perlu diwaspadai karena termasuk dalam kelompok penyakit menular yang dapat dengan mudah menyebar, bahkan menjadi epidemi atau pandemi.
-
Kapan gejala ISPA pada anak biasanya mereda? Tanda dan gejala ISPA pada anak ini biasanya akan menetap selama 1–2 minggu. Setelah itu, kondisi anak akan mereda dengan sendirinya.
"Minimal banget pakai pelindung, pakai masker. Daya tahan tubuh juga harus dinaikkan. Dengan cara apa? Konsumsi makanan gizi seimbang, olahraga cukup, dan istirahat cukup. Itu yang paling utama," kata Henie dalam diskusi bersama Bear Brand belum lama ini.
Untuk olahraga, Henie menyarankan melakukan olahraga pernapasan. Namun, kalau mau yang gampang dan murah, cukup dengan jalan cepat.
"Yang rutin tapinya. Bagusnya setiap hari, tapi tiga kali seminggu juga sudah bagus dengan durasi cukup. Antara 40 menit sampai 1 jam," katanya.
- Tips Menjaga Kesehatan Anak di Musim Pancaroba
- Pertahankan HP, Remaja 16 Tahun di Tangsel Dibacok Kawanan Perampok Bersenjata Tajam
- Keras, Panglima TNI Janji Hukum Berat Prajurit Pembunuh Imam Masykur & Sidang Terbuka buat Umum
- Diminta Istri Panglima TNI, Letkol Berdarah Kopassus langsung Unjuk Kekuatan 'King of Sparko' di Depan Ibu-ibu
Kemudian, seperti halnya COVID-19 yang ada vaksinnya, Henie mengatakan bahwa sejumlah penyakit pun bisa dicegah dengan vaksinasi. Dua di antaranya vaksinasi influenza dan vaksinasi pneumonia.
"Ini lebih disarankan, bukan wajib. Memang tidak bisa mencegah semuanya tapi di satu sediaan vaksin itu ada beberapa strain dari bakteri yang sehingga kalau kita pakai vaksin itu ada imunnya untuk mencegah penyakit dari bakteri yang sama," ujarnya.
Penyakit yang Berkaitan dengan ISPA
Sebelumnya, Henie mengatakan bahwa polusi udara erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Sakit batuk kini sering dijumpai di sekitar kita. ISPA sendiri tidak hanya batuk, tapi penyakit ISPA juga dimulai dari tenggorokan hingga paru bagian bawah.
Menurut Henie, setiap tahunnya terjadi sekitar 7 juta kematian akibat buruknya kualitas udara yang mengakibatkan polusi udara baik di dalam maupun di luar ruangan.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 2 juta kematian berasal dari wilayah Asia Tenggara. Bahkan, sebanyak sembilan dari setiap 10 orang di dunia tinggal di daerah yang memiliki tingkat polusi udara yang melebihi standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Sumber polusi itu banyak sekali misalnya saja outdoor dari transportasi atau indoor dari rumah tangga seperti masak. Dan, hasil kajian di Jakarta terbaru penyumbang polusi udara terbanyak adalah industri dan transportasi," ujarnya.
Dari lima penyakit mematikan, tiga di antara penyakit yang terjadi pada paru. Seperti 21 persen karena pneumonia, 19 persen karena asma kronik, dan penyebabnya karena merokok. Polusi udara juga sangat rentan terjadi pada ibu hamil, balita, dewasa dengan penyakit penyerta, dan lansia.
Dampak ISPA bagi Kesehatan Manusia Secara Menyeluruh
Efek Jangka Pendek (akut) seperti terjadi iritasi mukosa dengan ciri, mata merah, hidung berair, bersin. Lalu iritasi saluran napas atas, bawah, seperti peradangan, sakit tenggorokan, batuk, dahak.
Efek jangka pendek lainnya seperti peningkatan ISPA, peningkatan serangan asma, PPOK, peningkatan serangan jantung, peningkatan kunjungan IGD RS karena respirast atau jantung. Dan terakhir risiko keracunan gas toksik
Sementara itu, efek jangka panjangnya seperti (kronik), penurunan fungsi paru/faal paru, hiperreaktivitas bronkus, reaksi alergi, risiko asma, risiko PPOK, risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, hingga kanker.
"Ada hubungan polusi dengan pneumonia dari penelitian yang dilakukan oleh Hongkong dan China seperti peningkatan kasus ISPA. Dan bronkitis naik hingga 100 persen. Polusi juga naikin angka TBC, di china 2019 dan 2021. Di klinik saya juga, banyak TBC, gejalanya batuk lebih dari tiga minggu, kita lakukan rontgen dengan hasil TBC," pungkasnya.