Berhasil Menang Lawan Covid-19 Selama 305 Hari, Perjuangan Kakek Ini Patut Ditiru
Kakek berusia 72 tahun asal Bristol, Inggris, jadi salah satu penyintas Covid-19 yang patut ditiru kegigihannya dalam perang melawan virus Corona. Kakek bernama Dave Smith, pensiunan instruktur mengemudi memecahkan rekor sebagai penderita Covid-19 terlama di dunia.
Berjuang untuk sembuh dari paparan Covid-19 memang menjadi perjuangan yang tak mudah. Proses pemulihan yang memakan waktu tentu membutuhkan semangat untuk sembuh yang tinggi dari setiap orang yang terpapar.
Kakek berusia 72 tahun asal Bristol, Inggris, jadi salah satu penyintas Covid-19 yang patut ditiru kegigihannya dalam perang melawan virus Corona. Kakek bernama Dave Smith, pensiunan instruktur mengemudi memecahkan rekor sebagai penderita Covid-19 terlama di dunia.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Bagaimana cara puisi Sumpah Pemuda "Pemuda Harapan Bangsa" menunjukkan semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Mereka kuatkan tekad Bulatkan semangat untuk Bangsa dan Negara 28 Oktober 1928 Semangat Pemuda terus membara Untuk menyatukan Tanah Air Indonesia Untuk menyatukan Bahasa Indonesia Untuk menyatukan Bangsa Indonesia
-
Kenapa kata-kata hari ini yang lucu dan inspiratif penting? Meskipun terkesan sebagai sebuah candaan, kata-kata hari ini mengandung makna yang sangat dalam.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
Dave dinyatakan positif Covid-19 selama 305 hari berturut-turut. Seperti dilansir dari Manchester Evening News, para ahli percaya bahwa kasus Smith adalah infeksi Covid-19 persisten terlama yang pernah tercatat. Pria itu terpaksa hidup dengan efek dari virus tersebut selama hampir satu tahun.
Smith kemudian membagikan kisahnya bagaimana virus itu memengaruhi kehidupan dan mata pencahariannya.
"Saya batuk selama lima jam berturut-turut, tanpa henti. Pada satu titik, saya terbaring di tempat tidur selama 2-3 bulan."
Dirawat sejak Mei 2020
Smith pertama kali dirawat di rumah sakit pada Mei 2020 dengan batuk dan demam. Tes PCR mengonfirmasi bahwa dia menderita Covid-19 dan setelah delapan hari, dia dipulangkan tetapi mengalami sesak napas yang signifikan.
Kondisi sesak napas diselingi dengan demam yang semakin parah memaksa pria itu kembali dirawat di rumah sakit pada Agustus, September, Oktober, dan Desember 2020.
Pada Desember 2020, uji coba terapi remdesivir harian – pengobatan umum untuk Covid-19 – dihentikan karena tidak berpengaruh padanya.
Turun 53 kg, sempat pasrah dengan kematian
Istri Smith juga menceritakan bagaimana selama infeksi tersebut, ia berpikir suaminya tidak akan berhasil mengatasi penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan suaminya memiliki sistem kekebalan yang terganggu. Karena virus itu, berat badan Smith bahkan turun dari 117 kg menjadi 64 kg.
Smith juga mengingat bagaimana keadaan menjadi sangat buruk sehingga dia berada di ambang kematian. Dia bahkan meminta istrinya untuk mulai mengatur pemakamannya dalam lima waktu terpisah.
Pengobatan yang akhirnya berhasil
Meski sempat pasrah akan kondisinya, Namun Smith tetap berusaha untuk sembuh. Sampai akhirnya ada satu pengobatan yang sukses membuatnya negatif Covid-19. Smith diobati dengan antibodi monoklonal, seperti casirivimab dan imdevimab yang direkayasa di laboratorium. Perawatan itu akhirnya terbukti berhasil.
Sumber: Liputan6.com
Penulis: Sulung Lahitani