Bikin Tersiksa dan Kadang Buat Sakit Perut, Ini Penyebab Mengapa Banyak Orang Suka Makanan Pedas
Rasa pedas sangat digemari dan disukai banyak orang walau kadang terasa menyiksa. Kenali mengapa hal ini terjadi?
Makanan pedas sering kali menghadirkan pengalaman makan yang tak terlupakan. Bagi sebagian orang, makanan ini bisa sangat menyiksa, menyebabkan sensasi panas, hingga bahkan membuat perut sakit. Namun, menariknya, banyak orang tetap gemar menyantap makanan yang mengandung cabai atau rempah-rempah pedas. Mengapa hal ini terjadi? Mengapa meskipun menyiksa, makanan pedas tetap menjadi favorit di berbagai belahan dunia?
Sensasi Pedas Bukanlah Rasa, Melainkan Temperatur
Berbeda dari rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami, sensasi pedas sebenarnya tidak dianggap sebagai rasa. Dilansir dari Live Science, menurut Donavyn Coffey (2023), pedas lebih terkait dengan sensasi suhu, bukan rasa itu sendiri. Rasa pedas yang kita rasakan sebenarnya dihasilkan oleh senyawa kimia yang disebut capsaicin, yang terdapat pada cabai. Senyawa ini bekerja dengan cara memicu reseptor suhu di lidah, bukan reseptor rasa.
-
Apa saja contoh makanan yang bisa bertahan lama? Beberapa bahan makanan bisa disimpan dalam waktu lama karena tidak mudah kedaluwarsa. Menyimpan bahan makanan sering kali menjadi tantangan karena risiko kedaluwarsa yang mengintai. Tanggal kedaluwarsa dan periode konsumsi menjadi panduan penting untuk menjaga keamanan bahan makanan, namun beberapa bahan memiliki daya tahan yang lebih baik daripada yang lain.
-
Apa makanan khas Palembang yang memiliki bentuk unik dengan taburan irisan cabai? Di Palembang, mungkin orang-orang sudah mengenal kota ini dengan makanan khasnya yaitu pempek. Tapi tunggu dulu, selain Pempek masih banyak sajian kuliner lainnya yang patut untuk dicoba, salah satunya adalah kue gandus.
-
Mie lidi bumbu basah seperti apa yang bisa dibuat dengan resep yang dibagikan? Berbagai olahan mie lidi basah ini dibuat dengan bahan dan bumbu sederhana. Cara pengeolahannya juga mudah dan praktis dibuat. Ini bisa menjadi pilihan camilan menarik saat sedang bersantai bersama keluarga atau teman.
-
Apa saja zat pewarna makanan yang berbahaya? Meskipun banyak pewarna makanan yang aman, ada 11 jenis yang perlu dihindari.
-
Dimana cilok kuah merupakan makanan khas? Cilok kuah adalah makanan ringan khas Jawa Barat yang terbuat dari tepung aci (tapioka) yang direbus dan disajikan dengan kuah gurih dan pedas.
-
Kenapa Sapi Lada Hitam banyak dijual di tempat makan? Bahkan, sapi lada hitam banyak dijual di tempat makan hingga restoran.
Ketika capsaicin menyentuh lidah, ia mengikat pada reseptor yang dikenal sebagai TRPV1, reseptor suhu yang biasanya diaktifkan oleh suhu tinggi di atas 40°C. Capsaicin menurunkan ambang batas aktivasi reseptor ini, menyebabkan tubuh merespons seolah-olah lidah kita terbakar meskipun tidak ada peningkatan suhu yang signifikan. Ini menjelaskan mengapa sensasi makan makanan pedas bisa begitu kuat dan terasa seperti terbakar.
Mengapa Beberapa Orang Menyukai Makanan Pedas?
Meskipun sensasi ini sering kali dianggap menyiksa, banyak orang masih menyukai makanan pedas. Alasan utama di balik hal ini tampaknya berkaitan dengan teori risiko dan penghargaan. Menurut John Hayes, direktur Pusat Evaluasi Sensorik di Penn State, manusia adalah satu-satunya spesies yang menikmati sensasi terbakar ini. Ia menyebutnya sebagai "benign masochism" atau masokisme yang tidak berbahaya, di mana kita mencari sensasi menyiksa, tetapi tahu bahwa itu tidak berbahaya.
Studi tahun 2016 yang dipublikasikan dalam jurnal Appetite menunjukkan bahwa preferensi seseorang terhadap makanan pedas sering kali berkorelasi dengan perilaku pengambilan risiko. Orang yang menikmati pengalaman berisiko seperti naik roller coaster atau mengemudi cepat di jalan berliku-liku cenderung lebih menyukai makanan pedas. Sensasi "panas" dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh capsaicin bisa memberikan semacam "rush" atau penghargaan psikologis setelah menahan rasa sakit tersebut.
Aspek Budaya dan Genetika dalam Preferensi Makanan Pedas
Selain faktor kepribadian dan perilaku, preferensi terhadap makanan pedas juga dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial. Sebuah studi tahun 2015 dalam jurnal Food Quality and Preference menemukan bahwa preferensi makanan pedas di kalangan pria lebih dipengaruhi oleh motivasi sosial dibandingkan wanita.
Di beberapa budaya, konsumsi makanan pedas dikaitkan dengan maskulinitas atau ketangguhan, meskipun tidak ada perbedaan preferensi yang signifikan antara pria dan wanita dalam sampel dari Meksiko, di mana makanan pedas merupakan bagian dari budaya sehari-hari.
Selain itu, ada juga komponen genetik yang berperan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Physiology and Behavior pada tahun 2012 menunjukkan bahwa beberapa orang dilahirkan dengan reseptor capsaicin yang kurang sensitif atau tidak berfungsi penuh, sehingga mereka memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap makanan pedas sejak lahir. Artinya, sebagian dari kita secara genetik lebih tahan terhadap rasa pedas, sementara yang lain lebih sensitif.
Manfaat Tersembunyi Makanan Pedas
Meskipun makanan pedas bisa menyakitkan, ada beberapa manfaat tersembunyi di balik konsumsi makanan ini. Salah satu teori menyebutkan bahwa makanan pedas memberikan keuntungan evolusioner, terutama di daerah beriklim panas. Alissa Nolden, seorang ilmuwan pangan di University of Massachusetts, menjelaskan bahwa makanan pedas dapat memicu perspirasi atau keringat, yang pada gilirannya membantu mendinginkan tubuh di lingkungan yang panas.
Selain itu, bagi mereka yang kehilangan indra pengecap akibat kondisi medis seperti kanker atau kemoterapi, makanan pedas bisa menjadi cara untuk merasakan sensasi makan. Karena makanan pedas tidak memengaruhi reseptor rasa melainkan reseptor suhu, pasien kemoterapi yang sering merasakan perubahan rasa dapat menikmati makanan pedas sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pengalaman sensori mereka selama atau setelah pengobatan.
Makanan pedas adalah contoh sempurna dari benign masochism, di mana kita secara sukarela merasakan sensasi yang menyakitkan, tetapi tetap menikmatinya. Preferensi terhadap makanan pedas tidak hanya didasarkan pada pengalaman fisik, tetapi juga melibatkan faktor psikologis, sosial, budaya, dan genetik.
Meskipun menyakitkan bagi sebagian orang, makanan pedas tetap menjadi favorit banyak individu di berbagai belahan dunia, memberikan pengalaman makan yang menantang tetapi memuaskan.