Deteksi Dini Pneumonia pada Anak Bisa Dilakukan dengan Menghitung Napas dalam 1 Menit, Begini Caranya
Menghitung napas anak dalam 1 menit bisa menjadi cara untuk melakukan deteksi dini pneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak di seluruh dunia. Penyakit ini sering kali tidak terdeteksi sejak dini karena gejalanya yang mirip dengan batuk biasa, sehingga orang tua sering kali menganggapnya remeh. Namun, pneumonia dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting agar penanganan bisa dilakukan dengan segera. Salah satu cara mudah untuk mendeteksi pneumonia pada anak adalah dengan menghitung frekuensi napas dalam satu menit.
Dokter spesialis anak subspesialis respirologi, Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), menjelaskan bahwa deteksi dini pneumonia pada anak dapat dilakukan dengan menghitung jumlah napas dalam satu menit.
-
Apa itu Pneumonia pada anak? Pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang menyebabkan peradangan pada kantung udara di satu atau kedua paru-paru.
-
Bagaimana cara mencegah anak terkena pneumonia? Berikut adalah beberapa cara mencegah pneumonia pada anak: Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi. ASI eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak dan melindunginya dari infeksi bakteri, virus, atau jamur yang dapat menyebabkan pneumonia. MPASI yang bergizi juga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak dan mencegah malnutrisi yang dapat melemahkan sistem imun.
-
Kenapa Pneumonia berbahaya untuk anak? Hal ini akan berdampak signifikan pada kesehatan anak.
-
Bagaimana cara mengatasi pneumonia pada anak? Cara mengatasi pneumonia pada anak merupakan komponen penting dari strategi untuk mengurangi angka kematian anak. Imunisasi terhadap Hib, pneumokokus, campak dan batuk rejan (pertusis) merupakan cara paling efektif untuk mencegah pneumonia. Nutrisi yang cukup merupakan kunci untuk meningkatkan pertahanan alami anak, dimulai dengan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupannya. Selain efektif dalam mencegah pneumonia, hal ini juga membantu mengurangi lamanya penyakit jika seorang anak jatuh sakit.
-
Di mana bayi dapat terpapar kuman penyebab pneumonia? Balita dan anak-anak bisa terkena pneumonia melalui beberapa cara. Seperti tidak sengaja menghirup tetesan liur atau droplet berisi kuman, yang dikeluarkan ke udara saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Kedua, menyentuh barang yang terkontaminasi atau air liur atau lendir pengidapnya, kemudian tangan bayi atau anak yang kotor memegang mata, hidung, atau mulut mereka sendiri.
-
Bagaimana cara melindungi anak-anak dengan PJB dari pneumonia? Oleh karena itu, imunisasi menjadi langkah penting yang harus dilakukan untuk melindungi anak-anak dengan PJB dari infeksi yang lebih berat.
"Pneumonia adalah radang paru, dan utamanya, karena ada infeksi mikroorganisme dia bisa merusak jaringan paru. Kalau terjadi kerusakan oksigen kurang dan terjadi kematian," ujar Wahyuni dilansir dari Antara. Ia mengungkapkan bahwa cara ini sangat efektif untuk mendeteksi pneumonia dengan cepat, meskipun gejalanya sering kali disalahartikan sebagai batuk biasa.
Cara Menghitung Napas untuk Deteksi Pneumonia
Penghitungan frekuensi napas ini tentu harus disesuaikan dengan usia anak. Wahyuni memberikan pedoman yang jelas terkait frekuensi napas yang normal pada anak-anak berdasarkan kelompok usia. Pada bayi yang berusia di bawah dua bulan, batas frekuensi napas yang normal adalah 60 kali per menit. Sementara itu, pada anak usia dua sampai 12 bulan, batas frekuensi napas normal adalah 50 kali per menit, dan pada anak usia satu hingga lima tahun, batasnya adalah 40 kali per menit.
Bagi orang tua yang ingin memeriksa kondisi napas anak mereka, cara ini bisa dilakukan dengan mudah di rumah. Cukup hitung jumlah napas yang diambil anak dalam satu menit dengan memperhatikan detak napasnya. Jika frekuensi napas melebihi batas normal untuk usia anak, hal tersebut bisa menjadi tanda adanya masalah pada saluran pernapasan anak, termasuk pneumonia.
Selain menghitung frekuensi napas, orang tua juga harus memperhatikan gejala lain yang menyertai, seperti adanya tarikan dinding dada saat anak bernapas. "Hati-hati dengan ‘BBB’ atau bukan batuk biasa, lalu coba lihat saat bernapas sesak tidak, atau ada tarikan dinding dada. Kalau ada, maka hati-hati itu bisa jadi tanda pneumonia,” kata Wahyuni, menekankan pentingnya kewaspadaan orang tua terhadap tanda-tanda awal pneumonia.
Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai
Menurut data UNICEF pada 2019, pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di bawah lima tahun di seluruh dunia. Hampir 2.200 anak meninggal setiap harinya akibat pneumonia, menjadikannya sebagai masalah kesehatan global yang sangat serius. Gejala pneumonia pada anak sering kali mirip dengan gejala batuk biasa, seperti batuk dan demam. Namun, yang membedakan adalah napas yang lebih cepat atau sesak. Jika anak mengalami batuk yang disertai dengan napas cepat dan sesak, orang tua harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat.
Selain itu, beberapa faktor risiko juga dapat meningkatkan kemungkinan anak terkena pneumonia. Faktor-faktor ini termasuk bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, anak yang tidak mendapat imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine), anak yang mengalami malnutrisi, atau anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Anak yang terpapar polusi, asap rokok, atau tinggal di hunian padat juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena pneumonia. Penyakit dasar seperti HIV atau penyakit jantung juga bisa meningkatkan kerentanannya terhadap pneumonia.
Mencegah Pneumonia dengan Nutrisi dan Imunisasi
Untuk mencegah pneumonia, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak mereka mendapatkan nutrisi yang baik dan seimbang sejak lahir. Memberikan ASI eksklusif pada bayi sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh mereka terhadap infeksi. Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, menekankan pentingnya pola makan yang sehat bagi anak.
"Kalau dulu ada istilahnya 4 sehat, 5 sempurna, jadi karbohidrat, lemak, protein. Enggak boleh karbohidrat melulu sama lemak, anaknya nggak boleh dikasih MPASI hanya karbohidrat saja, buah-buahan saja, kalau bayi harus seimbang ada protein zat pembangun," ujarnya.
Imunisasi juga memainkan peran penting dalam mencegah pneumonia. Vaksin Pneumococcal Conjugate (PCV) yang diberikan pada bayi terbukti sangat efektif untuk melindungi mereka dari infeksi pneumokokus, yang sering menjadi penyebab utama pneumonia.
Selain itu, menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri juga sangat penting untuk mencegah penularan infeksi. Orang tua perlu rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan rumah, dan memastikan ventilasi udara yang baik di dalam rumah. Menghindari polusi dan asap rokok di sekitar anak juga dapat mengurangi risiko terkena pneumonia.
Tindakan Cepat Dapat Menyelamatkan Nyawa
Deteksi dini pneumonia sangat penting karena dapat mengurangi angka kematian pada anak-anak. Jika pneumonia terdeteksi lebih awal, perawatan medis dapat segera diberikan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Oleh karena itu, orang tua harus proaktif dalam memantau kondisi kesehatan anak, terutama saat anak menunjukkan gejala batuk, demam, atau sesak napas. Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat jika gejala tersebut tidak kunjung membaik.
Dengan mengenali tanda-tanda awal pneumonia dan melakukan deteksi dini melalui penghitungan napas dalam satu menit, kita dapat membantu menyelamatkan nyawa anak-anak dan memastikan mereka mendapatkan perawatan yang tepat waktu. Pencegahan dan edukasi mengenai pneumonia harus terus digalakkan agar lebih banyak orang tua yang sadar akan pentingnya deteksi dini penyakit ini.