Ketahui Perbedaan antara Orang Sudah Divaksinasi dan Belum ketika Positif COVID-19
Pada mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 ini, menerapkan protokol kesehatan merupakan hal yang tetap harus diperhatikan. Pasalnya, bahkan ketika seseorang sudah divaksinasi, mereka juga masih mungkin terinfeksi COVID-19.
Munculnya varian delta COVID-19 beberapa waktu ini bisa meningkatkan risiko kita tertular COVID-19. Hal ini menyebabkan pemerintah melakukan percepatan vaksinasi COVID-19 untuk mencegah kondisi semakin memburuk.
Pada mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 ini, menerapkan protokol kesehatan merupakan hal yang tetap harus diperhatikan. Pasalnya, bahkan ketika seseorang sudah divaksinasi, mereka juga masih mungkin terinfeksi COVID-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Munculnya hasil positif COVID-19 pada seseorang yang sudah mendapat vaksinasi ini masih mungkin terjadi. Pada infeksi COVID-19 ini, vaksinasi bisa mencegah seseorang menjadi sakit separah mereka mereka yang belum divaksinasi.
Dilansir dari Healthline, dr. Jason Gallagher, profesor klinis dari Temple University’s School of Pharmacy, Philadelphia mengungkap bahwa terdapat dua alasan mengapa seseorang yang sudah divaksinasi masih teinfeksi COVID-19.
"Hal pertama cukup jelas. Jika vaksin bekerja pada 90 hingga 95 persen orang, maka berarti terdapat 5 hingga 10 persen orang yang tidak bekerja," terang dr. Gallagher.
"Tingkat efektivitas tersebut bakal menurunkan persebaran virus ketika cukup banyak orang yang divaksinasi, namun sayangnya hal ini masih belum akan terwujud di saat ini," sambungnya.
Untuk alasan kedua, dr. Gallagher mengungkap bahwa alasannya lebih rumit.
"Vaksin lebih efektif dalam menahan penyakit dibanding dalam menahan infeksi," terang dr. Gallagher.
"Infeksi bisa jadi ringan atau tidak bergejala dan mungkin seseorang tidak merasa ketika mengalaminya," sambungnya.
Dengan kata lain, dr. Gallagher mengungkap bahwa vaksin bekerja dengan mencegah seseorang menjadi sakit namun tidak mencegah dari infeksi. Cara kerja vaksin adalah mencegah gejala penyakit memberat atau bahkan membuat penyakit tersebut tidak terasa sama sekali.
Vaksin Memberi Perlindungan
Ketika seseorang sudah menerima vaksinasi, terdapat perlindungan yang mereka terima dari infeksi. Berdasar data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, seseorang yang sudah divaksinasi secara penuh pada usia 65 tahun ke atas risiko masuk rumah sakit ketika terinfeksi COVID-19 menurun hingga 94 persen. Sedangkan pada seseorang yang sudah divaksinasi walau hanya sekali mengalami risiko yang menurun hingga 64 persen.
"Walau mungkin bagi seseorang yang sudah divaksinasi menjadi positif COVID-19, namun hasil vaksinasi cukup sempurna dalam mencegah penyakit parah, masuk rumah sakit, atau bahkan kematian," terang dr. Matthew Weissenbach dari Wolters Kluwer Health.
"Sebagian besar mereka yang divaksinasi dan diketahui positif COVID-19 tampak tanpa gejala atau bahkan hanya mengalami gejala ringan," sambungnya.
Dampak Perlindungan Vaksin terhadap Varian Delta
Munculnya varian delta COVID-19 diketahui juga telah menurunkan efikasi vaksin yang sebelumnya 95 persen pada jenis awal menjadi hanya 65 persen pada varian delta. Dr. William Lang dari Wordld Clinic mengungkap bahwa dampak lebih berbahaya juga dialami justru oleh mereka yang masih belum divaksin.
"Vaksinasi memang tidak akan pernah sempurna apa pun jenis vaksin yang digunakan," terang Lang.
"Namun dengan rendahnya jumlah seseorang masuk rumah sakit, hal ini mungkin dialami oleh mereka yang memang memiliki kondisi kesehatan yang menurunkan kekebalan tubuh atau meningkatkan risiko," sambungnya.
Dr. Christina Zhang dari MiDoctor Urgent Care, New York City mengungkap bahwa hanya ada satu cara untuk benar-benar membuat COVID-19 ini menghilang.
"Satu-satunya cara untuk menghentikan pandemi adalah dengan divaksinasi secara massif secepatnya," terang dr. Zhang.
Menurut dr. Zhang, setiap orang yang belum divaksin merupakan sarang potensial dari virus COVID-19 berlipat dan bermutasi. Pada mereka yang sudah menerima vaksin COVID-19, pemburukan kondisi terutama saat di rumah sakit menurun sangat drastis.
(mdk/RWP)