Meningkatnya Jumlah Perokok Anak Buat Risiko Stunting Mengintai
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Febrio Nathan Kacaribu, Ph.D. menyampaikan prevalensi perokok dewasa sedikit menurun. Sebaliknya, perokok anak meningkat, hal ini menimbulkan keresahan mengingat rokok berbahaya bagi kesehatan.
Masalah kesehatan anak merupakan sebuah hal yang menjadi perhatian. Salah satu hal yang saat ini meningkat jumlahnya adalah perokok anak yang membuat risiko stunting mulai mengancam.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Febrio Nathan Kacaribu, Ph.D. menyampaikan prevalensi perokok dewasa sedikit menurun. Sebaliknya, perokok anak meningkat, hal ini menimbulkan keresahan mengingat rokok berbahaya bagi kesehatan.
-
Kenapa stunting berbahaya bagi anak? Melansir dari halodoc, para orang tua jangan menyepelekan stunting pada anak. Tahukah kalian, kondisi ini mampu memberikan dampak buruk pada kesehatan tubuh anak. Mulai dari terjadi gangguan pertumbuhan, penurunan fungsi perkembangan saraf dan kognitif hingga risiko peningkatkan penyakit kronis ketika anak beranjak dewasa.
-
Kenapa stunting berpengaruh buruk untuk anak? Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kemampuan belajar mereka di masa depan. Oleh karena itu, pencegahan stunting melalui asupan makanan yang tepat menjadi sangat penting.
-
Kapan stunting bisa terlihat pada anak? Gejala stunting pada anak-anak biasanya dapat terlihat saat mereka berusia 2 tahun, namun sering kali gejala ini tidak disadari atau disalahartikan sebagai perawakan pendek yang normal.
-
Apa aja bahaya jajan sembarangan untuk kesehatan anak? Berikut adalah beberapa bahaya yang dapat timbul akibat kebiasaan jajan sembarangan pada anak: Keracunan Makanan, Diare, Tipes, Kekurangan Gizi, Masalah Gigi, Radang Tenggorokan, Obesitas, Kerusakan Usus, Kematian.
-
Apa bahaya cium bayi sembarangan? Perlu diketahu, bahwa mencium bayi sembarangan dapat meningkatkan risiko penularan infeksi dan penyakit.
-
Apa ciri khas anak yang mengalami stunting? Dokter Hasto membeberkan ciri khas stunting adalah bertubuh pendek. Tetapi, kata dokter Hasto, pendek belum tentu stunting. Ciri yang lebih khas lagi, katanya, anak stunting tidak cerdas dan sering sakit-sakitan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) selama 2013 hingga 2018 prevalensi merokok menurun namun angka perokok dewasa laki-laki masih cukup tinggi yaitu 62 persen. Sementara itu, prevalensi perokok perempuan meningkat dari 2,5 persen di 2016 menjadi 4,8 persen di 2018.
“Prevalensi merokok pada anak dan remaja meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018. Angka tersebut jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019 yang menargetkan perokok anak turun hingga 5,4 persen di 2019,” kata Febrio dalam webminar PKJS-UI, beberapa waktu lalu.
Meningkatnya konsumsi rokok dapat berpengaruh pada kesehatan perokok dan lingkungannya. Beberapa dampak yang dapat terjadi akibat rokok di antaranya stunting.
“Bayi yang lahir di rumah tangga perokok memiliki risiko stunting dan wasting 5,5 persen lebih tinggi pada periode emas pertumbuhan dibanding bayi di keluarga non-perokok,” sambungnya.
Picu 5 Penyebab Kematian Utama
Selain menambah risiko stunting, rokok atau tembakau juga dapat memicu lima penyebab utama kematian di Indonesia.
Penyakit yang dapat diperparah oleh rokok antara lain penyakit jantung, serebrovaskular, tuberculosis, diabetes dan pernapasan kronis.
Jika demikian, maka hal lain seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pun akan terdampak. Jika sakit, dana akan tersedot untuk penanganan. Keluarga perokok pun memiliki kepatuhan membayar JKN yang lebih rendah menurut penelitian pada 2018.
“21 persen dari kasus penyakit kronis di Indonesia berkaitan dengan rokok dan menimbulkan beban ekonomi sebesar US$ 1.2 miliar per tahun.”
Rokok juga menjadi beban pengeluaran rumah tangga tertinggi ke-2 pada kelompok masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan.
“Sayang sekali, ini berarti pengeluaran untuk gizi anaknya gak masuk nomor satu nomor dua. Ini menyedihkan dan membutuhkan usaha multidimensi dari berbagai pemangku kebijakan karena ini fakta yang kita tidak suka dan perlu kita ubah,” sambungnya.
Reporter: Ade Nasihudin Al Ansori
Sumber: Liputan6.com