Pekan Imunisasi Nasional Kembali Digelar, Ini Pentingnya Imunisasi Polio bagi Anak
Untuk mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), pemerintah terus mendorong program imunisasi polio dengan menggelar PIN.
Imunisasi polio digalakkan di Indonesia karena penyakit polio merupakan penyakit menular yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak. Meskipun Indonesia telah berhasil memberantas polio beberapa waktu lalu, risiko kembalinya penyakit ini masih ada. Untuk mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio, pemerintah terus mendorong program imunisasi polio sebagai upaya perlindungan bagi anak-anak dari ancaman penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup ini.
Dilansir dari Laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kembali menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua, yang dijadwalkan berlangsung pada minggu ketiga Juli 2024.
-
Bagaimana cara penularan polio? Polio, atau poliomyelitis, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini dapat merusak sistem saraf pusat dan menyebabkan nyeri serta kelumpuhan otot. Berikut adalah cara penularan polio: Kontak Langsung: Virus polio dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja orang yang terinfeksi. Ini adalah cara penularan utama, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk.Rute Fekal-Oral: Penularan juga bisa terjadi melalui rute fekal-oral, yaitu ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan virus polio dari tinja. Percikan Ludah: Meskipun lebih jarang, virus polio juga bisa menyebar melalui percikan ludah saat orang yang terinfeksi bersin atau batuk.Makanan atau Minuman Terkontaminasi: Penularan dapat terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi dengan virus polio. Virus polio masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus, dan kemudian dapat memasuki aliran darah dan sistem saraf pusat. Di sana, virus dapat menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan lemahnya otot dan, dalam kasus yang parah, kelumpuhan.
-
Bagaimana cara mencegah polio? Cara paling efektif untuk mencegah polio bagi anak-anak adalah dengan memberikan vaksin polio.
-
Kapan gejala polio muncul? Gejala polio ini muncul dalam waktu 1 minggu setelah terinfeksi.
-
Bagaimana cara yang paling ampuh untuk mencegah polio? Cara mencegah polio yang paling penting adalah dengan melakukan vaksinasi.
-
Siapa yang rentan terhadap polio? Polio umumnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun (balita), terutama yang belum menjalani imunisasi polio. Namun, orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang positif HIV, juga rentan terhadap virus ini. Selain itu, orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas, wanita hamil, dan mereka yang belum divaksinasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus polio.
Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat virus polio di berbagai wilayah di Indonesia. Sebanyak 32 provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia saat ini berada dalam kategori risiko tinggi polio, mengingat masih adanya kasus-kasus baru yang teridentifikasi.
Sejak tahun 2022 hingga 2024, tercatat 12 kasus kelumpuhan akibat virus polio. Sebelas kasus di antaranya disebabkan oleh virus polio tipe 2, sementara satu kasus lainnya disebabkan oleh virus polio tipe 1. Kasus-kasus tersebut tersebar di delapan provinsi yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Banten.
Pentingnya PIN Polio
Pelaksanaan PIN Polio bertujuan untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) yang optimal dan mencegah perluasan transmisi virus polio. Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Dr. Yudi Pramono, menegaskan bahwa kegiatan ini akan dilakukan secara massal dan serentak di seluruh Indonesia.
"Pelaksanaan PIN Polio akan dilakukan secara massal dan serentak untuk mencapai kekebalan kelompok yang optimal dan dapat mencegah perluasan transmisi virus polio," ujarnya.
Tahapan Pelaksanaan PIN Polio
PIN Polio dilaksanakan dalam dua tahap. PIN Polio tahap pertama dilaksanakan di lima provinsi, yaitu Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Barat dan Papua Barat Daya.
- Pilu Bayi 40 Meninggal Usai Imunisasi Vaksin BCG dan Polio 1: Bibir Membiru dan Hidung Keluar Busa
- Dinkes DKI Gelar Vaksinasi Polio di Stasiun Kereta Api, Berikut Jadwalnya
- Jadwal PIN Polio 2024 Tahap 2, Tempat Imunisasi, dan Siapa Saja yang Bisa Memperolehnya
- FOTO: Kemenkes Gelar Pekan Imunisasi Nasional Polio Tahap Dua, Sasar 16 Juta Anak
Sedangkan, PIN Polio tahap kedua akan dilaksanakan di 27 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, kecuali di Kabupaten Sleman, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Imunisasi Polio dan Pencegahan KLB
Imunisasi polio sangat penting untuk mencegah virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi polio lengkap. Sasaran dari PIN Polio adalah anak-anak usia 0 hingga 7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Vaksin yang akan diberikan adalah vaksin imunisasi tetes (oral) dan suntik.
Direktur Pengelola Imunisasi Kemenkes, Dr. Prima, menjelaskan bahwa polio dapat dicegah dengan imunisasi polio lengkap. Program imunisasi nasional mencakup dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin tetes (OPV) yang diberikan melalui mulut dan vaksin suntik (IPV).
"Vaksin polio tetes diberikan melalui mulut sebanyak tiga kali pemberian pada umur 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan, yang dikenal dengan OPV 1, OPV 2, dan OPV 3. Sedangkan pada umur 4 bulan, pemberian vaksin digabung, yaitu tetes dan suntikan yang disebut dengan IPV. Pada umur 9 bulan, akan kembali diberikan vaksin IPV 2," jelas Dr. Prima.
Cakupan imunisasi polio, baik tetes maupun suntik, harus mencapai 95% dan merata di suatu wilayah untuk membentuk kekebalan kelompok. Kekebalan kelompok sangat penting untuk mencegah penyebaran luas virus polio dan meminimalisir risiko munculnya kasus baru.
Vaksin nOPV2 dan Keamanan
Kemenkes telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Imunisasi Nasional (KIN), Komite Ahli Surveilans PD3I, WHO, dan UNICEF untuk menggunakan vaksin tetes novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) khusus untuk merespons KLB polio tipe 2. Perwakilan Komite Nasional PP-KIPI, Dr. Ellen Roostaty Sianipar, menegaskan bahwa keamanan vaksin nOPV2 telah melalui berbagai pengkajian terkait Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI).
"Data keamanan nOPV2 telah dikaji oleh Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) yang didapatkan dari 253 juta dosis nOPV2 yang telah diberikan di 13 negara. Hasilnya menyimpulkan tidak ada risiko berbahaya dari data yang ada," ujarnya.
Kemenkes berharap masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan PIN Polio ini untuk memperkuat imunitas serta kekebalan, terutama terhadap polio tipe 2 yang saat ini sangat rendah. Hal ini juga merupakan upaya untuk memutus transmisi virus polio yang ada saat ini.