Pertusis yang Tak Segera Diobati Bisa Berdampak Bahaya, Ketahui Tiga Tahap Perkembangannya
Pertusis atau batuk rejan yang tak segera diobati bisa berdampak parah sehingga perlu dipahami dengan tepat.
Pertusis, atau yang sering dikenal sebagai batuk rejan, adalah infeksi serius yang dapat menimbulkan dampak berbahaya jika tidak segera diobati. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, yang menghasilkan toksin yang dapat melumpuhkan saluran pernapasan, membuat dahak tidak dapat dikeluarkan, dan menyebabkan infeksi bertahan dalam tubuh. Dr. Anggraini Alam, Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengingatkan bahwa pertusis bukanlah batuk biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya.
“Bakteri ini punya 5 toksin yang bisa menyebabkan saluran nafas kita seperti lumpuh oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut sehingga nggak bisa mengeluarkan dahak,” kata Anggraini dilansir dari Antara.
-
Kenapa perdamaian itu penting? Perdamaian adalah sesuatu yang selalu diinginkan oleh semua orang. Lewat perdamaian akan ada kebahagiaan dan ketentraman bagi siapapun.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Persebaya bertanding melawan Persita? Bermain di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, pada Jumat (23/2/2024), Tim Bajul Ijo, julukan persebaya, berhasil menahan imbang Persita dengan skor 1-1.
-
Kenapa Siti Purwanti meninggal? Diketahui bahwa mendiang Siti Purwanti telah lama menderita penyakit jantung dan gagal ginjal.
-
Apa yang dimaksud dengan 'persen'? Persen atau persentase adalah sebuah cara untuk menyatakan perbandingan antara sebagian dan keseluruhan dalam bilangan per seratus.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
Pertusis biasanya dimulai dengan gejala batuk yang ringan, tetapi seiring berjalannya waktu, batuk ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan, yang sering disebut sebagai "batuk 100 hari."
Pada bayi, terutama yang berusia di bawah satu tahun, gejala dapat menjadi sangat parah, termasuk batuk yang menyebabkan wajah memerah, berhentinya pernapasan, pendarahan di mata, infeksi paru-paru, hingga kejang akibat tekanan batuk yang terus-menerus. Yang lebih mengkhawatirkan adalah sering kali diagnosis pertusis baru ditegakkan setelah batuk berlangsung selama tiga minggu atau lebih, saat penyakit sudah mencapai stadium lanjut.
Dr. Anggraini menjelaskan bahwa pertusis berkembang melalui tiga tahap yang harus diwaspadai oleh orang tua. Tahap pertama, yang sering kali dianggap sepele, ditandai dengan batuk ringan yang disertai pilek, mirip dengan gejala flu biasa. Namun, jika batuk berlanjut dan semakin parah, penyakit memasuki tahap kedua.
Pada tahap ini, batuk menjadi sangat parah, sering disertai muntah, dan bisa berlangsung selama berbulan-bulan. Pada anak-anak, gejala yang muncul pada tahap ini sering keliru didiagnosis sebagai TBC atau alergi, yang berpotensi menghambat perkembangan paru-paru dan menimbulkan komplikasi serius lainnya. Batuk yang terus-menerus bisa menyebabkan tulang patah, hernia menjadi lebih parah, dan anak-anak mengalami kekurangan gizi karena tidak mau makan atau minum.
“Kalau ada batuk-batuk begini, demam nggak tinggi, kemungkinan bisa disertai juga dengan pilek. Paling bahaya kalau batuk berlama-lama dan biasanya di antara batuk dengan batuk bisa ada muntah,” kata Anggraini.
- Catat Tata Tertib dan Alur Penanganan Lapor Mas Wapres, Ini Berkas yang Harus Disiapkan
- Dicampur Dua Bahan Dapur, Cara Mencuci Keset Tanpa Detergen Ternyata Bisa Bersih Kinclong
- Kejadian Pertusis atau Batuk Rejan di Indonesia Meningkat Pesat, Begini Saran IDAI untuk Mencegah Anak Tertular
- Permen Karet Zaman Batu Ditemukan Berusia 10.000 Tahun, Begini Bentuk dan Sosok yang Mengunyahnya
Tahap ketiga adalah fase penyembuhan, yang meskipun batuk mulai mereda, bisa berlangsung cukup lama sebelum pasien benar-benar pulih. Pada tahap ini, anak-anak yang terkena pertusis sering kali sudah mengalami berbagai komplikasi, seperti perdarahan otak, kekurangan oksigen, kejang, hingga kerusakan otak yang bisa berujung pada kematian. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali gejala pertusis sejak dini dan segera mendapatkan perawatan medis yang tepat.
Penanganan terbaik untuk pertusis adalah dengan segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang dapat mengurangi racun dari bakteri serta mengatasi batuk yang parah. Dr. Anggraini juga menekankan pentingnya minum banyak air untuk membantu proses pemulihan.
“Kita bisa mendapatkan anak yang tidak mau makan, tidak mau minum, jadinya kurang gizi, perdarahan otak, kekurangan oksigen, bisa mengalami kejang-kejang kerusakan otak dan kematian bisa terjadi,” tegasnya.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa jika anak mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh, orang tua harus segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis secara dini, sehingga pengobatan dapat dilakukan sebelum penyakit mencapai tahap yang lebih serius.