Remaja Indonesia Memiliki Pengetahuan yang Kurang Memadai Mengenai Penyakit Seksual
Remaja Indonesia memiliki pengetahuan yang kurang memadai mengenai penyakit menular seksual yang ada. Selama ini, mereka lebih banyak hanya mengetahui mengenai pencegahan HIV/AIDS saja.
Remaja Indonesia memiliki pengetahuan yang kurang memadai mengenai penyakit menular seksual yang ada. Selama ini, mereka lebih banyak hanya mengetahui mengenai pencegahan HIV/AIDS saja.
Fakta ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser lewat merek alat kontrasepsi Durex di lima kota besar yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya.
-
Kenapa pendidikan seksual penting untuk remaja? Pendidikan seksual dapat membantu remaja mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan yang positif terkait dengan seksualitas, seperti rasa hormat, tanggung jawab, komunikasi, negosiasi, dan pengambilan keputusan.
-
Kapan edukasi seksual penting diberikan kepada anak? Edukasi seksual merupakan topik yang penting dalam pengembangan anak-anak, terutama saat mereka memasuki masa remaja.
-
Apa yang harus diajarkan dalam pendidikan seks untuk anak? Melalui edukasi seksual, anak bisa mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, hubungan interpersonal yang sehat, serta hak dan kewajiban dalam pernikahan.
-
Kenapa pendidikan seksual penting untuk anak? Pendidikan seks merupakan topik yang seringkali menimbulkan kebingungan dan canggung bagi orang tua. Namun, tidak bisa disangkal bahwa memberikan pendidikan seksual yang tepat dan sesuai tahap usia anak sangat penting dalam membantu mereka memahami tubuh, seksualitas, dan hubungan antara laki-laki dan perempuan.
-
Apa yang perlu dijelaskan kepada anak remaja dalam edukasi seksual? Zoya Amirin juga menekankan pentingnya memberikan pengetahuan tentang tubuh dan organ reproduksi kepada anak remaja. Dengan pemahaman yang tepat, anak-anak tersebut dapat mengenali ketidaknormalan pada tubuh mereka dengan lebih baik.
-
Bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan edukasi seks pada anak? “Saat menjelaskan, gunakan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan usia anak. Misalnya, saat anak masih balita, bisa dimulai dengan mengenalkan fungsi tubuh dan menjelaskan bahwa ada bagian-bagian tubuh yang bersifat privat,” kata Kasandra, dikutip dari Antara.
"95 persen menyatakan saya tahu tentang HIV. Tapi yang lain-lainnya seperti kandidiasis, apalagi herpes, apalagi sipilis dan gonorea, sangat sedikit dari mereka yang mengetahuinya," kata dokter Helena Rahayu Wonoadi, Direktur CSR Reckitt Benckiser.
Dari 500 remaja yang disurvei secara daring, hanya 33 persen yang mengetahui tentang gonorea, 38 persen yang tahu mengenai sipilis, 54 persen tahu tentang herpes atau HPV, dan 57 persen yang tahu tentang kandidiasis.
Terkait HIV sendiri, masih banyak remaja yang percaya akan informasi yang salahserta stigma tentang orang dengan HIV/AIDS atau ODHA.
Penelitian tersebut menemukan bahwa tiga dari 10 remaja masih berpikir bahwa melakukan aktivitas sehari-hari bersama ODHA bisa menularkan penyakit menular seksual. Selain itu, 55 persen dari peserta masih mengira bahwa HIV bisa menular lewat ciuman.
"Jadi mereka minim sekali pengetahuan ini," kata Helena.
Selain mengenai kurangnya pemahaman terkait penyakit menular seksual di luar HIV, studi ini juga menemukan bahwa pendidikan seks pada remaja di Indonesia mulai diperkenalkan di usia 14 sampai 18 tahun. Padahal, mereka sudah mengalami pubertas di usia 12 hingga 17 tahun sehingga hal ini tergolong cukup terlambat.
Reporter: Giovani Dio Prasasti
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Berdasar Survei, 33 Persen Remaja Indonesia Pernah Melakukan Hubungan Seks Penetrasi
Begini Cara Memberi Edukasi Seks yang Tepat Bagi Anak Sesuai Usia Mereka
Kondisi Hipotiroid pada Anak Bisa Sebabkan Masalah Keterbelakangan Mental
Orangtua Miliki Peran Besar agar Anak Tidak Pilih-Pilih Makanan