Semakin Banyak Anak yang Cuek, Masih Perlukah Kita Mengajari Anak untuk Tidak Berbicara dengan Orang Asing?
Pada masa lalu, orangtua selalu melarang anak untuk berbicara dengan orang asing. Apakah hal tersebut masih berlaku diterapkan saat ini?
Di zaman yang semakin kompleks ini, pepatah lama “jangan bicara dengan orang asing” mungkin perlu kita tinjau kembali. Bagi banyak orang tua, anjuran tersebut terasa relevan untuk melindungi anak-anak dari potensi bahaya. Namun, dengan perubahan dalam cara kita bersosialisasi—terutama setelah pandemi—apakah peringatan ini masih berlaku?
Kini, di tengah perhatian akan pentingnya keamanan sekaligus kemampuan sosial, para ahli mulai mempertanyakan apakah aturan tersebut masih efektif atau justru memerlukan pendekatan yang lebih nyaring.
-
Bagaimana cara orang tua mengajak anak berbicara? Anda bisa mengajak anak berbicara dengan cara:- Mengucapkan kata-kata sederhana dan jelas, seperti "mama", "papa", "makan", "minum", "tidur", dan lain-lain.- Menirukan suara atau kata-kata yang diucapkan anak, dan memberikan respon positif, seperti tersenyum, mengangguk, atau memuji.- Menceritakan hal-hal yang terjadi di sekitar, seperti "lihat, itu burung", "kita mau ke pasar", "ini baju warna merah", dan lain-lain.- Menanyakan pertanyaan sederhana, seperti "kamu mau apa?", "kamu suka main apa?", "kamu lapar?", dan lain-lain.
-
Bagaimana cara orangtua mengajarkan anak untuk berkomunikasi dengan baik? Kontak mata yang baik merupakan bagian penting dari komunikasi. Mengajarkan anak untuk berbicara dengan mata dapat membantu mereka berkomunikasi dengan lebih baik.
-
Apa yang dilakukan anak tersebut kepada ibunya? Korban bernama Sufni (74) warga Jalan Nelayan Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Sedangkan pelaku Hendri (52), dan istrinya N (51). Setelah mendapat video tersebut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Bery Juana Putra bersama anak buahnya langsung datang ke rumah pelaku.
-
Siapa yang tampak dekat dengan anak sambungnya? Dari pernikahannya, Willy dan Rumiyati dikaruniai dua orang anak, River Rahman Dozan dan Moana Rahman Dozan. Rumiyati juga tampak dekat dengan dua anak sambungnya, Leon Rahman Dozan dan Nabila Rahman Dozan.
-
Bagaimana orang tua dapat mengajarkan anak agar bisa berinteraksi dengan adiknya dengan baik? Orangtua memiliki peran penting dalam mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan adiknya. Jelaskan dengan lembut bagaimana cara yang benar dalam berbicara dan bertindak. Hindari meninggalkan mereka sendiri sampai Anda yakin mereka bisa bersikap baik satu sama lain.
-
Apa yang diwariskan oleh anak dari orang tuanya? Melalui warisan genetik, anak-anak tidak hanya mewarisi ciri-ciri fisik, tetapi juga sifat-sifat kepribadian yang membentuk dasar dari karakter mereka.
Anak-anak yang mudah bergaul, seperti yang terlihat dalam video viral TikTok milik pengguna @mia.ariannaa, sering dianggap menggemaskan karena kepercayaan diri mereka dalam berbicara dengan orang asing. Video ini, yang telah ditonton lebih dari 20 juta kali, memperlihatkan seorang anak yang ramah dan berbicara santai dengan orang dewasa di toko. Banyak komentar memuji sikap terbuka sang anak, tetapi sebagian orang tua juga mengungkapkan kecemasan atas potensi bahaya yang bisa muncul. Di sini, muncul pertanyaan: apakah setiap orang asing memang harus dianggap sebagai ancaman?
Apakah Semua Orang Asing Berbahaya?
Dilansir dari Parents, pakar keamanan dan mantan agen FBI, Tracy Walder, menyoroti pentingnya pesan yang lebih berimbang saat mendidik anak tentang orang asing. “Bukanlah hal yang terbaik bagi anak saya atau anak lainnya untuk berpikir bahwa semua orang asing itu buruk,” jelas Walder. Menurutnya, ada perbedaan antara berbicara dengan orang asing secara aman di tempat umum dan merasa terpaksa meminta bantuan saat dalam keadaan darurat.
Walder menambahkan, “Jika mereka dalam masalah atau sangat membutuhkan pertolongan, mereka perlu tahu bahwa bisa saja ada orang asing yang dapat menolong.”
Kita ingin anak-anak mampu berbicara dengan guru atau dokter, yang pada awalnya juga merupakan orang asing bagi mereka. Selain itu, mereka perlu belajar berkomunikasi untuk berbagai keperluan: meminta bantuan, memesan makanan, atau menjalin pertemanan baru. Semua hal ini membutuhkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang asing pada tingkat tertentu. Di sinilah peran orang tua untuk memberikan konteks pada aturan "jangan bicara dengan orang asing" menjadi sangat penting.
Menyeimbangkan Kepercayaan Diri Sosial dan Keamanan
Namun, bagaimana orang tua dapat menumbuhkan sifat ramah pada anak tanpa membahayakan mereka? Reena B. Patel, seorang psikolog dan ahli pengasuhan, menyarankan pendekatan berbasis kesadaran. Menurut Patel, “Penting untuk mengajarkan mereka perbedaan antara seseorang yang mereka kenal dan dapat dipercaya, serta seseorang yang tidak mereka kenal, dan bagaimana interaksi tersebut seharusnya berbeda.”
Misalnya, Patel mendorong orang tua untuk memberikan contoh nyata tentang perilaku yang perlu diperhatikan anak. Jika anak menemukan orang asing di tempat umum, beri tahu mereka situasi-situasi yang memerlukan perhatian lebih. Bagi anak-anak yang lebih kecil, orang tua perlu berperan aktif dalam mengawasi dan memantau. Jika suatu interaksi terasa tidak nyaman, tidak perlu merasa malu untuk menuntun anak keluar dari situasi tersebut.
Selain itu, Patel menekankan pentingnya aturan dasar: “Anak-anak perlu tahu bahwa orang dewasa biasanya tidak meminta bantuan kepada anak-anak.” Ia menekankan bahwa anak-anak sebaiknya tidak mengikuti orang asing yang meminta mereka untuk melihat sesuatu, kecuali orang tua atau pengasuh mereka ikut serta. Dengan begitu, mereka dapat memahami bahwa tindakan lebih penting daripada kata-kata.
Kewaspadaan dan Hak untuk Menolak
Tidak semua anak memiliki sifat yang sama dalam menghadapi orang baru. Sebagian anak secara alami lebih peka terhadap situasi yang membuat mereka tidak nyaman, sementara lainnya mungkin merasa lebih tenang. Patel menyarankan agar anak tidak dilabeli dengan sebutan “pemalu” hanya karena tidak ingin berbicara dengan orang asing. Label semacam itu dapat mengurangi rasa percaya diri mereka dalam memilih dan memutuskan.
“Selalu ingatkan anak bahwa mereka bisa berjalan pergi, tidak perlu menyenangkan orang lain, dan tidak harus melanjutkan percakapan jika mereka merasa tidak nyaman,” kata Patel. Ia juga menyarankan orang tua untuk menetapkan kata kode khusus keluarga, yang bisa menjadi sinyal tambahan bagi anak saat mereka membutuhkan bantuan.
Untuk menghindari situasi yang memaksa, Walder berpendapat bahwa selama orang tua berada di dekat anak, interaksi ramah dengan orang asing dalam kondisi yang terpantau sebetulnya aman. “Saya tidak merasa ada masalah dengan ini. Dari yang saya lihat, ibunya berada tepat di belakangnya [selama ia berinteraksi dengan orang asing]. Jika orang tua bersama anak dan memperhatikan, saya tidak melihat ini sebagai situasi berbahaya.”
Menumbuhkan Kemampuan Sosial dengan Aman
Mengajarkan tata krama memang penting, tetapi anak juga perlu tahu bahwa mereka tidak harus langsung merespons setiap interaksi—terutama jika mereka merasa tidak nyaman. Beberapa anak mungkin perlu waktu lebih lama untuk membuka diri kepada orang asing, dan hal itu wajar. Daripada mendesak mereka bersikap ramah, lebih baik mendukung kepercayaan diri mereka dalam mengenali situasi.
Pada akhirnya, orang tua bisa membantu anak memahami bahwa mereka punya kendali atas interaksi mereka dengan orang lain. "Anak-anak harus tahu bahwa pilihan interaksi adalah milik mereka, dan keamanan diri bisa diutamakan dengan mengandalkan perasaan dan memperhatikan keadaan sekitar," kata Patel.
Pendekatan yang seimbang dapat membantu anak-anak menjadi pribadi yang ramah tanpa mengorbankan keamanan mereka. Walau pesan “jangan bicara dengan orang asing” tetap relevan dalam kondisi tertentu, kita juga bisa memberikan kebebasan bagi anak untuk berkembang menjadi pribadi yang percaya diri sekaligus waspada.