Kenali Apa Itu Disleksia, Kondisi yang Membuat Seseorang Kesulitan Membaca, Menulis, dan Berhitung
Disleksia adalah suatu bentuk disabilitas belajar yang menyebabkan kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan membaca dan penggunaan bahasa.
Disleksia merupakan sebuah disabilitas belajar yang berdampak pada cara otak memproses bahasa tertulis. Individu yang mengalami disleksia sering kali menghadapi tantangan dalam membaca dan keterampilan yang berkaitan. Meskipun demikian, kondisi ini dapat dikelola dan tidak seharusnya menjadi penghalang bagi pencapaian sukses.
Disleksia adalah salah satu bentuk disabilitas belajar yang membuat aktivitas yang berhubungan dengan membaca dan bahasa menjadi lebih menantang. Penyebabnya adalah adanya gangguan dalam cara otak memahami tulisan sehingga sulit untuk dipahami. Umumnya, individu menyadari bahwa mereka memiliki disleksia sejak masa kanak-kanak, dan kondisi ini biasanya berlangsung seumur hidup. Tipe disleksia ini dikenal sebagai 'disleksia developmental'. Disleksia termasuk dalam kategori gangguan belajar spesifik, yang memiliki tiga subtipe utama, seperti yang dilaporkan oleh Cleveland Clinic:
-
Bagaimana anak selebritis dengan disleksia berkembang? Mengidap disleksia sejak kecil, Deddy Corbuzier tidak menyerah. Ia merawat Azka Corbuzier dengan penuh cinta, dan kini Azka menjadi anak yang hebat dengan banyak prestasi selama sekolah.
-
Apa masalah yang dialami anak dengan gangguan sensori? Sensory Processing Disorder (SPD) atau gangguan pemrosesan sensorik sering kali disadari oleh orang tua ketika anak mulai menunjukkan perilaku yang tidak biasa terhadap rangsangan dari lingkungan sekitarnya.
-
Apa itu hyperlexia? Hyperlexia adalah suatu kondisi ketika seorang anak mulai mampu membaca sejak dini dan secara mengejutkan melebihi kemampuan dari anak-anak lain di usianya.
-
Kenapa anak bisa mengalami keterbelakangan mental? Penyakit ini dapat menyebabkan seorang anak belajar dan berkembang lebih lambat dibandingkan anak lain seusianya. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara, berjalan, berpakaian, atau makan tanpa bantuan, dan biasanya akan mengalami kesulitan saat belajar di sekolah.
-
Kenapa hyperlexia mengganggu? Meski begitu, kondisi ini cukup mengganggu proses pemahaman anak pada apa yang mereka baca. Dengan begitu, perlu terapi khusus untuk membantu anak mengatasi kondisi ini.
-
Apa saja gangguan belajar yang bisa diatasi oleh psikolog anak? Beberapa anak mungkin mengalami hambatan dalam memahami materi pelajaran di sekolah, yang tidak selalu terkait dengan kecerdasan mereka. Gangguan seperti disleksia, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), atau gangguan pemrosesan sensorik dapat menghambat kemampuan anak untuk belajar secara efektif.
- Disleksia membaca
- Disleksia menulis (disgrafia)
- Disleksia terkait matematika (diskalkulia)
Bagaimana Disleksia Mempengaruhi Pemahaman Bahasa
Proses membaca dimulai dengan penggunaan bahasa lisan. Pada anak-anak yang masih kecil, berbicara biasanya dimulai dengan mengeluarkan bunyi-bunyi sederhana. Seiring bertambahnya pengetahuan tentang bunyi, anak juga belajar bagaimana menggabungkan bunyi tersebut untuk membentuk kata, frasa, dan kalimat. Proses belajar membaca melibatkan penghubungan antara suara dengan simbol tertulis (huruf) yang berbeda. Di sinilah disleksia berperan. Kondisi ini mengganggu cara otak memanfaatkan bahasa lisan untuk "memecahkan kode" tulisan. Otak mengalami kesulitan dalam memproses apa yang dibaca, terutama dalam memecah kata menjadi suara atau mengaitkan huruf dengan suara saat membaca. Keterlambatan dalam pemrosesan tersebut dapat memengaruhi berbagai aspek berikut:
- Membaca menjadi lambat karena kesulitan dalam memproses dan memahami kata-kata.
- Kesulitan dalam menulis dan mengeja.
- Masalah dalam menyimpan kata-kata beserta artinya dalam memori.
- Kesulitan dalam menyusun kalimat untuk menyampaikan ide yang lebih kompleks.
Seberapa Sering Disleksia Terjadi?
Disleksia adalah kondisi yang tidak umum secara keseluruhan, tetapi cukup dikenal di masyarakat. Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 7% populasi dunia terpengaruh oleh gangguan ini. Disleksia mempengaruhi individu tanpa memandang jenis kelamin maupun ras. Meskipun demikian, banyak orang yang mengalami gejala disleksia tidak cukup parah untuk mendapatkan diagnosis resmi. Jika termasuk mereka yang memiliki gejala tetapi tidak terdiagnosis, angka tersebut dapat mencapai 20% dari populasi global.
Apa penyebab disleksia?
Penyebab disleksia masih menjadi perdebatan dan belum sepenuhnya dipahami. Namun, terdapat sejumlah petunjuk yang dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa sebagian besar kasus disleksia terjadi. Salah satu faktor yang berperan adalah genetika. Disleksia cenderung bersifat herediter dan sering kali diturunkan dalam keluarga. Anak yang memiliki orang tua dengan disleksia memiliki kemungkinan 30% hingga 50% untuk mewarisi kondisi tersebut. Selain itu, kondisi genetik lainnya, seperti sindrom Down, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya disleksia.
Faktor lain yang berkontribusi adalah perbedaan dalam perkembangan dan fungsi otak. Individu dengan disleksia termasuk dalam kategori neurodivergen, yang berarti bahwa struktur dan fungsi otak mereka berbeda dari yang umum. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan disleksia memiliki perbedaan dalam struktur, fungsi, dan kimia otak mereka. Selain itu, gangguan yang terjadi selama perkembangan otak, seperti infeksi, paparan racun, dan faktor lingkungan lainnya, dapat mengganggu perkembangan janin dan meningkatkan kemungkinan munculnya disleksia di kemudian hari.
Faktor Penyebab Disleksia
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami disleksia. Salah satunya adalah paparan zat beracun. Polusi yang berasal dari udara dan air dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena disleksia. Hal ini terutama berlaku bagi logam berat seperti timbal dan mangan, serta nikotin dan bahan kimia tertentu yang digunakan sebagai penghambat api. Selain itu, kurangnya akses terhadap bahan bacaan juga menjadi faktor penting. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak mendorong kebiasaan membaca atau yang tidak memiliki akses ke bahan bacaan cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami disleksia. Selanjutnya, keterbatasan dalam lingkungan belajar juga dapat berkontribusi. Anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan yang memadai dalam proses belajar di sekolah atau di lingkungan lainnya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami disleksia.
Gejala Disleksia
Seiring anak-anak tumbuh, gejala disleksia dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti:
- Kesulitan dalam mengeja kata-kata yang sederhana.
- Kesulitan saat belajar nama-nama huruf.
- Kesulitan membedakan huruf-huruf yang mirip, seperti "d" dan "b" atau "p" dan "q."
- Kesulitan dalam berima.
- Rasa enggan untuk membaca secara lantang di kelas.
- Kesulitan dalam mengucapkan kata-kata baru.
- Kesulitan mengaitkan suara dengan huruf atau bagian kata.
- Kesulitan memahami bagaimana suara digabungkan.
- Mencampur posisi bunyi dalam sebuah kata.
Meskipun memiliki satu atau beberapa gejala di atas tidak secara otomatis menunjukkan bahwa seseorang menderita disleksia, penting untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian disleksia jika mereka mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan dasar membaca. Hal ini dapat membantu menentukan apakah mereka memerlukan dukungan tambahan.
Disleksia juga memiliki berbagai tingkat keparahan, yaitu:
- Ringan: Terdapat kesulitan, tetapi dapat diatasi dengan akomodasi atau dukungan yang tepat.
- Sedang: Kesulitan yang cukup signifikan memerlukan instruksi dan bantuan khusus, serta mungkin perlu intervensi atau akomodasi tambahan.
- Parah: Kesulitan yang sangat jelas dan tetap menjadi masalah meskipun sudah ada intervensi khusus, akomodasi, dan bentuk pengobatan lainnya.
Dengan memahami tingkat keparahan disleksia, langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk membantu individu yang terpengaruh.