8 Oktober Hari Disleksia Sedunia, Ketahui Gejala dan Cara Mengatasinya
Peringatan Hari Disleksia Sedunia diperingati setiap 8 Oktober.
Disleksia meripakan salah satu gangguan yang tak jarang terjadi di masyarakat. Orang yang mengalami disleksia biasanya ditandai dengan kemampuan sulit membaca. Hal ini tidak lain karena penderita disleksia kesulitan mengenali huruf dengan benar.
Dalam hal ini, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan disleksia di masyarakat. Salah satunya melalui peringatan Hari Disleksia Sedunia yang diperingati setiap 8 Oktober. Tepat pada hari ini, menarik untuk dibahas lebih lanjut bagaimana sejarah Hari Disleksia Sedunia, gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya. Berikut, kami rangkum informasinya.
-
Kenapa tanggal 18 Oktober dipilih sebagai Hari Kesadaran Gangguan Perkembangan Bahasa? Hari Kesadaran Gangguan Perkembangan Bahasa Sedunia diperingati setiap tanggal 18 Oktober untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gangguan perkembangan bahasa pada anak-anak yang bisa berlanjut hingga dewasa.
-
Apa itu Hari Glaukoma Sedunia? Peringatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran global tentang glaukoma, suatu penyakit mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen jika tidak didiagnosis dan ditangani dengan tepat.
-
Bagaimana cara memperingati Hari Glaukoma Sedunia? Peringatan ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran global tentang glaukoma, suatu penyakit mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen jika tidak didiagnosis dan ditangani dengan tepat.
-
Kapan Hari Diabetes Sedunia diperingati? Setiap tahun, tanggal 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia (World Diabetes Day/WDD).
-
Kenapa Hari Glaukoma Sedunia dirayakan? Tujuan utamanya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko, pencegahan, dan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur.
-
Kapan Hari Braille Sedunia dirayakan? Hari Braille Sedunia jatuh pada tanggal 4 Januari setiap tahunnya dan merupakan peringatan penting dalam dunia disabilitas.
Sejarah Hari Disleksia Sedunia
Pertama, akan dijelaskan sejarah 8 Oktober yang diperingati sebagai Hari Disleksia Sedunia. Hari Disleksia Sedunia diperingati setiap tanggal 8 Oktober sebagai bentuk kesadaran global terhadap disleksia, sebuah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja.
Disleksia pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter asal Jerman, Oswald Berkhan, pada akhir abad ke-19, dan penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Rudolf Berlin pada tahun 1887. Namun, pemahaman dan penerimaan luas terhadap kondisi ini baru berkembang pada abad ke-20.
Hari Disleksia Sedunia sendiri dimulai sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang disleksia dan bagaimana orang dengan kondisi ini dapat menerima dukungan yang tepat di lingkungan pendidikan dan sosial.
Peringatan ini bertujuan untuk menghapus stigma dan kesalahpahaman mengenai disleksia serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya inklusi dan aksesibilitas dalam pendidikan bagi penderita disleksia.
Setiap tahun, kegiatan seperti seminar, kampanye, dan program penyuluhan diadakan oleh berbagai organisasi dan lembaga pendidikan di seluruh dunia untuk memperingati Hari Disleksia Sedunia, dengan harapan dapat membantu mereka yang memiliki disleksia meraih potensi maksimal mereka tanpa hambatan yang tidak perlu.
Mengenal Disleksia dan Gejalanya
Setelah mengetahui sejarah 8 Oktober Hari Disleksia Sedunia, berikutnya dijelaskan pengertian dan gejalanya. Disleksia adalah gangguan belajar yang terutama memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, dan mengeja. Orang dengan disleksia biasanya mengalami kesulitan menghubungkan huruf dengan suara, sehingga memengaruhi pemahaman terhadap kata-kata tertulis.
Meski disleksia tidak terkait dengan tingkat kecerdasan, kondisi ini dapat menghambat perkembangan akademis jika tidak mendapatkan dukungan dan penanganan yang tepat. Disleksia dapat terjadi pada siapa saja dan seringkali terdeteksi pada usia sekolah, ketika anak mulai belajar membaca dan menulis.
Gejala disleksia yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kesulitan mengenali huruf atau kata yang sering muncul.
- Membaca dengan lambat dan sering salah dalam mengeja kata.
- Sulit memahami teks yang baru saja dibaca.
- Membalikkan huruf atau angka, seperti menulis huruf "b" menjadi "d" atau angka "6" menjadi "9".
- Kesulitan dalam mengingat urutan abjad, angka, atau instruksi yang diberikan secara verbal.
- Menghindari aktivitas yang melibatkan membaca atau menulis karena merasa frustrasi. Jika gejala-gejala ini tampak, terutama pada anak yang baru belajar membaca, penting untuk segera berkonsultasi dengan ahli agar dapat dilakukan penilaian dan intervensi yang sesuai.
Penyebab Disleksia
Setelah menyimak sejarah 8 Oktober Hari Disleksia Sedunia, pengertian, dan gejala, selanjutnya dijelaskan berbagai faktor penyebabnya, sebagai berikut:
- Faktor Genetik: Disleksia sering kali memiliki hubungan genetik, di mana kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki disleksia, kemungkinan anak juga mengalami disleksia lebih tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa gen yang berperan dalam perkembangan kemampuan membaca dan memproses bahasa.
- Perkembangan Otak yang Tidak Biasa: Pada penderita disleksia, struktur dan aktivitas otak yang memproses bahasa berbeda dari orang tanpa disleksia. Area di otak yang bertanggung jawab untuk menguraikan bunyi bahasa dan menerjemahkannya ke dalam bentuk tulisan mungkin tidak berfungsi dengan cara yang optimal, sehingga menyebabkan kesulitan dalam membaca dan menulis.
- Gangguan pada Pengolahan Fonologis: Salah satu penyebab utama disleksia adalah gangguan dalam pengolahan fonologis, yaitu kemampuan untuk memecah kata-kata menjadi suara-suara terpisah. Orang dengan disleksia kesulitan menghubungkan suara fonetik dengan huruf atau kata tertulis, yang menyebabkan masalah dalam pengucapan dan pengenalan kata.
- Paparan Lingkungan Selama Masa Kehamilan: Faktor lingkungan selama kehamilan juga dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Misalnya, jika ibu mengalami stres berat, terpapar zat berbahaya seperti alkohol, atau menderita kekurangan nutrisi selama masa kehamilan, risiko anak mengalami disleksia dapat meningkat.
- Cedera Otak atau Keterlambatan Perkembangan: Disleksia dapat juga disebabkan oleh cedera otak, baik sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Misalnya, trauma saat lahir atau masalah medis yang menghambat perkembangan otak pada masa awal kehidupan bisa meningkatkan kemungkinan munculnya gangguan belajar seperti disleksia.
Penyebab disleksia sering kali kompleks dan bisa merupakan kombinasi dari beberapa faktor di atas. Meski demikian, dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat, penderita disleksia bisa mendapatkan dukungan untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka.
Cara Mengatasi Disleksia
Setelah mengetahui sejarah 8 Oktober Hari Disleksia Sedunia, terakhir penting diketahui bagaimana cara mengatasinya, sebagai berikut:
- Intervensi Pendidikan yang Spesifik: Metode pendidikan yang disesuaikan secara khusus untuk penderita disleksia sangat penting. Program intervensi ini melibatkan pengajaran fonik secara intensif, yaitu metode yang membantu menghubungkan huruf dengan suara. Guru dan pendidik yang berpengalaman dalam mengatasi disleksia akan membantu anak memahami keterkaitan antara simbol-simbol tertulis dengan bunyi bahasa.
- Latihan Membaca yang Terstruktur dan Berulang: Penderita disleksia sering kali membutuhkan lebih banyak waktu dan latihan untuk mengembangkan kemampuan membaca. Oleh karena itu, latihan membaca yang terstruktur, dengan pola berulang, dapat membantu otak mengenali huruf, kata, dan pola bahasa dengan lebih baik. Membaca secara rutin, dengan bantuan teks yang mudah dipahami, sangat bermanfaat.
- Penggunaan Teknologi Bantuan: Teknologi modern, seperti perangkat lunak pembaca teks, aplikasi ejaan, atau alat perekam suara, dapat membantu penderita disleksia dalam proses belajar. Teknologi ini memungkinkan mereka mendengar kata-kata yang sulit dibaca atau memperbaiki kesalahan ejaan, sehingga meningkatkan rasa percaya diri dalam belajar.
- Pendekatan Multisensori: Menggunakan pendekatan multisensori, yang melibatkan berbagai indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, dan berbicara, dapat membantu penderita disleksia memahami konsep bahasa. Misalnya, anak dapat belajar huruf dengan melihat bentuknya, menyentuh huruf timbul, dan mengucapkan bunyinya secara bersamaan. Cara ini membantu memperkuat memori dan pemahaman.
- Dukungan Psikologis dan Emosional: Disleksia sering kali memengaruhi rasa percaya diri seseorang, terutama anak-anak. Oleh karena itu, dukungan psikologis dan emosional sangat penting. Konseling dan terapi dapat membantu mengatasi perasaan frustrasi, rendah diri, atau kecemasan yang sering dialami oleh penderita disleksia. Orang tua dan guru juga harus memberikan dorongan dan dukungan yang konsisten.
- Konsistensi dan Kesabaran dalam Proses Belajar: Penderita disleksia memerlukan waktu lebih lama untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis. Oleh karena itu, konsistensi dalam metode pengajaran dan kesabaran sangat penting. Proses belajar harus disesuaikan dengan kecepatan perkembangan individu dan tidak terburu-buru, agar tidak menambah tekanan pada penderita disleksia.
Dengan kombinasi metode pendidikan yang tepat, dukungan emosional, dan penggunaan teknologi, penderita disleksia dapat mengatasi hambatan belajar dan mencapai potensinya secara maksimal.