Hari Kesehatan Mental, Ini 4 Kunci Menjaga Mental Health di Tempat Kerja
Tanggal 10 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024. Menjaga Kesehatan mental bagi pekerja sangat penting, terutama di tempat kerja.
Tanggal 10 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024. Menjaga Kesehatan mental bagi pekerja sangat penting, terutama di tempat kerja.
Kementerian Kesehatan ikut memperhatikan kesehatan mental pekerja di tempat kerja. Oleh karena itu, ada empat hal yang perlu dilakukan untuk mencapainya.
-
Mengapa kesehatan mental penting di lingkungan kerja? Lingkungan kerja yang sehat akan menumbuhkan dukungan positif terhadap terciptanya kesehatan mental setiap pekerja di dalamnya. Sebaliknya, lingkungan kerja yang mengandung diskriminasi, stigma, dan pelecehan cenderung akan menciptakan kesehatan mental yang buruk.
-
Apa yang dimaksud dengan hari kesehatan mental? Kesehatan mental adalah ketika seseorang merasa sejahtera, baik secara psikologis, batin, ataupun sosial. Dengan kata lain, seseorang yang sudah mencapai aktualisasi diri dapat dikatakan sehat secara mental.
-
Kenapa kesehatan mental pekerja penting dijaga? 'Memahami apa yang bisa dilakukan sebagai bala bantuan awal kalau ada rekan kerja yang mengalami masalah kesehatan mental, kalau di kantor bisa diberdayakan untuk diberikan pertolongan pertama tadi setidaknya itu akan meringankan beban si tenaga kerja,' ujar Anna, yang akrab disapa Nina, dilansir dari Antara.
-
Kenapa Hari Kesehatan Mental Sedunia dirayakan? 10 Oktober secara resmi ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hal ini tak lain berdasarkan pertimbangan organisasi WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia yang menyatakan perlu memberi perhatian khusus kepada banyaknya kasus kesehatan mental di dunia.
-
Kapan Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati? 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia.
Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyebutkan, hal pertama yang perlu diimplementasikan adalah jam kerja yang wajar, agar bekerja menjadi lebih efisien dan ketika pulang bisa mengurus hal-hal lain.
"Sekarang kan sampai saat ini aturannya 8 jam. Dari 8 jam ini harusnya bisa diatur secara efektif dan efisien supaya tidak membuang kerjaan di luar jam kerja," kata Imran dalam keterangannya, Kamis (10/10).
Yang kedua adalah memberikan akses ke pelayanan kesehatan jiwa, katanya, semisal konseling atau pelatihan-pelatihan manajemen stres. Dia mencontohkan, Kementerian Kesehatan mempromosikan skrining kesehatan jiwa dan menyediakan konseling bagi yang membutuhkan.
"Hal-hal itulah yang coba kita fasilitasi. Dan alhamdulillah tahun ini, yang mengisi skrining itu jauh lebih tinggi dibandingkan 2 tahun sebelumnya," dia menuturkan.
Data WHO
Menurut Imran, yang ketiga adalah mendorong percakapan terbuka tentang kesehatan jiwa. Dia menyebutkan, sering ada anggapan bahwa orang harus tegar, sehingga masalahnya dipendam sendiri. Dia menilai hal tersebut tidak baik.
"Jadi kalau orang bilang, ada temennya curhat terus bilang, 'kamu kan baik-baik saja', itu nggak tepat. Yang tepat adalah, 'oke, kamu bermasalah, nikmati masalahmu, selesaikan, tapi harus bangkit'," katanya.
Inisiatif terakhir, katanya, yakni meningkatkan kesempatan kerja bagi mereka, yakni orang-orang yang punya masalah kesehatan jiwa serius.
"Jadi kita tidak boleh menstigma mereka, tetapi berikan kesempatan dan berikan dorongan agar mereka bisa bekerja," dia menjelaskan.
Mengutip data 2022 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang di seluruh dunia ini memiliki masalah kesehatan jiwa.
"Dari Global Burden Disease tahun 2019 menunjukkan bahwa gangguan jiwa ini menjadi penyebab kedua year lived with disability di Indonesia," kata Imran.