Penyesalan Legenda Timnas Anang Ma'ruf Pernah Menolak Tawaran Magang di Sampdoria
Seandainya Anang Maruf menerima tawaran magang di tim juara Italia, mungkin kehidupannya sekarang akan sangat berbeda.
Seandainya Anang Ma'ruf tidak menolak tawaran magang di salah satu tim juara Italia, mungkin kehidupannya akan berbeda saat ini. Saat ini, Anang Ma'ruf tidak memiliki pekerjaan tetap dan pernah mengalami masa-masa sulit, sehingga ia terpaksa beralih menjadi pengemudi ojek online untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebelumnya, ia pernah berinvestasi dalam sebuah usaha di Pulau Dewata Bali, tetapi hasilnya sangat mengecewakan dan jauh dari harapan. Investasi tersebut berakhir dengan kegagalan total, meskipun ia telah mempertaruhkan seluruh tabungannya yang diperoleh selama berkarier. Sejak pensiun dari dunia sepak bola pada tahun 2013, keberuntungan seakan menjauh darinya.
- Dikalahkan Timnas Indonesia, Legenda Sebut Penampilan Arab Saudi Memalukan dan Terburuk
- Legenda Timnas Indonesia Bocorkan Rahasia Lahirkan Pemain Berbakat seperti Rizky Ridho hingga Marselino
- Kisah Anang Ma'ruf saat Belajar Sepak Bola di Italia, Satu Angkatan dengan Francesco Totti hingga Nesta
- Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
Baru-baru ini, Anang Ma'ruf sempat terlihat melatih Tim Liga 3 Jawa Timur, Dynamics, tetapi kini ia tidak lagi terlibat dengan tim tersebut. Seperti mantan pemain lainnya, ia memilih untuk 'bertahan hidup' melalui pertandingan sepak bola antarkampung atau tarkam. Hal ini sangat menyedihkan, mengingat Anang Ma'ruf adalah salah satu legenda terbaik Timnas Indonesia di masanya.
Bersama Persebaya Surabaya, ia berkontribusi besar dalam keberhasilan tim tersebut selama dua periode, dari 1994 hingga 1999 dan dari 2004 hingga 2010. Ia menjadi sosok kunci di balik kemenangan Bajul Ijo dalam Liga Indonesia pada tahun 1996/1997, 2004, dan 2006.
Selain itu, di Persija Jakarta, namanya juga sangat dihormati, di mana ia berperan penting saat Macan Kemayoran meraih gelar Liga Indonesia pada tahun 2001.
Perkuat PSSI Primavera dengan langkah strategis
Di antara semua kenangan indah, pengalaman saat memperkuat PSSI Primavera di Italia pada musim 1993/1994 adalah momen yang akan selalu diingat sepanjang hidup. Bersama dengan pemain muda berbakat Indonesia lainnya seperti Yeyen Tumena, Bima Sakti, Nurul Huda, Ferry Taufik, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Indriyanto Nugroho, tim yang dilatih oleh Romano Mette - Danurwindo bertanding melawan bintang-bintang muda Italia yang kelak menjadi superstar seperti Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Francesco Totti, dan Alessandro Nesta.
Selama berada di Italia, Anang Maruf mengalami satu kesempatan yang sangat berharga, namun ia menyesal karena tidak memanfaatkannya. Kesempatan itu datang dari Sampdoria, juara Serie A 1990/1991 dan pemenang Coppa Italia 1993/1994 yang dilatih oleh Sven-Göran Eriksson, yang memberikan tawaran magang kepada Anang Maruf di I Blucerchiati. Kesempatan ini menjadi salah satu momen yang ia inginkan kembali, namun tidak bisa terulang.
Sven-Gran Eriksson terpesona
Sven-Gran Eriksson jatuh hati kepada Anang Maruf dan menjelang dimulainya Serie A 1995/1996, Sampdoria membawanya dalam tur ke China dan Hongkong. Di sana, Anang Maruf berlatih dan bermain bersama para pemain bintang Sampdoria, seperti Roberto Mancini, Enrico Chiesa, Walter Zenga, Sinisa Mihajlovic, Clarence Seedorf, Alberigo Evani, dan Christian Karembeu.
Anang Maruf mengungkapkan bahwa ia tidak menerima tawaran untuk magang di Sampdoria. Namun, ia memilih untuk kembali ke Indonesia karena Persebaya masih memerlukan jasanya.
"Sebenarnya disuruh magang. Tapi, ya sudahlah, saya (memilih) pulang saja ke Indonesia," kenangnya saat diwawancarai di kanal YouTube Pinggir Lapangan.
Jika waktu dapat diputar kembali, Anang Maruf tidak akan menolak tawaran dari Sven-Gran Eriksson. "Kalau dipikir sekarang, apalagi dengan sepak bola yang begitu hebatnya saat ini, mungkin dalam benak saya lebih baik ke sana," ujarnya sambil tertawa.
"Soalnya kalau kita ingin maju, ya mau nggak mau ya kita harus menetap di sana," tambah Anang Maruf, yang saat bersama Sampdoria tidak bermain sebagai bek sayap, melainkan sebagai gelandang.
"Dalam tur pramusim itu, saya tampil dalam semua laga meski durasi bermainnya tak terlalu lama," pungkasnya.
Anang Maruf merasakan pengalaman yang berharga meskipun ia tidak melanjutkan kariernya di Eropa. Keputusan tersebut tetap menjadi bagian dari perjalanan hidupnya yang tidak akan dilupakan.