Kisah Anang Ma'ruf saat Belajar Sepak Bola di Italia, Satu Angkatan dengan Francesco Totti hingga Nesta
Anang Ma'ruf, yang pernah menimba ilmu di Italia, memiliki perjalanan karier yang menarik dan penuh pengalaman berharga.
Usianya kini mencapai 48 tahun, yang berarti ia akan segera memasuki usia setengah abad. Waktu terasa begitu cepat berlalu. Namun, dalam hal keakraban dan keramahan, ia tetap sama seperti dulu. Dia adalah Anang Ma'ruf. Mungkin anak-anak zaman sekarang tidak begitu mengenalnya. Bahkan, jika mereka bertemu di jalan, tidak ada yang meminta tanda tangannya atau berfoto bersamanya. Namun, bagi generasi yang tumbuh di era 1990-an hingga awal 2000-an, Anang Ma'ruf adalah sosok yang sangat terkenal. Namanya bersinar di langit sepak bola Indonesia. Tidak ada yang tidak mengenalnya.
Kiprah Anang Ma'ruf di lapangan hijau membuatnya menjadi idola dan membuat banyak orang merasa cemburu akan ketenarannya. Lahir di Surabaya pada 28 Mei 1976, Anang menunjukkan kemampuannya di klub pertamanya, Persebaya Surabaya, yang turut mengangkat namanya. Selama periode 1994 hingga 1999, ia tampil dalam 107 pertandingan dan mencetak 13 gol. Meski sempat berpindah ke klub lain, ia kembali memperkuat Persebaya pada periode kedua dari 2004 hingga 2010. Bersama timnya, Anang berhasil meraih tiga gelar Liga Indonesia pada musim 1996/1997, 2004, dan 2006.
Perkuat Tim Unggulan
Sejarah mencatat bahwa Anang Ma'ruf bukan hanya menjadi legenda di Kota Pahlawan, tetapi juga di klub Persija Jakarta. Ia mengabdikan diri untuk tim Macan Kemayoran selama periode yang cukup lama, yaitu dari tahun 1999 hingga 2003. Ketangguhan Anang di posisi bek menjadi salah satu faktor kunci yang membantu Persija meraih gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2001.
Dalam pertandingan final, Persija berhasil mengalahkan PSM Makassar dengan skor 3-2, di mana Imran Nahumarury mencetak tiga gol, sementara Bambang Pamungkas menyumbangkan dua gol. Selain prestasi bersama kedua klub tersebut, Anang Ma'ruf juga terlibat dalam proyek ambisius PSSI Primavera yang tidak dapat dipisahkan dari kariernya.
Belajar di Italia
Anang Ma'ruf bersama sejumlah talenta muda seperti Yeyen Tumena, Bima Sakti, Nurul Huda, Ferry Taufik, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Indriyanto Nugroho terbang ke Italia untuk mengikuti kompetisi Primavera pada musim 1993/1994. Pengalaman di PSSI Primavera sangat berkesan, terutama karena perbedaan yang mencolok antara Indonesia dan Italia, termasuk dalam hal bahasa.
"Ada les bahasa Italia. Soalnya di sana kan kita lama. Jadi paling tidak kita harus menguasai terutama bahasanya. Seminggu bisa tiga kali les bahasa Italia," ungkap Anang Ma'ruf melalui kanal YouTube Pinggir Lapangan.
Selama mengikuti kompetisi, Anang Ma'ruf menjelaskan bahwa PSSI Primavera banyak mendapatkan pelajaran berharga, terutama dalam aspek teknik dan taktik permainan.
"Meski kita ini pemain-pemain pilihan dari Indonesia, tapi masih apa ya, dibilang jauh sih enggak ya. Mungkin kultur sepak bola kita yang berbeda dengan mereka. Di sana itu klub akademi dan benar-benar terstruktur. Cara bermain mereka benar-benar luar biasa," jelas Anang Ma'ruf, yang sebelumnya juga bermain untuk Deltras Sidoarjo dan Gresik United.
"Tapi kita patut banggalah, karena di sana kita bisa minimal mengambil ilmu sepak bola Eropa. Jadi ya benar-benar sepak bola modern waktu itu," imbuhnya.
Bersama Tim Juara Piala Dunia 2006
Kebanggaan lainnya adalah bahwa para pemain yang dihadapi oleh Anang Ma'ruf dan rekan-rekannya pada waktu itu, akhirnya berkembang menjadi bintang tidak hanya di klub mereka tetapi juga di Timnas Italia, seperti Alessandro Del Piero dan Enrico Chiesa.
"Kalau nggak salah, skuad Italia yang juara Piala Dunia 2006, itu Primavera semua angkatan kita," ujarnya sambil menyebut nama-nama seperti Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Francesco Totti, dan Alessandro Nesta.
Anang Ma'ruf merasa bersyukur karena pernah bermain bersama para pemain yang kemudian menjadi legenda di dunia sepak bola. "Jadi kehebatan mereka sudah kelihatan saat itu," tuturnya. Saat ini, Anang Ma'ruf tidak memiliki pekerjaan tetap setelah sebelumnya menangani Tim Liga 3 Jawa Timur, Dynamics. Pengalaman tersebut menjadi kenangan berharga dalam kariernya di dunia sepak bola.