Sejarah Polwan di Indonesia, Berawal dari 6 Perempuan dari Bukittinggi
Sejarah polwan di Indonesia bermula dari 6 sosok wanita yang menjadi murid pertama di sekolah polisi di Bukittinggi.
Sejarah polwan di Indonesia bermula dari 6 sosok wanita yang menjadi murid pertama di sekolah polisi di Bukittinggi.
Sejarah Polwan di Indonesia, Berawal dari 6 Perempuan dari Bukittinggi
Sekarang ini banyak anak muda yang bercita-cita menjadi seorang polisi. Tak hanya kaum laki-laki saja, kaum hawa pun juga tertarik untuk menjadi seorang polisi wanita.
Ternyata sejarah polwan di Indonesia bermula dari 6 sosok wanita yang menjadi murid pertama di sekolah polisi di Bukittinggi.
Penasaran dengan sejarah 6 polisi wanita yang menjadi cikal bakal adanya polisi wanita di Indonesia? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
- Tiga Tokoh Indonesia Ini Dulunya Miskin Sampai Tak Punya Sepatu Sekolah, Kini Kaya Raya
- Ini Hasil Temuan Polisi Terkait Meja Diduga Digunakan Siswi SDN 06 Pesanggrahan Melompat dari Lantai 4
- Puluhan Siswa SPN Sambangi Yayasan Aipda Purnomo yang Menampung OGDJ Untuk Menjadi Polisi Baik 'Dilatih Jadi Sosial'
- Membanggakan! Polwan RI Raih Lulusan Terbaik di Akpol Turki, Langsung Disalami Erdogan jadi Perbincangan
Membuka Pendaftaran Polisi Wanita
Melansir dari beberapa sumber, awal mula adanya pendidikan polisi bagi wanita berawal dari Kepala Jawatan Kepolisian dari Sumatra yang meminta kepada Kepala Kepolisian Negara untuk segera membuka pendaftaran.
Saat pendaftaran dibuka, cabang Jawatan Kepolisian Negara di Sumatra menerima 6 orang siswi dari 9 pendaftar. Saat itu pendaftaran untuk polisi wanita dibuka karena adanya kebutuhan pemeriksaan anggota badan tersangka, korban, atau saksi wanita agar lebih nyaman jika dibandingkan dengan pemeriksaan oleh polisi pria.
Tepat pada 1 September 1948, sekolah Polisi Negara atau yang kita kenal sekarang Akademi Kepolisian meresmikan 6 siswi dan 44 siswa. Tiga bulan setelah peresmian tepat saat berlangsungnya Agresi Militer Belanda, 6 siswi sekolah Polisi Negara itu langsung melaksanakan tugas di lapangan menghadapi tentara Belanda.
Menerima Pendidikan
Setelah Agresi Militer Belanda, keenam siswi tersebut kembali mengenyam pendidikan di SPN Sukabumi pada 1950.
Selama pendidikan, mereka mendapatkan ilmu tentang kemasyarakatan, pendidikan dan ilmu jiwa, pedagogi, sosiologi, psikologi, hingga latihan bela diri seperti anggar, jiu jitsu, judo dan beberapa porsi latihan kemiliteran.
Mengutip dari museumpolri.org, adapun nama-nama dari enam siswi yang menerima pendidikan di Kepolisian Negara, yaitu Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Soekotjo, Djasmainar, dan Rosnalia Taher.
Langsung Bertugas
Setelah keenam siswi tersebut lulus dari pendidikan polisi, mereka langsung dihadapkan dengan tugas yang harus diemban.
Mereka semua lulus pada 1 Mei 1951 dan menerima tugas pertama untuk menangani tindak kejahatan yang pelakunya wanita atau anak-anak.
Selain menangani tindak kejahatan, mereka juga melakukan pemeriksaan secara fisik yang berkaitan dengan maslaah pelacuran, hingga ke kasus perdagangan wanita dan juga anak-anak yang marak terjadi pada saat itu.