Doa Itidal Lengkap Beserta Latin dan Artinya, Jangan sampai Keliru
Salah satu rukun salat yang harus dilakukan adalah itidal yang dibarengi dengan membaca doa itidal. Itidal adalah posisi di mana setelah selesai ruku', kita bangkit dari ruku' dengan mengangkat dua tangan hingga sejajar dengan dua bahu/telinga.
Salat menjadi salah satu perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan umat muslim. Dalam menjalankan salat wajib, ada tuntunan salat yang benar yang bisa diikuti. Gerakan-gerakan salat dibersamai doa yang dilantunkan.
Salah satu rukun salat yang harus dilakukan adalah itidal yang dibarengi dengan membaca doa itidal. Itidal adalah posisi di mana setelah selesai ruku', kita bangkit dari ruku' dengan mengangkat dua tangan hingga sejajar dengan dua bahu/telinga.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Apa itu Doa Sapu Jagat? Doa sapu jagat adalah doa yang banyak dibaca dan diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Doa sapu jagat merupakan salah satu doa yang mustajab dan sering digunakan oleh umat Islam meminta keselamatan pada Allah. Doa satu ini begitu mudah dihafalkan.
-
Apa itu doa sapu jagat? Doa sapu jagat dan artinya yang bisa diamalkan setiap hari. Memiliki banyak keutamaan seperti diajarkan Rasulullah SAW. Doa sapu jagat merupakan doa yang dipanjatkan untuk memohon kebaikan kepada Allah SWT.
-
Apa yang digambarkan oleh Doa Summum Bukmun? Doa Summum Bukmun menggambarkan kondisi orang-orang yang menolak petunjuk Allah dengan menggunakan metafora tuli, bisu, dan buta untuk menunjukkan ketidaksadaran mereka terhadap kebenaran.
-
Kapan Doa Qunut Subuh dibaca? Bacaan doa qunut Subuh berjamaah ini dibaca ketika berada di posisi berdiri usai membaca bacaan I'tidal.
-
Apa itu doa taubat? Doa taubat bisa dibaca setelah melaksanakan sholat sunnah taubat. Tujuannya tidak lain untuk meminta ampunan kepada Allah SWT.
Baca juga: Bacaan Doa Untuk Syukuran Bahasa Arab Latin Dan Artinya
Ada beberapa perbedaan pendapat antar ulama bagaimana cara melakukan Itidal yang benar. Berikut cara melaksanakan Itidal yang benar beserta doa Itidal lengkap beserta latin dan artinya:
Bacaan Doa Itidal
Itidal adalah rukun fi’li atau rukun yang berupa perbuatan dalam menjalankan sholat. Rukun fi’li lainnya selain i’tidal adalah berdiri secara benar, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan duduk tahiyat akhir.
Ketika melakukan gerakan I’tidal, seseorang juga perlu mengucapkan doa I’tidal sebagai berikut:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allahu liman hamidah.
Artinya: “ Aku mendengar orang yang memuji-Nya.”
Lalu ada juga bacaan yang keduanya atau disebut juga dengan bacaan tahmid yang bunyinya sebagai berikut:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du. (HR. Muslim dan Abu Awanah).
Artinya: “ Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”
Cara dan Doa Itidal yang Benar
‘Ulama berbeda pendapat tentang bagaimana cara melakukan gerakan itidal, apakah tangan kembali bersedekap sebagaimana sebelum ruku’, atau tangan dilepas sebagaimana sebelum salat. Dalam hal ini terjadi 2 pendapat.
Pendapat pertama
Orang yang salat, setelah bangkit dari ruku’ lalu itidal, tangan harus bersedekap sebagaimana keadaan sebelum ruku’. Mereka mengetengahkan alasan sebagai berikut:
Dari Waail bin Hujr, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW apabila beliau berdiri dalam shalat, beliau menggenggam dengan tangan kanannya pada tangan kirinya”. [HR. Nasaaiy juz 2, hal. 125]
Dari Waail bin Hujr, ia berkata : Saya pernah salat bersama Nabi SAW, ia meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di dadanya. [HR. Ibnu Khuzaimah]
Dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Adalah orang-orang (para shahabat) diperintahkan (Nabi SAW), bahwa seseorang agar meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya dalam salat”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 180]
Pendapat kedua
Orang yang salat, setelah bangkit dari ruku’ lalu itidal, tangan dilepas sebagaimana sebelum salat. Alasannya sebagai berikut:
Dari Waail bin Hujr, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW apabila beliau berdiri dalam salat, beliau menggenggam dengan tangan kanannya pada tangan kirinya”. [HR. Nasaaiy juz 2, hal. 125]
Dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Adalah orang-orang (para shahabat) diperintahkan (Nabi SAW), bahwa seseorang agar meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya dalam shalat”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 180]
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Nabi SAW melewati aku ketika aku (sedang shalat dengan) meletakkan tangan kiri pada tangan kanan. Maka beliau memegang tanganku yang kanan, lalu meletakkannya pada tanganku yang kiri”. [HR. Ibnu Majah juz I, hal. 266, no. 811]
Dari Qabishah bin Hulab dari bapaknya, ia berkata, “Saya pernah melihat Nabi SAW berpaling (selesai salat) dari sebelah kanan dan dari sebelah kirinya. Dan aku melihatnya beliau meletakkan ini pada dadanya”. Yahya (perawi hadits) menerangkan yaitu beliau meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya di pergelangan”. [HR. Ahmad juz 8, hal. 225 hadits no. 22026]
Dari Waail bin Hujr, ia berkata : Saya pernah shalat bersama Rasulullah SAW, dan beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di dada beliau. [HR. Ibnu Khuzaimah juz 1, hal. 243, no. 479]
Dari Thawus, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW meletakkan tangannya yang kanan pada tangannya yang kiri, kemudian beliau memegangnya erat-erat di dadanya ketika salat. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 201, no. 759]
Dari Waail bin Hujr, ia berkata : Aku berkata, “Sungguh aku ingin melihat salat Rasulullah SAW bagaimana beliau shalat, maka saya melihat beliau, maka beliau berdiri, lalu beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangan beliau sehingga sejajar dengan daun telinga, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya pada telapak tangan kirinya dan pergelangan tangannya dan lengannya. [HR. Nasaaiy juz 2, hal. 126]
Syarat-Syarat saat Itidal
Sebagai bagian dari rukun sholat, tentunya doa itidal tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Hal tersebut harus dilakukan secara benar dan memerhatikan syarat-syaratnya. Berikut adalah syarat-syarat itidal sebagaimana dikutip melalui islam.nu.or.id:
1. Saat bangun dari ruku’ tidak bertujuan untuk hal yang lain selain melakukan itidal.
2. Saat melakukan itidal, maka harus disertai dengan tuma’ninah. Di mana dengan posisi tubuh yang berdiri tegak dan tetap diam di tempat serta dalam kondisi yang tenang. Setidaknya dalam kondisi tersebut selama membaca kalimat tasbih subhanallah.
3. Saat melakukan itidal, maka tidak berdiri dalam waktu yang lama, melebihi lamanya ketika membaca surat Al-Fatihah. Hal ini karena itidal sendiri adalah rukun sholat yang tergolong pendek, sehingga tidak diperbolehkan untuk melakukannya dalam waktu yang lama.
(mdk/amd)