Masuk Nominasi FFI, Film 'parHEREK' Kisahkan Detim Manik Si Pawang Kera dari Sumut
Film 'parHEREK' mengangkat kisah Abdulrahman Manik atau Detim Manik, yang bertahun-tahun mendedikasikan hidupnya terhadap kehidupan satwa kera dan siamang di kawasan Sibaganding, Kecamatan Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.
Kisah seorang anak muda bernama Abdulrahman Manik yang bertahun-tahun mendedikasikan hidupnya terhadap kehidupan satwa kera dan siamang di kawasan Sibaganding, Kecamatan Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara (Sumut), diangkat ke layar lebar.
Film yang berjudul 'parHEREK' ini resmi diluncurkan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah pada Jumat (15/10) lalu.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Siapa Rajif Sutirto? Rajif Sutirto dikenal luas sebagai Ketua Umum Relawan Konco Prabowo. Ia juga tergabung dalam partai milik Prabowo, yaitu Gerindra.
-
Di mana Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Apa yang diresmikan oleh Prabowo Subianto di Sukabumi? Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto meresmikan lima titik sumber air di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (30/12/2023).
Film dokumenter panjang ini merupakan karya anak Sumut yang disutradarai oleh Onny Kresnawan dan produser dr Ria Telaumbanua M.Kes dan berhasil masuk lima besar nominasi Film Festival Indonesia (FFI) 2021.
Wagub Musa sendiri mengaku tak menyangka film ini akan mendapatkan perhatian yang luar biasa hingga bisa masuk ke nominasi ajang bergengsi seperti FFI.
Ia berharap, film ini bisa membangkitkan perfilman Sumut, bukan hanya dokumenter tapi juga film lain yang bisa mengangkat berbagai potensi kekayaan alam Sumut, agar bisa tampil bukan hanya di Sumut tapi juga secara nasional.
"Kita harapkan, momentum film parHEREK ini bisa memacu semangat para seniman, budayawan dan penggiat perfilman yang ada di Provinsi Sumut untuk terus berkarya. Dan semoga film ini bisa menjadi titik awal bangkitnya perfilman Sumut," ujar Wagub Musa.
Melansir dari unggahan akun Instagram @pemprovsumut pada Minggu (17/10), berikut informasi selengkapnya.
Kisahkan Dedikasi Detim Manik
Instagram/@musa_rajekshah ©2021 Merdeka.com
Film ini mengangkat cerita tentang Abdulrahman Manik, atau yang kerap disapa Detim Manik, dan dedikasinya yang telah peduli dan menjaga habitat satwa kera dan siamang di kawasan Sibaganding.
Wagub Musa bercerita, awal mula Ia tertarik untuk terlibat dalam pembuatan film parHEREK ini yakni ketika Ia berkunjung ke kawasan Sibaganding beberapa tahun lalu. Di sana, Ia mendengar cerita ada seorang anak muda bernama Detim Manik yang bisa memanggil satwa kera dan siamang dengan terompet yang terbuat dari tanduk kerbau.
Dengan tanduk kerbau itu, Detim Manik memanggil kera dan siamang di kawasan tersebut untuk kemudian memberi mereka makan setiap hari.
Dari situ lah ide film dokumenter ini muncul. Film ini sekaligus bentuk apresiasi bagi Detim Manik atas dedikasinya menjaga satwa kera dan siamang di kawasan Sibaganding.
Masuk Nominasi FFI 2021
Instagram/@musa_rajekshah ©2021 Merdeka.com
Yang lebih membanggakan lagi, film parHEREK ini ternyata berhasil masuk dalam nominasi lima besar FFI 2021. Wagub Musa pun mengaku mengaku senang dan bangga dengan hasil perfilman produksi asli Provinsi Sumut ini.
"Ini film tak nyangka juga saya bisa seperti ini. Dan Alhamdulillah, malah menjadi nominasi lima besar film nasional, ini suatu kebanggaan kita," ujarnya.
Dalam pembuatannya sendiri, film ini memerlukan proses pembuatan yang panjang. Ria Telaumbanua, sebagai produser film tersebut mengatakan jika film ini dibuat melalui proses yang panjang selama 4 tahun.