Mengenal Transisi Energi yang Terus Digalakkan, Mengapa itu Penting
Setelah pertemuan para pemimpin dunia di COP26, transisi energi semakin digalakkan untuk mencegah bumi menjadi lebih panas lagi. Lalu apa itu sebenarnya transisi energi itu? Berikut merdeka.com merangkum apa itu transisi energi dan mengapa hal tersebut menjadi suatu keharusan:
Perubahan iklim yang tak terhindarkan dan semakin mengancam kehidupan layak di masa mendatang salah satunya yakni pemanasan global.
Menurut NASA, pada tahun 2019 suhu rata-rata planet ini 0,98 derajat lebih tinggi dari tingkat pra-industri. Pemanasan global, selain menyebabkan lapisan es di kutub mencair dan permukaan air laut naik, juga menyebabkan perubahan iklim lainnya seperti penurunan dan peningkatan peristiwa cuaca ekstrem seperti angin topan, banjir, dan kebakaran: distorsi risiko iklim menyebabkan kerusakan yang tak terhitung.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Di mana saja dampak perubahan iklim dirasakan? Perubahan iklim memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Berikut dampak penyebab perubahan iklim, antara lain: Menurunnya kualitas air. Curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan penurunan kualitas sumber air.
-
Bagaimana angin muson barat laut bisa membantu kesuburan tanah di Sumut? Di wilayah yang terkena angin muson, pertanian akan sangat dipengaruhi karena angin muson membawa hujan ke daerah tersebut. Hal ini berkontribusi pada kesuburan tanah dan hasil pertanian yang baik.
-
Apa yang Sugeng lakukan untuk mencegah krisis iklim? Tak sekedar memproduksi madu lanceng, Sugeng juga berupaya mencegah krisis iklim lewat gerakan menanam di rumah bersama 30 warga di Gunungkidul.
-
Kapan Hari Fiksi Iklim Internasional diperingati? Even, ditetapkan peringatan khusus, yaitu Hari Fiksi Iklim Internasional setiap 20 April.
Komunitas ilmiah sepakat bahwa ini disebabkan oleh emisi antropogenik gas rumah kaca ke atmosfer. Gas utama tersebut, karbon dioksida, sebagian besar (90%) berasal dari sektor energi, khususnya dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
Setelah pertemuan para pemimpin dunia di COP26, transisi energi semakin digalakkan untuk mencegah bumi menjadi lebih panas lagi. Lalu apa itu sebenarnya transisi energi itu? Berikut merdeka.com merangkum apa itu transisi energi dan mengapa hal tersebut menjadi suatu keharusan:
Mengenal Apa itu Transisi Energi
Transisi energi adalah jalan menuju transformasi sektor energi global dari berbasis fosil menjadi nol-karbon pada paruh kedua abad ini.
Transisi energi mengacu pada pergeseran sektor energi global dari sistem produksi dan konsumsi energi berbasis fosil yang meliputi minyak, gas alam, dan batu bara ke sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari, serta baterai lithium-ion.
Meningkatnya penetrasi energi terbarukan ke dalam bauran pasokan energi, dimulainya elektrifikasi, dan peningkatan penyimpanan energi merupakan pendorong utama transisi energi.
Regulasi dan komitmen terhadap dekarbonisasi bercampur aduk, tetapi transisi energi akan terus menjadi semakin penting karena investor memprioritaskan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Tujuan Transisi Energi
Secara historis, transisi energi bukanlah hal baru. Di masa lalu kita telah melihat perubahan besar yang menandai zaman seperti transisi dari penggunaan kayu ke penggunaan batu bara di abad ke -20.
Namun yang membedakan transisi ini dari pendahulunya adalah urgensi untuk melindungi planet ini dari ancaman terbesar yang pernah dihadapinya, dan melakukannya secepat mungkin.
Dorongan ini telah mempercepat perubahan di sektor energi: hanya dalam satu dekade (2010-2019) biaya teknologi terbarukan telah turun sebesar 80% dalam kasus Transisi energi, bagaimanapun, tidak hanya terbatas pada penutupan bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara dan pengembangan energi bersih: ini adalah