Sosok Zulkarnain Lubis, Pemain Legendaris Asal Sumatra Utara yang Dijuluki Si Maradona Indonesia
Meski hanya berpostur 168 cm, sebagai gelandang ia begitu andal dalam menjaga ritme permainan tim di lapangan.
Meski hanya berpostur 168 cm, sebagai gelandang ia begitu andal dalam menjaga ritme permainan tim di lapangan.
Sosok Zulkarnain Lubis, Pemain Legendaris Asal Sumatra Utara yang Dijuluki Si Maradona Indonesia
Pria kelahiran Binjai, Sumatra Utara pada 21 Desember 1958 ini dikenal sebagai salah satu pemain legendaris PSMS Medan dan juga pemain kebanggaan Timnas Indonesia era 1970 sampai 1980-an. (Foto: PSSI) Meski hanya berpostur 168 cm, sebagai gelandang ia begitu andal dalam menjaga ritme permainan tim di lapangan. Ia kerap menunjukkan skill gocekan hingga umpan-umpan matang pada rekannya yang berada di lini serang.
Selain bermain di PSMS Medan, Zulkarnain juga sempat memperkuat beberapa klub besar Indonesia lainnya. Lantas, seperti apa sosoknya? Simak informasinya yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
Awal Karier
Melansir dari beberapa sumber, Zulkarnain sudah memulai karier di dunia sepak bola sejak tahun 1970. Saat itu, ia bergabung dengan PSKB Binjai dengan status junior hingga tahun 1976.
Kemudian, pada tahun 1979, ia bergabung bersama PSMS Medan selama satu musim. Tahun 1980, Zulkarnain pindah klub menuju Mercu Buana Medan. Setelah itu, ia memutuskan untuk mencari klub di Pulau Jawa.
-
Siapa pelatih yang memimpin Timnas Indonesia? "Persiapan kita harus maksimal. Ini adalah kali pertama kita mencapai babak ketiga, jadi kita perlu lebih fokus dan bekerja lebih keras. Tentu saja, para pemain akan berusaha memberikan yang terbaik," ujar Shin Tae-yong.
-
Siapa pelatih dari Timnas Indonesia? Ini menjadi hasil positif kedua bagi tim yang dilatih oleh Shin Tae-yong.
-
Siapa pelatih Timnas Indonesia di pertandingan ini? Pelatih untuk timnas Indonesia adalah Shin Tae-yong.
-
Siapa yang menjadi pelatih Timnas Indonesia? Perkembangan timnas dalam setahun terakhir di bawah pelatih Shin Tae-yong mungkin membuat sebagian penggemar tidak menyadari hal ini.
-
Siapa yang menjadi pemain kunci di lini depan Timnas Indonesia? Di lini depan, Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, dan Witan Sulaeman sering kali berada dalam situasi yang mengejutkan dan menggemparkan," tulis TheThao247.
Tahun 1983, ia bergabung dengan Yanita Utama, klub Galatama yang bermarkas di Bogor hingga tahun 1985.
Lalu, ia pergi ke Palembang untuk memperkuat Kramayudha Tiga Berlian pada tahun 1985-1989.
Tahun 1989 sampai 1990, pria yang dijuluki Maradona Indonesia ini kembali ke Pulau Jawa dan meneken kontrak bersama Petrokimia Putra Gresik. (Foto: Bola.com)
Ikut Skuad Garuda
Mengutip dari kanal Bola.com, Zulkarnain sempat dipanggil Timnas Indonesia untuk ajang Pra Piala Dunia 1986.
Saat itu, skuad garuda berada di bawah asuhan Sinyo Aliandoe.
Skuad Garuda bermain cukup gemilang hingga hampir lolos ke putaran final di Meksiko sebelum akhirnya kalah dari Korea Selatan di fase akhir Kualifikasi Zona Asia.
Zulkarnain juga sempat membawa Timnas Indonesia melaju hingga ke semifinal Asian Games 1986. Selain Zulkarnain, ada pula beberapa pilar Timnas yang juga tak kalah hebatnya, seperti Ponirin Meka, Jaya Hartono, Robby Darwis, Herry Kiswanto, Marzuki Nyak Mad, Sutrisno, Budi Wahyono, Patar Tambunan, hingga Nasrul Koto.
Dijuluki Maradona
Gaya permainan Zulkarnain ketika berada di lapangan hijau sungguh ikonik. Bermain sebagai gelandang sentral dan juga gelandang serang, ia kerap menunjukkan hiburan seperti gocekan-gocekan untuk mengelabuhi lawannya.
Ia juga sering memberikan umpan-umpan ciamik dan terukur ke lini depan. Visi permainannya juga di atas rata-rata sehingga mampu membaca pergerakan kawan maupun lawan.
- Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
- Sosok Marzuki Nyak Mad, Bek Andalan Timnas Indonesia Era 80-an dari Tanah Rencong
- Sosok Andi Ramang, Pemain Legendaris PSM yang Menjadi Mitos Perjalanan Sepak Bola Indonesia
- Sosok Monang Sinulingga, Master Pecatur Alam Legendaris Indonesia Kelahiran Tanah Karo
Berangkat dari situlah, Zulkarnain dikenal sebagai 'Maradona Indonesia' sejak berada di klub Krama Yudha Tiga Berlian Palembang.
Saat itu ia sukses membawa timnyameraih peringkat ketiga Asian Club Championship 1985-1986.
Pensiun & Akhir Hayat
Pria dengan rambut gondrong ini memutuskan untuk gantung sepatu pada tahun 2000 dan sempat melatih SSB Wanita di Bandung.
Ia juga merupakan tokoh perkembangan sepak bola wanita dengan menjadi tim pemandu bakat untuk ajang Women Football Road to Asian Games Pertiwi Cup 2017 di Palembang.
Pada Jumat, 11 Mei 2018, Zulkarnain meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina Pali, Sumatra Selatan di usia 59 tahun.